Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Terus mengapa Kamu menghitung-hitung angka di buku tulis dan ada gambar Benua Australia," Trengginas penasaran dengan apa dilakukan Rashid dengan buku tulisnya itu. "Anda bisa menjaga apa yang nanti Saya katakan?" Rashid sepertinya hendak mengatakan sesuatu yang penting. "Insya Allah," jawab Trengginas. "Begini, Saya dengan 40 orang Afghanistan lainnya sekarang Kami sembunyikan di sebuah rumah, beberapa malam lagi hendak melakukan perjalanan ke Australia," Rashid mulai membuka rahasianya. "Naik pesawat apa?" Trengginas semakin penasaran. "Bukan naik pesawat tapi naik perahu yang Kami sewa dari nelayan. Kami akan menjadi manusia perahu untuk mencari suaka di Australia," Rashid semakin membuka diri. "Biar aman, Kami dan kelompok-kelompok pencari suaka lain selalu berada di wilayah-wilayah pantai yang menghadap Samudera Hindia," paparnya. "Pulau Swaba dekat dengan Australia makanya Kami memilih tempat ini untuk menuju ke Australia," Rashid menerangkan mengapa dirinya di pulau ini.

Mendengar pemaparan yang demikian, Trengginas menjadi kasihan, sebab mereka terusir dari negaranya karena konflik bersenjata, sedang untuk mencari suaka politik mereka harus mempertaruhkan nyawa, sebab sudah banyak manusia perahu dari Timur Tengah maupun daerah konflik lain tenggelam di Samudera Hindia. "Mengapa Kamu tidak tinggal di negara ini saja?" Trengginas memberi alternatif kepada Rashid. "Tidak, karena Australia lebih sejahtera dalam memberi kesejahteraan rakyat sehingga dijadikan pilihan pencari suaka," Rashid menolak usulan Trengginas. Mendengar penolakan itu, Trengginas jadi berpikir terbalik, "Berarti negara ini belum sejahtera dong?"

Setelah jelas identitas dan rencana Rashid, Trengginas mengatakan kepada Rashid dirinya mau kembali ke rumah. Rashid tersenyum dan mengatakan, "Tolong dijaga rahasia ini ya." "Ok, Ok," Trengginas menjawab dengan santai. Setelah ditinggal Trenggnas, Rashid kembali mencorat-coret buku tulis yang dipegang, mungkin ia sedang menyusun strategi pelarian agar tidak diketahui aparat berwajib. Bila diketahui aparat berwajib, pasti upaya pelarian akan digagalkan, apalagi pemerintah Australia sudah menekan agar negara ini mengawasi dan menggagalkan manusia perahu. Australia menilai negara ini kurang serius mengawasi manusia perahu sehingga semakin banyak pencari suaka ke Australia melalui negara ini dengan menaiki perahu.

***

Pagi yang cerah, Jurgen Bohler sudah menyiapkan kamera. Ia hendak pergi ke Pantai Pelangi untuk merekam dan melihat keindahan di pantai. Begitu sudah siap, ia bergegas keluar dari kamar. Jarak hotel yang ditempati tidak jauh dengan pantai sehingga cukup 15 menit ia sudah tiba.

Ketika sampai tujuan, suasana pantai masih sepi. Sehingga ombak dan pasir terlihat masih putih dan bersih. Terlihat beberapa petugas kebersihan sedang memungut sampah plastik, ranting, dan daun yang berserakan. Melihat peristiwa seperti itu Jurgen Bohler langsung merekam. Petugas kebersihan tidak sadar ketika dirinya di-shoot sehingga tak ada beban untuk ber-acting layaknya pembuatan film dokumenter.

Setelah pengambilan gambar dirasa cukup, kamera itu lalu dimatikan. Selanjutnya ia mengeluarkan laptop yang dibawa dan menulis, entah apa yang ditulis. Sebagai seorang wartawan, rasa sabar dimiliki oleh Jurgen Bohler sehingga dirinya masih menunggu terus peristiwa penting dan unik di tempat itu.

***

Pagi ini Trengginas sepakat bertemu kembali dengan Angela di Pantai Pelangi. Angela adalah cewek bule yang dikenal ketika sedang belanja di artshop tadi malam. Pagi-pagi dirinya menuju ke tempat Angela menginap. Saat di loby, dirinya meminta tolong kepada receptionist untuk menghubungkan kamar Angela. Ketika dihubungi, tidak ada jawaban, diulang-ulang sambungan ditujukan ke kamar itu, namun juga belum saja terhubung. "Mungkin masih tidur," ujar salah seorang receptionist. "Baik kalau begitu Saya tunggu," sahut Trengginas.

Hari sudah hampir siang, Trengginas masih sabar menunggu di loby. Ketika matahari sudah berada di atas ubun-ubun, ada telepon dari kamar  Angela yang menitip pesan kepada receptionist bila ada yang mencari diminta menunggu sebab dirinya sedang mandi. Tahu yang menunggu Angela masih berada di loby, maka pesan itu disampaikan kepada Trengginas.

Satu jam kemudian Angela menuju loby, dirinya meihat Trengginas sedang menunggu. "Sory, Saya terlelap saat tidur," ujarnya mengagetkan Trengginas. Mendengar suara Angela, Trengginas girang, meski menunggu sudah lama namun dirinya tak marah.  "O, tidak apa-apa," ungkapnya. Hari itu Angela nampak kelihatan cantik dan seksi, celana pendek dan kaos hitam yang dikenakan nampak cocok dengan bentuk tubuhnya. "Ok, Kita langsung ke pantai," ajak Angela.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun