Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Konon di kuburan itu digunakan untuk membantai orang-orang komunis yang terlibat dalam Pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun.

            Samiun melihat ke kuburan, di tempat  itu sudah ada puluhan orang. Di antara mereka menenteng senjata tajam. Semua berkerumun berteduh di bawah pohon. Sinar matahari masih terasa menyengat sehingga pancarannya dihindari. Kedatangan Nusiron sepertinya ditunggu-tunggu, terbukti saat kedua orang itu datang, semuanya memberi salam. Nusiron sepertinya komando untuk melakukan pembantaian sehingga sebelum dirinya datang, pembantaian belum dimulai meski orang-orang yang hendak dibantai sudah digiring ke tempat itu sejak pagi.

            "Gimana mas acaranya?" tanya salah seorang di antara mereka.

            Nusiron memandang kerumunan pemuda itu. "Penggali kubur ketiga sudah ada, ya sudah kita mulai," ujarnya.

Samiun sadar bahwa dirinya adalah penggali kubur ketiga. Berarti dua penggali kubur sudah ada sejak tadi. Samiun merasa senang ada penggali kubur yang lain sehingga hal demikian meringankan kerjanya. Ia membayangkan bila ia sendiri menggali tanah untuk dibuat lubang besar dan dalam. Berapa lama hal demikian bisa diselesaikan.

"Ayo kerja," ujar Nusiron sambil melihat Samiun dan dua penggali kubur lainnya.

Dua orang segera bergegas menuju tanah kosong yang ada. Samiun ogah-ogahan melangkah. Tanah kosong itu berada di bawah pohon besar. Radius sepuluh meter dari tanah kosong itu, berjibun makam. Meski berupa tanah kosong namun semak berduri menjalar menutupi tanah yang di saat kemarau itu pada retak. Tak heran sebelum tanah itu digali, semak berduri itu ditebas. Clurit yang dibawa oleh dua penggali kubur, diayun-ayunkan untuk memotong semak berduri.

Setelah meleyapkan tumbuhan yang ada, para penggali kubur mengayunkan cangkul. Ayunan demi ayunan cangkul sedikit demi sedikit telah membuat bagian dari bumi itu menjadi sebuah lubang menganga. Hasil galian membuat tanah hitam menumpuk di sekeliling lubang itu.

"Sudah belum?" Nusiron berteriak menanyakan apakah pekerjaan menggali lubang sudah selesai.

"Sedikit lagi," ujar salah satu penggali kubur itu.

Mereka mengayunkan kembali cangkul dan sebagaian memindahkan tanah ke luar lubang. "Sudah, sudah, ini sudah dalam," ujar Samiun kepada dua penggali kubur lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun