Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ulah Malaysia pun semakin menjadi-jadi, buktinya tiga aparat Pengawas Perikanan DKP Provinsi Kepulaun Riau ditangkap Polisi Malaysia. Peristiwa itu terjadi ketika 5 orang petugas DKP sedang melakukan patroli dengan menggunakan kapal Dolphin 015. Ketika berpatroli mereka memergoki lima kapal nelayan Malaysia tengah mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit, sebelah utara Pulau Bintan.

Kelima aparat itu membagi tugas, 3 orang membawa kapal nelayan Malaysia, 2 orang mengamankan tujuh nelayan Malaysia dalam kapal DKP. Saat dalam perjalanan menuju markas Polair Polda, iring-iringan mereka dihadang oleh Polisi Malaysia yang meminta agar tujuh nelayan itu dibebaskan. Suasana tegang bahkan sempat terjadi insiden penembakan ke udara oleh Polisi Malaysia.

Akhirnya, 2 petugas aparat Indonesia berhasil membawa tujuh nelayan Malaysia ke markas Polair di Sekupang, Batam, namun 3 aparat lainnya justru digiring aparat Malaysia meninggalkan perairan Indonesia menuju Johor.

Akibat ulah semua itu dan saking jengkelnya, atas lambannya sikap pemerintah Indonesia kepada Malaysia, membuat masyarakat membentuk laskar sipil untuk mengganyang Malaysia. Di Jawa Tengah ada relawan anti Malaysia yang jumlahnya mencapai 100 orang. Mereka sudah latihan tenaga dalam dan menamakan diri Koalisi Bela Republik Indonesia (KBRI).  Latihan tenaga dalam dimaksudkan untuk persiapan menghadapi konflik dengan  Malaysia.

Seratus relawan itu siap diterjunkan di daerah perbatasan untuk mengamankan wilayah Indonesia. Relawan itu bersumpah melawan tentara Malaysia dan siap mati demi mempertahankan bangsa dan negara Indonesia.  Hal serupa juga terjadi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan tempat-tempat lainnya.

Menghadapi yang demikian, Malaysia pun juga tidak tinggal diam, mereka pun hendak membentuk organisasi paramiliter, Laskar Wathaniyah. Untuk merekrut anggota laskar, para TKI pun juga ditawari. Pak Lunjak pun mendapat sodoran kesedian untuk menjadi anggota laskar. "Mendapat fasilitas gaji, makan dan minum, seragam, dan dilatih di asrama," ujar salah seorang yang menawarkan itu. Mendapat iming-iming itu, Pak Lunjak sangat tertarik, bagaiaman tidak dengan menjadi laskar, kesejahteraan dan derajadnya akan naik.

Kemiskinan yang telah melilit dirinya membuat rasa nasionalismenya goyah. "Saya menjadi orang Indonesia tidak sejahtera, ketika pemerintah Malaysia menawarkan pekerjaan yang mapan dan sejahtera kenapa tidak Saya ambil," gumamnya. Tertarik menjadi anggota laskar tidak hanya Pak Lunjak, banyak TKI lainnya juga mempunyai pandangan yang sama. Mereka berpikir pemerintah Indonesia tidak memperhatikan mereka. "Buat apa nasionalisme kalau lapar," ujar TKI lainnya. "Apa guna ideologi kalau tidak bisa membikin sejahtera," katanya lagi.

Laskar Wathaniyah yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia diperkirakan mencapai 40 ribu orang, untuk mengamankan kepentingan Malaysia di sepanjang perbatasan. Perbatasan wilayah daratan antara Indonesia dengan Malaysia terbentang sepanjang 2.001 km. Perbatasan wilayah daratan antara Kalimantan Barat dengan Sarawak sepanjang 966 km. Sedangkan perbatasan wilayah daratan antara Kalimantan Timur dengan Sabah sepanjang 1.035 km.

Ketika situasi memanas maka pemerintah lewat elitnya berhasil meredakan masalah sehingga semuanya dianggap selesai. Akibatnya, laskar yang dibentuk di berbagai kota di Indonesia tidak jadi pergi ke daerah perbatasan, meski demikian semangatnya perlu dihargai. Dan pembentukan Laskar Wathaniyah yang berasal dari TKI pun dibantah oleh pemerintah Indonesia. "Batal menjadi orang yang terhormat," ujar Pak Lunjak ketika perekrutan menjadi anggota laskar dibatalkan.

***

Pagi itu Pak Lunjak membaca sebuah koran yang tercecer di penampungan. Dilihatnya berita heboh rakyat dan pemerintah Indonesia soal iklan jual TKI di kawasan Chow Kit, Kuala Lumpur, serta kasus pemerkosaan TKI oleh tiga Polisi Diraja Malaysia di kantor polisi Bukit Mertajam, Pulau Penang, dan satu TKI lagi diperkosa oleh majikannya.  "Orang dan pemerintah Malaysia tak pernah jera melakukan kesalahan. Mengapa mereka gampang dan tak jera melakukan pelecehan dan penganiayaan terhadap TKI," ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun