Dari luar rumah itu tak hanya terdengar teriakan namun juga terdengar suara pintu digendor-gendor. Mendengar hal yang demikian Mas Pranoto kaget dan segera melepas dekapan tubuh Sarmini. "Ada apa ini,' gumamnya dalam hati.
      Setelah mendengar teriakan lagi, "hai orang PKI keluar kamu!" Keringat dingin mengucur dari tubuh Mas Pranoto. "Orang-orang ormas pemuda,' gumamnya. Ia langsung keluar dari kamar dan sepertinya hendak bersembunyi namun di saat yang sama para pemuda menerobos masuk rumah. Mereka menggeledah isi rumah.
      Mas Pranoto yang tengah berada di ruang tengah dan hendak mencari persembunyian langsung diringkus. Para pemuda terus menyisir rumah itu. Pak Menggolo yang berada di dalam kamarnya yang tengah terlelap tidur tersentak saat pintunya didobrak. "Ada apa ini," ujarnya kepada para pemuda yang mengepung itu.
      "Tidak usah banyak tanya," ujar salah satu di antara pemuda itu.
      Mereka langsung menarik tubuh tambun itu dari ranjangnya dan menggelandangnya keluar. Sesampai di ruang tengah, Pak Menggolo melihat anaknya, Mas Pranoto, juga tengah mengalami hal yang sama. Diikat tangannya dan dikelilingi beberapa pemuda.
      Mendengar keributan itu, Sarmini cemas dan khawatir. Ia menduga apakah ada perampokan atau ada penculikan pada orang-orang PKI. Perampokan bisa terjadi sebab pemilik rumah adalah juragan beras yang kesohor orang kaya di desa itu. Entah perampokan atau penculikan orang-orang PKI, Sarmini berpikir dirinya harus menyelamatkan diri. Bila tidak meninggalkan tempat itu, jangan-jangan keselamatan dirinya terancam.
Ia merasa bersyukur di samping ranjangnya ada jendela. Dengan pelan-pelan jendela itu dibuka. Suara derit jendela terdengar lirih saat dibuka. Sarmini membuka pelan-pelan agar tidak terlalu dicurigai. Ia melongok keluar. Jarak antara jendela dengan tanah sekitar dua meter. Tak terlalu tinggi. Setelah dirasa aman, ia lalu melompat. "Bruukkk..." Dirinya jatuh ke tanah setelah melompati jendela.
Suara itu memancing seseorang pemuda yang berdiri di luar rumah. Tahu ada orang melangkah menuju padanya, Sarmini langsung berdiri dan segera berlari. Saat pemuda itu sampai di tempat dan melihat ada seorang perempuan berlari, ia kaget dan spontan berteriak, "hai, ada Gerwani."
"Jangan lari...."
Pemuda itu sambil mengejar berteriak, "hai Gerwani, Gerwani, Gerwani..."
Arah Sarmini berlari banyak pepohononan dan semak belukar. Kondisi yang demikianlah yang bisa menolong dirinya dari kejaran. Ia terus berlari dengan tujuan entah ke mana dirinya tidak tahu.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134