Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Begitu tiba di kos, tas yang dibawa Trengginas dilempar. Dan ia pun meloncat ke kasur yang sudah kumal, ia tidak peduli dengan mata kuliah yang diberikan Pak Agung tadi. Ilmu yang diberikan tadi masuk atau tidak ke dalam otak, tidak dipikirkan, yang penting saat ini waktu yang ada digunakan untuk melepaskan kejenuhan.

Di tengah antara tidur dan tidak, Trengginas mendengar bahwa di Pulau Swaba ada kawasan wisata pantai, Pantai Pelangi, yang indah dan bila malam hari suasana sangat menarik dengan kerlap-kerlip lampu yang terpancar. Ia berpikir untuk menghilangkan rasa tidak nikmat di kampus dengan mencoba mengunjungi Pantai Pelangi di malam hari. Pikirannya sudah bulat dirinya akan pergi ke sana nanti malam.

"Bu, Saya bisa pinjam sepeda motornya yang jelek dan sepertinya tidak terpakai itu," tanya Trengginas kepada Ibu Kos. "O, ya pakai saja, tapi nggak tahu bensinnya masih ada atau tidak," Ibu Kos itu mempersilahkan Trengginas meminjam sepeda motor yang tidak dipakai itu. Ibu Kos oleh anak-anak kos dikenal sebagai orang yang baik hati sehingga banyak anak kos yang betah tinggal di tempat itu. "Makasih ya Bu," ujar Trengginas.

Sepeda motor itu dibersihkan dari kotoran debu sehingga bentuk sepeda motor menjadi berbeda dengan bentuk sebelumnya. Dibukanya tangki dan Trengginas melihat masih ada sedikit bensin di dalamnya. Dia berpikir saat di jalan akan mampir ke SPBU untuk mengisi bensin sebanyak 2 liter. Dituntunlah sepeda motor itu keluar rumah, dan dihidupkan mesinnya. Setelah kelima kalinya pedal starter dihentakkan, barulah mesin sepeda motor itu hidup.

Gas pun mulai digerakkan dan sepeda motor pun sedikit demi sedikt mulai bergerak dan melaju. Setelah berada di jalan, Trengginas melihat jalan yang dilewati nampak ramai, sehingga dia harus hati-hati saat mengendarai. Begitu melihat SPBU, ia membelokkan arahnya ke tempat itu dan mengisi tangki sebanyak 2 liter. Ketika tangki penuh hatinya puas sebab dia berpikir tidak akan kehabisan bensin kalau berputar-putar melihat Pantai Pelangi.

Ketika memasuki kawasan Pantai Pelangi, Trengginas melihat banyak cewek bule yang berpakaian seronok berjalan di jalan-jalan. Bagi bule berpakaian yang seperti itu, seperti hanya memakai singlet, baju pantai, celana pendek dan mini dan pakaian terbuka lainnya adalah hal yang biasa, namun bagi Trengginas hal demikian merupakan sesuatu yang aneh, tetapi dirinya sepertinya menikmati.

Sepanjang jalan di kawasan Pantai Pelangi, Trengginas melihat banyak cafe, restoran, toko souvenir, hotel, homestay, agent perjalanan wisata, toko peralatan wisata, dan hal-hal yang kadang tak ada hubungannya dengan wisata.

Setelah merasa puas berkeliling sepanjang Pantai Pelangi, dirinya berhenti di sebuah jalan yang di tempat itu sangat ramai. Dilihatnya ada sebuah kafe yang sangat menarik bagi dirinya, yakni sebuah bangunan cafe yang mirip rumah cowboy, terbuat dari kayu dan bertingkat. Di pintu masuk cafe itu tertulis plang besar Cafe Boncel. Ia pun memarkir sepeda motor dan menuju ke cafe itu.

Di dalam cafe suasana sangat ramai, pengunjung sudah memenuhi kursi dan meja yang ada, di sebuah ruang pojok nampak bule, baik cowok dan cewek saling bercengkerama, di sebelah ruang tengah terlihat seorang bule cewek yang sedang asyik ngobrol dengan seorang pria pribumi. Trengginas memilih ruangan yang berada di lantai 2, sebab di lantai itu dirasa masih banyak kursi kosong. Di lantai 2 dirinya tidak hanya mendapat kursi, namun pandangan yang lebih luas dan bisa dengan jelas melihat sebuah layar film ukuran sedang  di ruang tengah. Layar film ukuran sedang yang biasanya memutar film-film dewasa itu bisa dilihat dari lantai 1 maupun lantai 2.

"Pesan minuman apa?" tanya pelayan cafe kepada Trengginas. Mendapat tawaran seperti itu dengan spontan menjawab, "Sprite." Sambil menunggu minuman yang dipesan datang, dirinya celingak-celinguk melihat suasana cafe yang pertama kali dikunjungi itu. Ia melihat ada seorang bule cewek, dengan pakaian sedikit terbuka, sedang duduk sendiri. Bule cewek itu nampak asyik merokok dan di atas mejanya nampak sebuah botol minuman beer. Kepulan asap sering keluar dari mulut bule cewek itu.

"Silahkan minumannya," ujar pelayan itu kepada Trengginas. Datangnya pelayan itu mengganggu keasyikan dirinya ketika melihat bule cewek. Untung pelayan segera pergi dan ia kembali melihat bule cewek yang sendirian. Ia ragu-ragu menghampiri, takut kalau merasa diganggu bila didekati. Rupanya dirinya tidak kuat untuk mendekati bule cewek itu dan dengan agak gemetaran dihampiri. "Hai," ujar Trengginas. Bule cewek itu dengan tersenyum menjawab, "Hai juga." "Boleh Saya duduk sini," Trengginas duduk di sebelahnya. "O, silahkan," jawab Bule cewek itu. "Siapa nama Kamu?" tanya Trengginas. "Kate," jawabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun