Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "Aku adalah orang yang membenci komunis tetapi mengapa saya malah dituduh menjadi bagian PKI."

            "Aku tidak bersalah, aku bukan PKI."

            Ruang yang tersisa dalam otak Sarmini memberontak. Sisa pikirannya seolah-olah hendak menjelaskan bahwa dirinya bukan orang yang dicari. Di tengah berkecamuk pikirannya masih terdengar suara teriakan dan gedoran agar dirinya keluar.

            Tiba-tiba suara hening. Di tengah suasana itu, terdengar suara, "oh kita salah, di sini bukan rumah orang PKI." Selanjutnya puluhan pemuda itu meninggalkan tempat itu.

***

            Samiun melangkah meninggalkan pasar. Usai sudah jualan buah kelapa hari itu. Meski tak semua laku namun penjualannya sudah dirasa untung. Keuntungannya bisa dibelikan kebutuhan sehari-hari. Samiun berpikir karena ada Sarmini maka belanja kebutuhan harus ditambah. Ia membelikan kebutuhan lain yang diperuntukkan buat perempuan itu seperti handuk.

            Di tengah perjalanan pulang, dirinya merasa heran mengapa suasana desa terlihat sepi padahal di hari biasanya orang lalu lalang. "Ada apa ini?" batin Samiun berkata. Ia terus melangkah dan berjalan cepat agar segera tiba di rumah. Sesampai di pertigaan, di mana di tempat itu berdiri sebuah gubuk, terdengar suara orang memanggilnya, "Samiun, Samiun."

            Panggilan itu membuat dirinya celingak-celinguk, siapa yang menyebut nama dirinya itu. Setelah memalingkan muka ke belakang, terlihat Nusiron. Nusiron menghampiri dengan buru-buru. "Ada apa mas?" Samiun lebih dahulu bertanya sebelum Nusiron menyapa.

            "Mas ikut kami," jawab Nusiron dengan tegas.

            "Ke mana?" Samiun kembali bertanya.

            "Biasa, yang biasanya kamu diajak Pak Slamet," papar Nusiron.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun