Dalam kepedihan itu angan-angan Sobar membisikkan kalimat, "lima liang lahat ini sebuah rejeki besar." Dari lima liang lahat itu bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan membiayai anak pertama masuk SMA dan membelikan baju sekolah baru untuk anak kedua.
Antara hati dan angan-angan Sobar mengalami seperti apa yang telah dilakukan dua kelompok pemuda dari dua desa tadi yakni bertikai. Akibat pertikaian antara angan-angan dan hati membuat mata Sobar menerawang entah ke mana. "Mas ayo ke kuburan," ucap Jayeng. Ucapan itu menyadarkan Sobar dari tatapan kosong.
Secara sontak ia membawa peralatan untuk menggali kubur. Ia menjemput Kudir, Warso, dan Miko untuk diajak menggali lima liang lahat. Sesampai di kuburan, ayunan suara cangkul yang menghujam ke tanah tidak mampu mengusik pertikaian antara hati dan angan-angan Sobar. Kematian lima pemuda desa itu bagi Sobar berada di antara kegembiraan dan kesedihan. Sobar merasa senang akan mendapat rejeki sehingga bisa mencukupi kebutuhan anak dan istri namun di sisi lain dirinya menangis karena saudara-saudaranya satu desa harus masuk liang lahat yang digalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134