Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Para Penggali Kubur

7 Februari 2022   11:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   11:43 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mendengar apa yang dikatakan Pak Sasmito, wajah-wajah datar yang menyemburat. Tak ada kebanggaan atau kekecewaan ketika ungkapan itu dikatakan.

"Sudah kalau begitu ya, hari sudah siang, mari kita pulang," ucap Pak Sasmito sambil ngeloyor meninggalkan mereka. Diperlakukan demikian, naluri Sobar langsung keluar dari emosinya. "Pak, pak, itunya gimana?" tanya Sobar. Langkah guru geografi itu dicegah oleh pertanyaan itu, Pak Sasmito berhenti dan menoleh. "Itunya gimana maksudmu Bar?" tanya balik Pak Sasmito.

"Upahnya pak," jawab Sobar dengan singkat.

Ditagih upah, muka Pak Sasmito langsung merah. Sepertinya ia marah dan tidak suka mendapat pernyataan itu. "Upah gimana maksudmu?" Pak Sasmito.

"Upah dari menggali kubur pak," Sobar menerangkan.

Pak Sasmito yang awalnya hanya marah di wajah, kemarahan itu akhirnya diledakkan.

"Kamu itu gimana to, yang meninggalkan kan temanmu, masak kamu minta upah."

"Kalian tidak sopan."

"Kamu kan belum jadi penggali kubur beneran, kok sudah minta upah."

Tahu Pak Sasmito marah-marah, semuanya diam. Mereka tak mau bertanya kembali soal upah. Sobar dalam hatinya mencibir. Pak Sasmito pura-pura alim bahwa dari apa yang dilakukan itu tak ada upahnya. Padahal dari pihak sekolah sudah mengeluarkan uang untuk membayar jasa penggali kubur. Pak Sasmito di sekolah sudah menjadi rahasia umum suka menggelapkan uang-uang kegiatan sekolah. Kasusnya pun sudah pernah dibawa ke aparat penegak hukum namun entah mengapa kasusnya itu menguap tak jelas kabarnya.

Pak Sasmito mendelik memandang mereka. Marahnya belum selesai. Di tengah situasi itu, tiba-tiba ranting pohon waru jatuh. "Braakkkk.... " Ranting itu jatuh tepat mengenai kepala Pak Sasmito. "Aduuhh....," ratapnya. Melihat kejadian itu semuanya tertawa, tawanya disimpan dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun