Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rifana

22 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sesampainya di kamar kost-kostan aku langsung membuka laptopku mencari dari berbagai sumber tentang  mata kuliah yang akan ku ajarkan dua hari lagi. Tentu aku tidak mau kelihatan tidak mnguasai mata kulish. Sebenarnya berat juga untuk menerima ini. Karena biasanya yang mengajarkan adalah seorang profesor. Kini tugas itu ku ambil alih. Aku tidak mau kelihatan jauh di bawah profesor. Waktu dua hari ini akan kugunakan untuk mencari materi yang bisa menunjang penjelasanku nanti.

Tibalah di hari aku untuk pertama kalinya mengajar. Tepat jam sepuluh aku sudah berada di ruangan dan duduk di kursi dosen. Adik-adik tingkatku telah berdatanag satu persatu. Memang kulaih kali ini akan dimulai jam setengah sebelas. Beberapa orang kaget dengan kehadiranku yang duduk di kursi dosen. Dan memaikan laptop . ada yang bertanya" kak Rifa, kok disini? " aku hanya menjawab dengan senyuman. Tepat jam setengah sebelas aku mengendalikan kelas dan mengatakan kalau aku pengganti Pak Akram yang tidak bisa masuk dalam sebulan ini. Kulihat ada reaksi yang berbeda di wajah-wajah adik tingkatku ini. Ada yang bersorak, ada yang manggut-manggut, ada juga yang menggerutu. Tapi semua itu tidak aku hiraukan.

Diawal penjelasanku aku mengatakan kalau aku tidak sepintar profesor tapi aku siap menularkan ilmu pada dik-adikku. Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan sangat kondusif. Berbagai pertanyaan minsul dari penjelasan-penjelasnku. Ku jawab pertanyaan mereka sesuai dengan kemampuan ilmuku. Mereka nampak puas sampai akhir pelajaranpun tak terasa. Aku mengakhiri pelajaran dengan salam.

Sebulan sudah aku menggantikan Pak Akram mengajar. Kini hubunganku dengan pak akram semakin dekat. Aku tidak sungkan lagi bertanya tentang ilmu padanya. Selain menjadi pembimbing skripsiku Pak akram  juga menjadi teladanku dalam meraih ilmu. Kehidupan beliau yang hampir sama dengan ku di masa lalunya, menyebabkan beliau terus ingin maju, ilmu adalah bekal utama. " Allah itu tau kemampuan dan iman kita Rifa". Katanya suatu hari ketika aku bercerita tentang masa laluku. " Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan kita." Lanjutnya. Sama persis dengan kata-kata yang diucapkan ayah beberapa waktu lalu.

Tiga bulan sudah bimbingan skripsiku dengan Pak Akram. Sampai pada suatu hari aku mendengar beliau masuk rumah sakit karena ada masalah dengan jantungnya. Ketika aku menjenguknya di rumah sakit beliau terus menyemangatiku dengan skripsiku. Kata-kata lanjutkan masih sering beliau ucapkan. Aku sedih dengan keadaan pak akram. Dia tampak terbaring lemah. Kadang terlihat sesak nafasnya ketika dia banyak bicara. Istrinya yang lembut nanti akan menghentikan ceritanya, dan dia akan berhenti bersuara untuk menetralkan nafasnya.

Orang yang sangat kaya ilmu kini harus menyerah pada penyakit jantung yang di dibawanya sejak kecil. Setelah dua hari di rumah sakit, keluarga pak Akram memutuskan untuk membawanya ke jakarta ke rumah sakit jantung harapan kita. Aku mengetahui berita ini lewat salah satu saudaranya yang mendatangiku di kampus dan memberikan tugas untuk menggantikan beliau mengajar di kampus.

Aku tidak bisa mengantar pak akram ke bandara, tapi kusampaikan salamku pada pak akram dan mengatakan siap untuk menggantikannya selama beliau sakit. Sedih dalam hatiku. Pak akram sudah ku anggap sebagai orang tuaku, yang selama ini menularkan banyak ilmu padaku, kini aku harus berpisah dengannya entah untuk berapa lama.

Suatu hari hp ku berdering di tengah malam, tiada nama tertera, hanya nomor terlihat. Karen tengah malam hp ku tidak ku angkat. Tidak lama kemudian berdering suara SMS ku baca, dan aku langsung lemas. " Mbak rifa, Pak Akram meninggal dunia jam sepuluh tadi." Itu bunyi SMS nya. Aku pun  mengucapkan inalillahi waina ilaihi rojiun, dan terduduk lemas di tempat tidurku.

Berita pak akram meninggal dunia tersebar dengan cepat di kampus. Kami melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan di  ikuti oleh seluruh mahasiswa , bukan hanya mahasiswa di fakultasku  saja tetapi juga fakultas-fakultas yang lainnya.

Aku sangat kehilangan pak akram. Guru sekaligus panutanku. Rasanya belum lama aku bersamanya. Aku masih menghayalkan tentang ujian sarjana ku nanti didampingi oleh seorang profesor. Tetapi itu hanya tinggal mimpi. Tak mungkin terjadi lagi. Karena beliau telah pergi. Meninggalkan keabadian dunia menuju keabadian yang abadi.

Bagiku kepergian pak akram meninggalkan kenangan yang dalam. Dimana dalam membimbing skripsiku banyak masukan --masukan yang beliau berikan. Skripsi yang nyaris sempurna itu kini  terhenti untuk sesaat. Ku konsultasikan tentang skripsiku pada pembimbing akademikku. Beliau menyarankan aku meminta pada ketua jurusan untuk mengganti pembimbing. Aku lakukan ini , aku mengajukan penggantian pembimbing karena kepergian pak akram. Ketua jurusan pun mengganti pak akram dengan Pak khalid. Seorang profesor juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun