"Aku ingin menikmati hidup dengan damai."
"Aku akan bermain dengan anak-anak itu untuk melepaskan penat dalam jiwaku."
Perempuan yang berdiri di tebing itu selanjutnya melangkah, terlihat tubuhnya melayang ringan, dan selanjutnya tertarik gravitasi bumi yang kuat sehingga jatuh ke bawah dengan cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya.
***
Samiun kaget begitu masuk ke dalam rumah. Sobar tengah menangis kencang namun tak ada yang mengurus. "Siti, Siti, Siti," Samiun memanggil istrinya. Meski diulang-ulang namun tak ada respon. Pria itu langsung menghampiri Sobar dan membopongnya. "Cup, cup, cup nak," ujarnya. Kalimat yang biasa diucapkan untuk meninabobokan bayi itu rupanya tak manjur. Sobar tetap menjerit-jerit dalam tangisnya.
"Di mana Siti," gumamnya dalam hati.
"Sepertinya anak ini haus dan lapar."
Sambil membopong anaknya, berjalan menuju dapur. Di tempat itu Samiun membuat susu. Minuman itulah yang hendak diasupkan kepada anaknya agar berhenti menangis. Istrinya pernah mengatakan bahwa Sobar sudah bisa disapih sehingga bisa diberi minum susu yang dibeli dari toko. Pesan itu yang diingat sehingga dirinya berani membuat asupan dari bukan air susu ibu.
Susu yang sudah matang itu dimasukkan dalam botol yang ditutup dengan dot. Agar tangisnya tak menjadi-jadi maka Samiun langsung menyusupkan dot itu pada mulut Sobar. Setelah dot berada di mulut, tangis bayi itu hilang. Terlihat Sobar dengan kuat menyedot susu yang berada dalam botol.
Dirasa tenang dan tidak menangis, Samiun meletakkan Sobar di kasur kecil yang berada di kursi. Setelah bayi itu tergeletak, ia selanjutntya mencari ke mana istrinya berada. Ia hilir mudik di ruang-ruang yang ada di rumah. Bahkan sampai di kolong tempat tidur. Di kolong tempat tidur, perempuan yang dicarinya itu pernah bersembunyi. "Kok nggak ada ya," ujarnya dengan kesal.
Samiun tak lelah mencari, ia pergi ke rumah-rumah tetangga untuk mencari apakah istrinya ada di tempat itu. Semua tetangga menggeleng saat ditanya apakah melihat istrinya. Rasa bingung pun menyelimuti. Ia berusaha menenangkan diri. Pulang ke rumah merupakan pilihan. Sesampai di tempat yang setiap hari ia diami, ia meletakkan pantatnya. Sebelum berpikir, nafasnya dihembuskan kuat-kuat. "Ke mana kamu istriku?" gumamnya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134