Kelasku berada di lantai 2. Sekolah ku terdiri dari dua lantai, lantai satu digunakan oleh kelas delapan dan sembilan. Sedangkan kelas 7 menggunakan lantai dua. Di lantai dua juga terdapat laboratorium, pustaka dan ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ).
Ketika sampai dikelas bu anisa langsung menyapa teman-temanku. Spontan teman-temanku menjawab salam bu anisa. Kami pun diberi pengarahan dilanjutkan pemilihan ketua kelas. Aku melihat bu anisa begitu bijaksana, dia selalu mendengarkan pendapat-pendapat kami. Wajah ayunya yang selalu tersenyum membuat aku tak tak bosan memandangnya. Tutur katanya yang lembut selalu mengingatkanku kepada bunda. Tiba-tiba terpikir olehku bagaimana bu anisa bisa tau nama panggilanku? Bahkan dia memanggilku dengan sapaan Mbak. Sapaan itu hanya digunakan ketika aku dirumah.
Sesampainya di rumah ku ceritakan tentang bu anisa kepada bunda. Bunda mendengarkan ceritaku dengan senyuman. Sambil memberi makan adikku kadang bunda melirikku dan menaggapi ceritaku. Setelah aku puas menceritakan hari pertama dikelasku dan bertemu dengan bu anisa bunda mengatakan kepada kalau bu anisa adalah teman bunda. Mereka sering bertemu karena anaknya bu anisa sekolah ditempat bunda mengajar. Baru aku mengerti mengapa bu anisa sepertinya begitu familiar denganku.
Begitulah hari-hariku di kelas 7 ini. Belajar pelajaran-pelajaran baru seperti fisika, biologi , dan geografi. Pelajaran yang pernah kudapatkan ketika SD. Ilmu itu makin bertambah seiring dengan bertambahnya usiaku. Aku pun makin memahami pelajaran yang setingkat lebih susah dibandingkan dengan pelajaran ketika aku masih di SD.
Hari-hari yang dipenuhi dengan peklajaran dimulai jam tujuh pagi dan baru berakhir pukul setengah tiga sore. Akupun selalu disbundakkan dengan PR-PR ketika sore hari. Sering aku belajar kelompok dengan teman-temanku. Melalui belajar kelomok tentu lebih memudahkan tugas-tugas kami. Kami bisa berbagi tentang materi. Bahkan aku baru samapi dirumah pada sore menjelang magrib.
Melihat kesbundakanku tak jarang bunda untuk memintaku belajar kelompok di rumah saja, agar aku tidak sering pulang terlalu sore. Aku pun menyampaikan hal ini pada teman-temanku dan mereka setuju. Maka sejak saat itu kami selalu belajar kelompok di rumah. Ketika kami sedang belajar bunda selalu membuatkan kami makanan. Ada saja bahan yang diolah bunda tuk dijadikan hidangan lezat. Keakraban teman-temanku pada bunda juga membuat mereka betah tinggal dirumah. Bahkan ketika kami bersama bunda sering bunda bercerita tentang pengalamannya ketika sekolah dulu. Bunda sangat luar biasa bukan hanya pandai mengambil hati anaknya, tetapi teman-temanku juga jatuh cinta pada bunda.
Sebenarnya ada satu kendala ketika harus belajar di rumah. Karena aku tinggal di daerah komplek perusahaan. Tentu teman-temanku agak susah ketika akan masuk komplek. Tidak semua orang bisa memasuki komplek perumahan. Karena komplek kami di jaga oleh sekurity selama dua puluh empat jam. Untuk masuk ke komplek perumahan harus menggunakan gate pass pada kendaraan. Kalau kendaraan tidak memiliki gate pass, tentu kendaraan tersebut tidak diizinkan masuk. Begitu juga dengan orang-orang yang akan masuk ditanya tentang ID badge. Benar- benar pengamanan yang sempurna.
Mungkin pertimbangan itulah yang membuat bunda memilih untuk tinggal di luar komplek. Kebetulan ayah dan bunda telah mendirikan rumah di luar daerah komplek. Rumah mungil dengan tanah yang tidak terlalu luas, tapi lebih besar dari rumah di dalam kompleks. Rumah dengan tiga kamar ini dbundaat ayah dan bunda dari hasil kerja keras mereka. Berangsur-angsur rumah ini dibangun. Sampai menjadi rumah idaman kami.
" Mbak  Ana sudah besar, temannya sudah banyak, kalau kita tinggal di komplek nanti kawan-kawan mbak anak susah datang ke rumah." Itu kata yang diucapkan bunda ketika kami mau pindah ke rumah sendiri. Akhirnya kami pun menempati rumah yang dibangun oleh ayah dan bunda. Kami meninggalkan fasilitas rumah yang disediakan perusahaan. Tetapi kata ayah kalau kami mempunyai rumah sendiri maka mendapat uang tunjangan perumahan . aku pun tak tau pasti tentang hal itu. Biarlah menjadi urusan kedua orang tuaku.
Bunda yang sudah mengajar selama enam tahun tentunya telah memahami seluk beluk anak didiknya. Dedikasinya di dunia pendidikan membuatnya maksimal dan selalu berprestasi. Mungkin inilah yang menyebabkan bunda diangkat menjadi kepala sekolah oleh yayasan. Totalitas kerjanya tak bisa diragukan lagi. Ditangan bunda sekolah menjadi bertambah maju. Hubungan baik bundku dengan orang-orang di dinas pendidikan membuat sekolah bunda selalu mendapatkan bantuan.
Hal ini selalu diceritakan bunda padaku dan ayah ketika sekolah bunda mendapat bantuan. Bahkan tak jarang ayah membantu bunda di sekolah. Ketika sekolah bunda mendapat bantuan alat-alat bermain, ayahlah yang membantu memasangnya. Aku sangat bangga dengan ayah dan bunda yang selalu bantu membantu dalam segala hal.