Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "Di kamar sudah ada selimut dan bantal."

            Mendengar kamar itu masih layak dan perlengkapan ada, Sarmini tersenyum dan terlihat senang. "Maaf ya mas, saya sudah mengganggu."

            "Saya menjadi tidak enak."

            Apa yang dikatakan Sarmini membuat Samiun merasa tersanjung. Hatinya berbunga-bunga. "Oh nggak papa," sahut Samiun.

            "Santai saja. Saya merasa senang sudah bisa membantu."

            "Baiklah mas kalau begitu saya istirahat dulu," balas Sarmini. Sarmini langsung bergegas menuju kamar. Pintu selambu yang ada dibuka dan selanjutnya diturunkan kembali untuk menghalangi pandangan.

            Saat perempuan itu sudah masuk ke dalam kamar. Samiun masih duduk di ruang tengah. Meski dirinya sudah lelah namun rasa capek itu belum membuat ia ngantuk. Pikirannya masih melayang ke kejadian tadi siang di mana puluhan orang dibabat mati secara kejam. Dirinya yang sebelumnya menjadi penggali kubur, pada siang itu pekerjaan yang demikian tidak dibebankan padanya. Sebab orang-orang yang dibunuh tidak perlu dimakamkan, mayat-mayat mereka dihanyutkan ke sungai.

            Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba terdengar suara lengukan burung hantu. Burung hantu yang bertengger di pohon itu selanjutnya terbang. Suara kepakan sayapnya terdengar ringan.

            Burung hantu yang aktif di saat malam hari itu mengingatkan dirinya bahwa besok ia harus mengunduh buah pohon kelapa yang ada di ladangnya. Dari buah kelapa itulah dirinya bisa hidup. Buah pohon kelapa itu dijual ke pasar dan hasilnya digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Beban hidup Samiun bisa jadi tak berat sebab selama ini dirinya masih bujang. Semua penghasilan yang diperoleh selama ini digunakan untuk keperluan dirinya sendiri.

            Pikirannya yang bergentanyangan itu rupanya membuat dirinya mengantuk. Ia pun menguap. Agar tidak bangun kesiangan, Samiun langsung menuju kamar yang biasa ia tempati. Di kamar itu tubuhnya direbahkan di atas kasur yang sudah menipis kapasnya.

****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun