Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rencananya memang Miyuki akan memperbesar toko mebel yang dimiliki sehingga ia membutuhkan pasokan mebel yang lebih banya. Dari sekian produsen mebel, mebel produk Pak Dayat yang dipilih. Setelah dilihat  secara langsung, memang benar produk mebel Pak Dayat sudah memenuhi ecolabel.

"Ok Pak Dayat selanjutnya Kita bicarakan soal kerja sama," kata Miyuki. "Baik, mari masuk ke dalam rumah," sambut Pak Dayat. Mereka menuju ke rumah Pak Dayat. Miyuki memberi kode kepada Trengginas agar ia menunggu di luar. Miyuki dan Pak Dayat melakukan pertemuan 4 mata. Sambil menunggu pertemuan itu, Trengginas ngobrol dengan para pekerja.

Pertemuan 4 mata itu tak lama, Miyuki dan Pak Dayat keluar rumah dengan muka cerah. Hal yang demikian menunjukan bahwa kerja sama yang dilakukan telah deal. "Sebagai tanda kesepakatan Kita, mari santap makan siang bersama," ujar Pak Dayat. Mendapat kesempatan itu, Miyuki merasa tersanjung. "Terima kasih," ujarnya. "Temannya yang tadi kalau bisa diajak makan siang bersama Kita," harap Pak Dayat. Miyuki celingukan mencari Trengginas. Setelah mata Miyuki melihat Trengginas, ia segera memanggilnya.

Mereka bertiga menuju ke ruang makan. Miyuki riang gembira ketika menu yang disuguhkan adalah bandeng presto. "Ini makanan kegemaran Saya," ujarnya. Pak Dayat tersenyum. "Bapak sebagai pengusaha mebel yang sukses mengapa tidak menjadi Presiden seperti Jokowi?" ujar Miyuki sok tahu. Mendengar Miyuki mengatakan Jokowi, Pak Dayat kaget. "Lha tahu dari mana soal Jokowi?" Pak Dayat menanyakan hal ini kepada Miyuki. "Ha, ha, ha, ya tahu dari televisi dan koran selama Saya di negara Anda," Miyuki menjawab kebingungan Pak Dayat. "O, begitu to" Pak Dayat mahfum.

Setelah menyatap makanan dan hari sudah menjelang sore, Miyuki berpamitan. Setelah melambaikan tangan dari mobil, mobil bergerak meninggalkan halaman rumah Hiayat Mulyono dan meluncur ke arah hotel. Sepanjang perjalanan Miyuki nampak gembira sebab cita-cita mendatangkan mebel dari Pak Dayat tercapai.

Tak terasa mobil memasuki area depan pintu loby, saat mobil berhenti, pintu mobil dibukakan oleh penerima tamu, Miyuki keluar dari mobil, melintasi loby begitu saja, dan segera menuju ke kamar. Trengginas membuntuti dari belakang. Sesampai di kamar, ia berganti dengan pakaian santai. Demikian pula Trengginas. "Saya terasa capek," keluh Miyuki. "Saya pijat," sambut Trengginas. Miyuki tidak menolak. Setelah rebah, punggung, pinggang, dan leher Miyuki dipijat Trengginas. "Kamu juga capek," tanya Miyuki. "Iya," jawab Trengginas. "Baik, Aku sekarang ganti yang pijat," Miyuki ganti menawarkan diri. Saat Miyuki memijat Trengginas, rupanya Trengginas  mulai nakal, anehnya Miyuki tidak bersikap marah, sehingga naluri gudel pun muncul dalam diri Trengginas. Entahlah apa yang terjadi, antara sadar dan tidak Miyuki melihat Trengginas berpolah tingkah laku seperti gudel yang menyusui induknya, yang pasti ketika Miyuki bangun dari tidurnya ia tidak mengenakan apa-apa.

Ia membasuh muka dan duduk di kursi dekat tempat tempat tidur. Dilihat Trengginas masih terlelap. Ia membangunkan Trengginas. Setelah sadar, Miyuki berujar, "Besok Aku langsung terbang ke Jepang. Dari sini tidak ada penerbangan langsung tetapi Aku ke Singapura dahulu dan dari sana baru ke Jepang," ujarnya, "Sebagai ucapan terima kasihku kepadamu Aku beri Kamu uang untuk kembali ke Pulau Swaba dan untuk biaya hidupmu." Mendengar kalimat itu, Trengginas antara sedih dan senang. Sedikit karena ia harus berpisah dengan Miyuki, senang karena ia akan mendapat uang. "Ok, malam ini Kita nikmati kota ini sebelum kita berpisah," Miyuki beranjak dari kursi dan menuju ke kamar mandi untuk berendam.

***

Hari itu Trengginas mengantar Miyuki ke bandara. Dari bandara itu Miyuki akan terbang ke Singapura. Sebelum berpisah, Miyuki mencium pipi Trengginas dan selanjutnya ia masuk ke ruang boarding. Trengginas yang ditinggal Miyuki menjadi sendiri dan sepi. Segepok uang yang diberi Miyuki kepadanya menjadi penghibur dirinya. Miyuki sebenarnya hendak membelikan tiket pesawat ke Pulau Swaba, namun Trengginas menolak. Ia minta kepada Miyuki mentahnya saja. Dan uang mentahnya itu oleh Trengginas tidak dibelikan tiket pesawat namun tiket bus. Pastinya ia untung bila naik bus meski perjalanan yang ditempuhnya lebih lama dan lebih membosankan.

Setelah Miyuki tak bersamanya, ia meninggalkan bandara dan menuju ke terminal bus. Saat meninggalkan bandara, dari bawah pusar Trengginas ada sesuatu yang bergerak-gerak dan selanjutnya mengatakan, "Jangan bersedih Trengginas, masih banyak Mihiro dan Miyuki lainnya yang akan bersamamu."

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun