Mbah Tondo meninggalkan Pak Kero. Ia menuju kamar di mana Mbok Siyo sedang menyusui anaknya. Tak lama kemudian ia  keluar dari kamar dan menghampiri Pak Kero. "Ternyata belum punya nama," ujar Mbah Tondo datar.
"Dia pesan agar Pak Kiai menamakan anaknya."
"O, ya sudah kalau begitu," ujar Pak Kero sambil meninggalkan perempuan tua itu untuk menuju ke ruang tengah. Sesampai di ruang tengah, ia membisiki Pak Kiai, "anaknya belum punya nama."
Mendengar apa yang dibisikan itu, Pak Kiai tetap tenang. "Tidak apa-apa." Â Â Â Â Â Â "Pada hari ketujuh merupakan hari yang juga diperkenankan untuk memberi nama."
"Mbok Siyo nitip pesan agar anaknya diberi nama oleh Pak Kiai," ujar Pak Kero.
"Baiklah kalau begitu," ujar Pak Kiai langsung menyambut pesan itu.
"Anak itu kuberi nama Samiun."
"Dengan nama itu mudah-mudahan ia menjadi manusia yang baik dan berguna bagi semua."
***
Dengan segala daya dan upaya, Mbok Siyo membesarkan Samiun. Sepeninggal suaminya yang dijadikan romusha, Mbok Siyo banting tulang mencari nafkah untuk menghidupi diri dan anaknya. Sebenarnya banyak laki-laki yang ingin menikahi namun ia menolak.
Entah karena sudah tak bersemangat atau memang cintanya untuk Pak Tedjo, Mbok Siyo sudah tak berniat menikah kembali. Dalam pikiran dan hatinya adalah agar anaknya semata wayang itu bisa hidup mandiri.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134