***
Pagi itu Celia berlinang air matanya. Dari balik kaca jendela kamar hotel ia melihat Imogen dan Lizzy sedang menuntun Siobhan masuk ke dalam mobil yang hendak membawa ke bandara. Dirinya melihat wajah Siobhan pucat, mata sayu, dan tubuh lemas. Kambuhnya penyakit yang diderita Siobhan membuat kepulangan dipercepat. Celia sedih karena ditinggal oleh mereka. Dirinya tidak mau menyalahkan Imogen dan Lizzy, yang memilih pulang tanpa mengajak dirinya. Celia memahami kekesalan teman-temannya kepada dirinya gara-gara lebih mementingkan Firan. Begitu mobil meninggalkan hotel, linang air mata Celia bertambah deras. Diseka air matanya itu, namun sepertinya air mata tak bisa berhenti tumpah.
***
No, woman, no cry; No, woman, no cry. Eh, yeah! A little darlin', don't shed no tears:
No, woman, no cry. Eh! Said - said - said I remember when we used to sit, In the government yard in Trenchtown, yeah!, And then Georgie would make the fire lights, syair lagu yang dipopulerkan oleh Bob Marley itu mengalun dari panggung berukuran 3 kali 2 meter dengan tinggi 1,5 meter.
Lagu itu didendangkan oleh Hari penyanyi terkenal di fakultas. Hari bersama grup reggae-nya menyanyikan lagu itu di malam minggu untuk menggalang dana untuk kegiatan bakti sosial kampus. Biasa untuk menutupi kekurangan dana, pengurus mahasiswa mengadakan malam seni dan budaya. Dalam malam seni dan budaya, biasa grup-grup musik dari setiap fakultas unjuk diri. Unjuk diri itu untuk dilakukan untuk menunjukan bakat, namun ada pula untuk menarik mahasiswi-mahasiswi yang ditaksir.
Dalam malam seni dan budaya itu Firan juga datang, namun ia tidak sendirian, ia datang bersama Celia. Firan datang bersama Celia untuk memamerkan bahwa pacarnya adalah seorang bule. Firan memang seorang playboy kampus, sudah banyak mahasiswa yang dipacari namun setelah beberapa minggu atau bulan ia tinggalkan. "Woo, Firan apa kabarmu?" teriak Jaying ketika melihat Firan sedang berdiri menikmati lagu Bob Marley yang didendangkan Hari. "Ha, ha, ha, baik Ying" Firan membalas sapaan. "Hebat pacar Kamu bule," Jaying memuji. Firan tertawa lagi, Celia yang mendengar hanya tersenyum.
Melihat Firan bersama cewek bule yang cantik dan seksi, Vira, Hani, dan Sisca merasa cemburu. Ketiga cewek yang pernah dipacari Firan itu merasa diejek dan dipanaspanasin. Hubungan Vira dengan Firan selama 3 bulan, dengan Hani 2 bulan, dan dengan Sisca 1 bulan. Padahal mereka sangat mencintai Firan, namun rupanya Firan hanya mempermainkan. Malam yang dirasa indah dan menyenangkan bagi mahasiswa di Universitas Silada itu tak dirasakan oleh Vira, Hani, dan Sisca. Setelah tahu Firan dengan pacar bulenya, malam itu menjadi malam yang menyakitkan.
"Ya, rekan-rekan semua, setelah Kita menikmati lagu reggae dari Hari, selanjutnya kita saksikan penampilan grup rock yang paling terkenal di kampus Kita, The Wave," ujar Pinkan yang menjadi pembawa acara. Setelah Pinkan turun panggung, naiklah lima cowok yang semuanya berambut gondrong. Ripan memegang melodi, Robi memegang bass, Yudhe keyboard, Soring menjadi drumer, dan vokalisnya Suros. The Wave adalah grup rock yang meniru persis grup rock dari Jogjakarta yang tenar di tahun 1980-an dan 1990-an, Rolland Band. Rolland Band sendiri grup rock yang meniru persis grup rock asal Inggris, Judas Priest, sehingga Rolland Band disebut Judas Priest-nya Indonesia.
Lagu terkenal dari Rolland Band yang sering dibawakan oleh The Wave adalah Teror, Roda Kehidupan, dan Gigolo. Suros pun berteriak, "Apa kabar semuanya?!" Teriakan itu dijawab dengan histeris oleh ratusan mahasiswa yang menonton. The Wave adalah grup rock yang terkenal di Pulau Swaba sehingga penontonnya tidak hanya dari mahasiswa di Universitas Silada namun juga dari mahasiswa universitas lainnya, bahkan ada-anak SMA pun juga suka dengan The Wave. "Ok, lagu pertama Saya akan menyanyikan Gigolo," teriak Suros. "Are you ready," gaya Suros menirukan gaya penyanyi rock kesohor.
Mendengar lagu yang akan dibawakan adalah Gigolo, penonton sambil berteriak histeria berjingkrak-jingkrak pula. "Gi.. go.... loooo... backing vokal mulai melantunkan lagu. Suros pun mulai bernyanyi, "Kau berikan uang padaku, kuberikan cinta padamu, semua berjalan tanpa sadar bagaikan sebuah mimpi sejenak.... semuaku sambut manis karena ini profesiku...."
Mendengar syair seperti itu, Vira berujar dengan jengkel, "Dengerin tuh Firan goblok." Hani juga demikian, "Mudah-mudahan Firan bego denger itu lagu." Sedang Sisca pasrah dan bersyukur, "Untung Saya tidak bersama dengan gigolo Firan."