Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Gimana sekolahmu tadi Nak," tanya ibunya saat ia tengah asyik membaca dan menulis. "Baik Mbok. Trengginas dapat teman banyak," ujarnya. "Syukur kalau begitu," sahut ibunya. "Ya sudah lanjutkan belajarmu, kalau sudah selesai sholat isya kemudian baru tidur," ibunya mengatakan demikian sambil menunjuk dapur. "Ya Mbok," jawab Trengginas sekadarnya.

"Uaaah," Trengginas menguap tanda mengantuk. Diberes-beresinya buku yang ada di depannya dan dimasukan ke dalam tas. Tas itu kemudian ditaruh di lemari yang berada di ruang tengah. Selanjutnya ia menuju ke kamar mandi, wudhu untuk sholat isya. Sholat isya yang dilakukan jam 20.30 itu dilakukan di kamar yang biasanya dirinya tidur. Setelah salam tanda sholat selesai, sarung kumal yang dipakai sholat itu kemudian dibuat selimut. Suara jengkring dan kepak burung hantu menghantar dirinya memejamkan mata.

***

Jam pertama pelajaran pada hari itu adalah pelajaran agama. Guru agama Pak Kasim sudah nampak berada di ruang guru. Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi, murid-murid di sekolah itu bermain di halaman, ada yang bermain kucing-kucingan, ada yang bermain gendongan, ada pula yang ngobrol di beranda sekolah. Suara teriakan mereka bermain terdengar hingga jalan raya.

"Teng, teng, teng," Pak Koer pun sudah memukul besi bekas rel kereta api itu dengan palu. Hal demikian menunjukan bahwa kelas mulai masuk. Seluruh murid masing-masing kelas berebut masuk ke ruangan. Selang tak lama, halaman sekolah menjadi lengang. Hal demikian menunjukan bahwa seluruh murid sudah masuk ruangan.

Di dalam ruang Kelas 1, murid-murid sedang menunggu Pak Kasim. Beberapa saat kemudian, Pak Kasim masuk dan menyapa, "Assalamu'mualaikum." Salam dari Pak Kasim itu disambut dengan serempak oleh seluruh murid tak terkecuali Aling, "Waalaikum salam." "Baik anak-anak hari ini Kita mulai pelajaran agama Islam," ujar Pak Kasim. "Hari ini Bapak akan menerangkan seseorang yang disebut kafir," katanya sambil duduk di kursi guru yang berada di depan bangku-bangku murid. "Orang layak disebut kafir  bila orang itu dengan terang-terangan  tanpa  malu  melawan dan  memusuhi agama Islam, serta bangga akan perbuatannya yang terkutuk," paparnya. Lebih lanjut dikatakan, "Menurut Syariat Islam, manusia kfir terdiri dari beberapa makna, yakni, orang yang tidak mau membaca syahadat, tidak mau sholat, tidak mau puasa, dan tidak mau zakat."

Mendengar paparan itu semua murid nampak khusuk mengikuti karena Pak Kasim dalam menyampaikan dengan suara meledak-ledak. Gaya mengajarnya sama seperti ketika dirinya menjadi khotib sholat jumat di masjid desa. Selain sebagai guru agama, pria alumni sekolah guru agama dan pondok pesantren itu adalah tokoh agama di desa.

Ketika semangat-semangatnya mengajar tiba-tiba terdengar suara "Teng, teng, teng." Bel itu menunjukan bahwa pelajaran usai dan saatnya istirahat. Sebelum meninggalkan kelas, Pak Kasim mengucapkan salam. Selepas menjawab salam, para murid berhamburan keluar kelas.

Untuk mengusir rasa capek, murid-murid melampiaskan dengan bermain, namun ada pula yang membeli jajanan dan es. Bagi yang membawa sangu mereka berebut membeli jajanan yang dijual Mbok Bon. Mbok Bon pastinya bukan istrinya James Bond, detektif dari Inggris yang kesohor itu, namun ia  adalah istri Pak Koer penjaga sekolah. Karena istrinya penjaga sekolah maka ia diberi tempat di samping gedung sekolah untuk membuka warung kecil-kecilan. Di warung kecil itu berbagai makanan seperti pisang goreng, ketela rebus, ketela goreng, kerupuk, es lilin, dan minuman lainnya tersedia. Dengan harga terjangkau warung itu selalu dikerubuti murid-murid untuk membeli jajanan.

Saat itu Trengginas tidak membawa uang, namun karena berteman baik dengan Aling, Aling yang membayar jajanan yang diambil Trengginas. Di saat berjalan sama Aling, Trengginas bertemu dengan Legam, Klewer, dan Klowor. Rupanya Legam tak jera melecehkan Trengginas. Disapanya Trengginas, "Hai gudel." Mendengar sapaan itu, Aling meredakan amarah Trengginas, "Sudah, sudah, nggak usah dilayani," ujar Aling sambil menarik Trengginas menuju ke arah pohon di depan kelas.

Di bawah pohon itu, Trengginas dan Aling menikmati jajanan pisang goreng, ubi rebus serta es lilin. Sambil ngobrol jajanan dan es lilin itu dihabiskan. Bersamaan dengan jajanan dan es lilin itu habis, bunyi bel tanda masuk berbunyi. Mereka berdua pun berlari menuju ke ruang Kelas 1. Murid yang lainnya juga demikian. Setelah pelajaran agama, jam kedua adalah pelajaran membaca dan menulis. Seperti biasanya, pelajaran ini diajar oleh Soetarmi. Ciri dari Soetarmi ini adalah ia selalu menggunakan kebaya batik dan dipandukan dengan baju berwarna putih atau merah. "Baik semuanya, kita akan melanjutkan pelajaran membaca dan menulis," ujarnya saat berada di kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun