Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Menjelang jam kuliah tiba, dosen pun terlihat di muka para peserta kuliah dan masuk ke dalam ruang kuliah. Seperti biasa, saat kuliah berlangsung Trengginas tidak serius mengikuti, pikirannya hanya tertuju pada Pantai Pelangi. Ia selalu berharap agar kuliah cepat selesai dan malam segera tiba agar dirinya bisa pergi ke sana.

***

"Trengginas Kamu mau ke mana?" tanya Ibu Kos ketika dirinya hendak menghidupkan mesin sepeda motor.  "Belajar ke rumah teman," kata Trengginas berbohong, padahal ia hendak ke tempat wisata Pantai Pelangi."Nah itu namanya mahasiswa teladan," Ibu Kos itu terhibur dengan ucapan anak kosnya. "Hati-hati ya di jalan," Ibu Kos berujar lagi. "Ok," sahut Trengginas dengan mantap sambil perlahan-lahan menarik gas sepeda motor sehingga kendaraan roda dua itu berjalan.

Sampailah ia di tempat cafe di mana dirinya bertemu Sheverine. Ia seperti biasanya duduk di bagian pojok belakang. Ia pergi ke cafe bukan untuk mencari hiburan namun mencari bule cewek. Hatinya bergembira ketika ada seorang bule cewek datang. Bule cewek itu menuju ke cashier dan memesan makanan dan minuman. Dalam hati Trengginas, "Ini dia rejeki." Selepas memesan makanan dan minuman, bule cewek itu mencari tempat duduk dan dipilihlah di bagian tengah. Tanpa basa-basi dan tak mau membuang waktu, Trengginas langsung menghampiri, "Hei," sapanya. Bule cewek itu sedikit terperanjat dan membalas," Hei juga." "Boleh Saya duduk di sini," Trengginas basa-basi berkata demikian. "Silahkan," ujar bule cewek itu dengan nada datar. "Nama Saya Trengginas," ujarnya. "O, Nama Saya Eve," balas bule cewek itu. "Nama yang bagus," puji Trengginas.

Tiba-tiba datanglah seorang bule cowok yang berbadan besar menghampiri mereka. "Hei kekasih," ujar Eve kepada bule cowok itu. "Ini pacar Saya," ujar Eve kepada Trengginas. Mendengar ia pacarnya, harapan Trengginas menjadi buyar dan kecewa sehingga ia cepat-cepat ingin meninggalkan tempat duduk itu. "Nama Saya James," pacar Eve itu mengulurkan tangan tanda ingin berkenalan dengan Trengginas. Trengginas dengan tersenyum menyambut uluran tangan dan tidak menyebut nama dirinya. "Maaf, Saya mengganggu Anda," ujar Trengginas dengan wajah memelas. "Saya pindah tempat kalau begitu," ujarnya lagi. Mendengar perkataan itu Eve dan James tertawa.

Dirinya kembali ke tempat duduk semula. Sekarang dirinya hanya bisa melihat Eve dan James asyik dan mesra ngobrol berdua. Ia berpikir malam itu dirinya tidak bertemu dengan bule cewek. Di tengah rasa gundah, ia melihat seorang bule cewek dengan tubuh gemuk dan agak pendek datang di cafe. Ia langsung duduk di tempat yang tidak jauh darinya. Melihat bule cewek yang demikian, Trengginas kurang bersemangat untuk mendekati. Dirinya hanya duduk termangu. Namun entah kenapa, pikirannya berubah saat hendak pulang, ia ingin berkenalan dengan bule cewek itu. Karena sudah biasa, ia langsung mendatangi dan duduk begitu saja di sampingnya. Karena sudah tahu Trengginas akan menghampirinya maka ia tidak kaget. 'Hei," sapa Trengginas. Bule cewek itu tersenyum, dan ia langsung mengatakan, "Bisa Kamu mengantar ke hotel Aku yang jaraknya agak jauh dari sini. Kamu cuma menghantar saja." Mendapat permintaan yang tiba-tiba, sebenarnya Trengginas jengkel. Dalam hatinya mengatakan, "Emangnya Aku tukang ojek. Namun ia tidak peduli dengan sikap yang demikian, ia malah berpikiran sebaliknya bahwa ini peluang untuk mendapatkan apa yang diinginkan sehingga ia mengatakan, "Pasti bisa." "Ok, setelah Aku minum Kita langsung pergi," kata bule cewek yang namanya Sherli.

Dengan beberapa kali teguk, minuman yang dipesan itu sudah habis. "Ok, ayo," Sherli mengajak Trengginas meninggalkan tempat itu. Diboncenglah Sherli. Trengginas mengarahkan sepeda motornya ke hotel tempat yang dituju. Dalam perjalanan, rupanya tangan Sherli memeluk badan Trengginas. Mendapat sentuhan yang demikian, nafsu gudel Trengginas secara sontak keluar. Dengan reflek kegudelan tangan Sherli oleh Trengginas ditarik dan diletakkan di bawah pusar, tepatnya di bagian vital Trengginas. Mendapat perlakuan yang demikian, Tangan Sherli tidak berontak, malah ia membuka resleting celana Trengginas dan memegang serta memainkan bagian vital itu.

Pasti Trengginas menikmati dan menyukai apa yang dilakukan Sherli. Agar permainan itu lama, jarak hotel yang sebenarnya sudah dekat, oleh Trengginas arah sepeda motor dialihkan ke jalur yang lain supaya menjauh dari tempat tujuan. Hal itu diulang-ulang, begitu hendak mencapai tujuan, dialihkan lagi arahnya, baru setelah ada yang keluar dari bagian vital milik Trengginas, arah sepeda motor  benar-benar menuju ke hotel yang hendak dituju.

Begitu tiba di depan hotel, Sherli langsung turun dari boncengan. "Ok, terima kasih," ujarnya sambil memberi uang kepada Trengginas dan meninggalkannya tanpa menoleh lagi. Sebab Sherli tidak seperti Kate, Sheverine, dan Eve, dirinya tidak membuntuti hingga masuk kamar.

***

Gelak tawa anak-anak kos itu berhenti ketika Bendar datang. Bendar adalah anak Jurusan pariwisata Universitas Silada. Ia biasa sering main ke tempat kos itu. "Apa kabar Ndar," sapa Onoy. "Sip deh," balas Bendar. "Gimana kuliah prakteknya," tanya Kojed. "Banyak  pengalaman baru," ungkap Bendar. "Apa tuh pengalaman barumu," Sidar ingin tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun