Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Melihat polisi itu pergi, Samiun dan Kang Sukro saling menatap dengan pandangan kosong.

****

Semenjak ditinggal istrinya bunuh diri, Samiun setiap hari hilir mudik ke rumah Mbah Nah. Kepada perempuan itu, dirinya menitipkan anaknya, Sobar, bila sedang pergi ke pasar untuk menjual buah kelapa. Syukur Mbah Nah merasa tidak keberatan mengasuh Sobar.

Meski Mbah Nah suka ria mengasuh anaknya, namun Sobar tetap memikirkan bagaimana sebagaian rejeki yang diperoleh di pasar sebagaian diberikan kepada Mbah Nah, selain untuk merawat anaknya jauga sebagai uang kopi, demikian istilah di desa itu untuk memberi upah kepada orang lain.

Di rumah itu, Mbah Nah tidak sendiri, ada Juwok yang setiap hari membantu dirinya untuk membersihkan rumah dan menyediakan makanan dan minuman. Juwok adalah perempuan pucuk gunung yang sudah ikut dengannya sejak lama. Ia ikut Mbah Nah agar bisa dapat makan dan minum. Bila ada rejeki lebih, Juwok sering diberi uang. Recehan atau lembar uang yang diterima dikumpulkan dan bila lebaran ia pakai untuk pulang.

Di tangan Juwok-lah sebenarnya Sobar setiap hari digendong, disuapi, dan diberi minum susu. Meski demikian, Mbah Nah-lah yang mengarahkan Juwok bagaimana merawat Sobar dengan baik dan benar.

***

Kepergian Siti Nurjanah atau Sarmini, rupanya masih menyisakan kepedihan bagi Samiun. Laki-laki itu sangat mencintainya. Betapa tidak mencintai sebab ia adalah seorang perempuan yang cantik, berkulit kuning, dan berambut panjang. Kecantikan yang demikian membuat banyak laki-laki desa, baik yang lajang atau yang sudah punyai istri, iri kepada Samiun. Mereka bertanya mengapa Samiun yang menurut warga desa wajahnya pas-pasan bisa memiliki istri yang demikian.

"Aku heran pada Samiun," ujar Prayitno di pos ronda pada sebuah tengah malam. Prayitno adalah guru olahraga di sebuah sekolah di desa itu.

"Wajah dia pas-pasan namun istrinya cantik luar biasa."

"Dari mana dia dapat istri secantik itu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun