***
Unggahan film dokumenter gigolo di Pantai Pelangi itu rupanya menyebar ke mana-mana, termasuk di Australia. Aling teman Trengginas yang sedang kuliah di benua itu juga melihat dalam www.youtube.com. Dirinya kaget melihat apa yang ada di film itu, sehingga dia langsung menulis ke alamat email Trengginas. Dalam email-nya, berbunyi, "Hai, Trengginas apa benar Kamu seperti di film itu. Saya ikut prihatin bila itu benar-benar Kamu."
***
Selepas peristiwa itu, keberadaaan Trengginas tidak jelas di mana berada, ia tidak berani pulang ke kampung halaman karena malu dan email dari Aling pun tak pernah dibalas
Setelah dilepas oleh aparat dengan alasan tidak jelas, stress dialami oleh Trengginas, dengan pikiran kosong ia menuju ke Pantai Jerongkeng. Disusuri tepian pantai itu, setelah lelah ia duduk di sebuah tempat yang sepi. Hanya sesekali nelayan melintas di tempat itu untuk menuju perahu yang hendak mencari ikan.
Trengginas duduk di atas pasir yang tertata oleh angin dan menatap ke arah laut. Meski pandangan ke arah laut luas namun pikirannya tidak di tempat itu. Ketika ada dua orang nelayan melintas tak jauh darinya, diantara mereka berbisik, "Ada mahasiswa stress." "Masak sih?" tanya nelayan yang satunya. "Itu lihat, duduk dari tadi dan bengong saja," ujarnya. "Syukurnya Kita tidak jadi mahasiswa jadi tidak stress," ungkapnya nelayan yang penasaran tadi sambil cekikikan. "Sudah nggak usah dipikir, yang penting hari ini Kita melaut dan dapat ikan yang banyak buat keluarga Kita," papar nelayan yang menunjuk ada mahasiswa stress tadi.
Dengan menenteng jala besar, Koprol menuju ke perahunya. Hari itu, seperti biasa, ia akan melaut ke Samudera Hindia. Koprol dan beberapa temannya adalah nelayan yang tak takut dengan ombak besar, ombak setinggi 3 meter dilawan. Koprol hidupnya dari kecil di pinggir laut sehingga ia sudah menyatu dengan laut. Pengalaman sebagai nelayan diperoleh secara turun temurun dari keluarga dan lingkungan. Karena keberanian itu membuahkan tangkapan Koprol dan teman-temannya selalu ikan besar seperti tongkol, bandeng, bahkan hiu pernah masuk ke dalam jaringnya.
Saat berjalan menuju ke perahu, Koprol melihat Trengginas sedang duduk sendiri dan seperti orang stress. Koprol mendekati, "Hei Nas, lagi ngapain Kamu di sini," tegur Koprol. Trengginas tidak menjawab, pandangannya masih kosong. "Wee, Nas Kamu ngapain di sini?!" Koprol mengulangi tegurannya dengan suara agak keras. Ketika ada suara yang agak keras, Trengginas tergugah dari kosongnya pikiran. "Kamu to Prol," ujarnya dengan suara lemah. "Aku nggak tahu juga kenapa Aku di sini," ujarnya lagi. "Kamu stress ya," Koprol mengucapkan kata yang demikian. "Stress, apaan tuh?" Trengginas bertanya. "Jangan pura-pura tidak tahu," Koprol berujar. "Makanya kalau kuliah jangan serius-serius," Koprol mencoba menasehati. "Biar tidak stress Ayo ikut Aku melaut ke Samudera Hindia biar Kamu segar pikiran," ajak Koprol. Trengginas tidak menjawab, namun Koprol menarik badannya dan dituntun menuju ke perahu.
Koprol dan Trengginas sudah saling kenal. Kenalan itu terjadi ketika Trengginas mengantar Nisreen membeli ikan dalam jumlah yang besar. Nisreen adalah cewek dari Perancis. Ayahnya dari Aljazair sedang ibunya dari Lyon. Jadinya ia berdarah Arab-Perancis. Dengan mengantar ke tempat penjualan ikan milik Koprol itulah dirinya kenal dengan Koprol dan akrab. Sebagai ucapan terima kasih kepada Trengginas, Koprol memberikan beberapa lembar rupiah kepadanya. Tak hanya itu ketika saudara Koprol mau daftar ulang di Universitas Silada, Trengginas yang membantu prosesnya. Dari sinilah keakraban itu bertambah.
"Pak Koprol apa Kita sudah siap berlayar," ujar Minto, salah satu anak buah kapal. "Ya sebentar lagi, tapi Kamu cek alat dan bekal Kita apakah semuanya sudah lengkap," Koprol memerintahkan anak buah kapal untuk mengecek kembali. Setelah semuanya dicek, semua sudah lengkap dan layak untuk melakukan perjalanan jauh. "Sudah siap Pak," kata Minto. "Baik kalau sudah siap Kita berlayar," tegas Koprol.
Dengan dibantu Koprol, Trengginas dituntun ke kapal. Mesin perahu dihidupkan, sedikit demi sedikit  perahu meninggalkan Pantai Jerongkeng. Daratan makin lama semakin kecil hingga akhirnya menghilang. Hilangnya daratan menunjukan bahwa mereka tengah memasukin lautan lepas. Dalam pelayaran itu Trengginas duduk di buritan, ketika semua sibuk mempersiapkan penangkapan ikan, Trengginas duduk bengong.