Teman-teman bunda juga banyak. Sering mereka datang kerumah untuk menyelesaikan suatu laporan. Entah laporan apa aku tak pernah ingin mengetahuinya. Bagi ku statusku sebagai seorang pelajar hrus fokus tentang urusan pelajaran. Bukan aku tak ingin tau apa yang dikerjakan bunda tetapi bunda juga selalu cerita kepadaku dan ayah tentang pekerjaannya di sekolah. Selagi itu hal yang wajar kami keluarga selalu mendukungnya.
Pernah suatu hari bunda dan teman-temnnya berkumpul dirumah membuat laporan dana hibah, saat itu ku dengar bunda mengatakan uang lima puluh juta. Tapi aku tak begitu  menanggapinya. Bagai angin lalu di telingaku. Keluarga kami pun berjalan seperti biasa, bunda mengajar, aku sekolah dan ayah bekerja. Normal-normal saja.
Sampai pada suatu hari.... Ada seseorang yang menjemput bunda ke rumah kami. Â Dari pakaiannya aku tau siapa dia. Ada dua orang yang berpakaian polisi mendatangi rumah kami dan mengatakan bahwa bunda harus mengikutinya untuk memberikan penjelasan. Aku yang saat itu lagi menonton televisi diruang tengah langsung kaget mengapa bunda harus memberi penjelasan . penjelasan tentang apa. Apa yang dilakukan bunda. Sejuta pertanyaan tak terjawab dipikiranku.
Dengan membawa surat tugas yang ditunjukkan pada bunda, kedua polisi itu lalu membawa bunda untuk pergi entah kemana. Bunda hanya berpesan padaku kalau bunda mau pergi sebentar dan aku disuruh di rumah saja. Bahkan untuk berganti pakaian saja bunda tidak diizinkan. Sebenarnya aku curiga karena selama ini tak pernah satupun orang berpakaian polisi datang kerumah. Tapi perkataan bunda dan wajahnya yang tenang membuatku meyakinkan diri bahwa tidak terjadi apa-apa. Mungkin bunda hanya pergi untuk mengikuti rapat-rapat seperti biasanya. Karna bunda pergi juga tidak membawa apa-apa. Tidak membawa pakaian, hanya tas kerja yang selalu bunda sandang saat kerja yang dipegangnya.
Menaiki mobil polisi dan membawa bunda pergi membuat bulu kudukku merinding. Apa yang terjadi? Â Segudang pertanyaan ada dibenakku. Apa urusan bunda pada tamunya? Kenapa tiba-tiba bunda harus mengikuti tamunya? Semua hanya pertanyaan dan saat itu tidak terjawabkan.
Aku tetap menunggu dalam kegelisahan . akhirnya ayah pulang kerja . hari telah menunjukkan pukul lima sore. Begitu melihat wajah ayah aku langsung menghampirinya dan bercerita tentang kejadian sore itu. Ayah menjawab " ayah sudah tau Mbak, tadi bunda sudah mengabari Ayah". Katanya. Lalu aku meminta penjelasan apa sebenarnya yang terjadi. Tetapi ayah tidak menjawab selain kalimat " Tidak terjadi apa-apa".
Sampai malam hari bunda belum pulang, biasanya setelah magrib bunda menyediakan makan malam kami. Tetapi batang hidungnya sampai saat ini tidak kelihatan. Malah ayah pun meminta izin padaku untuk menjemput bunda. Tinggalah aku bersama adik kecilku di rumah. Tidak apa-apa karena masih ada adikkku yang bisa ku ajak menemaniku dan bermain bersamaku. Waktu berlalu terus sampai waktu menunjukkan pikul dua puluh satu. Tetapi ayah dan bunda belu juga pulang . adikku yang sudah tidur dari sore tadi membuat rumah terasa sepi. Sambil menonton televisi akhirnya akupun tertidur entah jam berapa.
Keesokan harinya aku bangun pagi karena suara azan. Bergegas aku menuju kamar mandi dan membasuh muka untuk menunaikan panggilanNya. Kepintas kulihat ayah di dalam kamar. Beliau sedang bersujud, lama sekali sehingga akupun tak bisa bicara dengannya. Tapi dimana bunda, biasanya setelah subuh seperti ini bunda sudah sbundak di dapur untuk menyiapkan sarapan kami. Biasanya aku selalu mendengar kicauan suara bunda yang yang selalu membangunkanku menyuruh aku berwudhu dan segera menghadap Tuhanku. Setelah melihatku selesai bersujud lalu ada nyanyian nunda yang selalu ku ingat yaitu menyuruhku mandi, berpakaian rapi biar tidak terlambat ke sekolah. Pasti saat itu hidangan sarapan telah ada di meja makan.  Kok sekarang tidak ada suara itu. Kemana bunda? Segudang pertanyaan masih bertanda tanya besar. Biasanya aku tidak mendengar suara itu  kalau bunda sedang pelatihan di luar kota, tapi setauku bunda tidak sedang pergi keluar kota, bahkan kemaren sore bunda pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apa-apa. Pergi bersama dua aparat negara, polisi ya... polisi yang telah pergi membawa bunda kemaren.
Begitu melihat ayah keluar dari kamar aku langsung bertanya" Ayah, dimana Bunda." Ayah menjawab bunda menginap di rumah teman karena satu pekerjaan. Jawaban yang aneh karena selama ini bunda tidak pernah melakukan hal itu. Tapi masih kusimpan segudang pertanyaanku karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Aku pun bersiap --siap untuk sekolah. Ayah pun begitu sbundaknya. Kerja yang biasa dilakukan bunda di handle nya. Memandikan adikku bahkan menggendongnya dan mengantarkan ke tempat penitipan adik.
Sarapan yang sangat sederhana disiapkan ayah untuk kami. hanya roti yang diolesi margarin. Itupun dimasukkan ke dalam tempat bekalku dan bekal adikku. " Mbak bawa aja ke sekolah ya... karna kita harus berangkat lebih pagi, ayah harus menitipkan adik dulu. Ini uang untuk makan siang mbak nanti." Kata ayah. Hal yang tak biasa dilakukan ayah , kali ini terjadi padaku. Biasanya makan siangku telah disiapkan oleh bunda, jadi aku tidak perlu membeli di kantin sekolahku. Aku juga tidak mendesak pertanyaan pada ayah karna ku tau dia sangat sbundak. Biarlah nanti saja kalau pulang sekolah kutanyakan.
Akupun melangkahkan kaki menuju sekolah. Segudang pertanyaan yang menggelayut dipikiran masih ku tahan. Begitu memasuki pelajaran pertama aku kurang konsentrasi sehingga endapat teguran dari guru matematikaku " Rifana , Kamu melamun ya... " demikian tegurnya. Sontak akupun kembali memusatkan pikiran. Berusaha menatap  dan menyimak ketika guruku menjelaskan pelajaran. Sampai jam istirahat aku pun malas untuk bergerak. Rinanda sahabatku memberikanku makanan dan bertanya " Rifa ada apa? Aku lihat dari tadi pagi kamu sering melamun, sampai kamu kena tegur bu sri. Kamu tidak pernah seperti ini, ada apa? " demikian pertanyaanya. Tapi aku menjawab dengan menggelengkan kepala. " Apa kamu sakit?" lanjutnya. " Aku tidak apa-apa, rin." Jawabku . " OK lah kalau kamu tidak apa-apa makanlah kue itu." Lanjutnya.