Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

****

Pekan-pekan ini Siti Nurjanah terlihat sering kelelahan. Tak heran bila dirinya sering terlihat duduk atau rebahan di kursi ruang tengah. Tak hanya itu, Siti Nurjanah sering kedapatan muntah. Rasa mual yang berlebihan itu membuat dirinya sering keluar rumah atau mblandongan untuk melepeh, muntah, membuang, makanan yang sudah dimakan.

Perubahan pada dirinya seperti demikian menunjukkan Siti Nurjanah Hamil. "Aku hamil?" pertanyaan itu menggumam dalam hatinya dengan nada datar. Biasanya seorang ibu hamil pasti senang dan gembira namun hal demikian tak dirasakan oleh Siti Nurjanah. Wajahnya tetap datar, tak ada goresan kegembiraan.

"Ya sudahlah aku jaga janin ini sampai lahir sebagaimana mestinya."

            Mendengar kehamilan itu, Samiun bergembira. Dikabarkan kepada tetangga bahwa istrinya tengah hamil. Mendengar kabar yang demikian, para tetangga malah bertanya, "kapan kamu menikah, kok tiba-tiba memberi kabar istrimu hamil."

            Mendengar pertanyaan yang demikian, batin dan pikiran Samiun langsung tersontak. Dalam hati membenarkan apa yang ditanyakan oleh para tetangga. Dirinya memang belum resmi menikah dengan Siti Nurjanah. Siasat untuk mengelabui Slamet agar perempuan yang serumah dengan dirinya selamat dari pembantaian dengan mengatakan bahwa itu ia istrinya rupanya menjadi kenyataan.

            Pertanyaan dan kecurigaan dari para tetangga terhadap status hubungannya dengan Siti Nurjanah dijawab Samiun dengan mengatakan, "pak lik, bu lik, mas, lan mbak,  saya sudah menikah dengan Siti Nurjanah beberapa waktu yang lalu."

            "Bagaimana saya memberi kabar kalian, lha wong rumah sampeyan pada tertutup semua."

            Mendengar apa yang disampaikan itu, ada yang percaya, ada pula yang tidak.

            "Yo wis nekno, ya sudah kalau begitu," ujar tetangga yang percaya.

            "Memang saat itu saya sedang mengungsi biar nggak keciduk kayak orang-orang PKI."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun