Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Selanjutnya ia melihat ada seorang cewek Jepang yang tubuhnya di atas rata-rata orang Jepang sedang berjalan dengan seorang pria yang juga berasal dari Jepang. Ia berpikir itu bukan Miyuki sebab Mihiro mengatakan dalam email-nya bahwa ia datang sendiri. Tulisan Miyuki itu tidak diacung-acungkan namun dipegang dengan santai menggantung di tangan. Namun cewek Jepang itu memperhatikan tulisan itu, kemudian ia mendekat, "Hai Kamu Trengginas temannya Mihiro?" Mendapat ungkapan seperti itu, dirinya kaget, secara spontan ia menjawab, "Iya." "Aku Miyuki," ujar cewek Jepang itu. Sementara pria Jepang itu tersenyum. Setelah bercakap-cakap dalam bahasa Jepang, akhirnya pria itu meninggalkan Miyuki.

"Senang sekali bisa Kamu jemput," ujar Miyuki dengan girang. "Ayo Kita duduk dulu di cafe sebelum ke hotel," ajak Miyuki. Miyuki dengan dibantu Trengginas membawa tas dan kopernya menuju ke salah satu cafe yang masih buka di bandara. Setelah duduk dan memesan kopi hangat, Trengginas bertanya, "Siapa temanmu tadi yang juga dari Jepang?" "Pria tadi? O, dia pemain sepakbola di J-League. Ia ke sini katanya mau menjalani tes kesehatan dan ketrampilan bermain bola. Katanya mau dikontrak salah satu klub sepakbola terkenal di negaramu," ujarnya. "Di pesawat Kami duduk satu deret dan untuk mengisi kejenuhan dalam penerbangan, ya Kami ngobrol macam-macam," ujarnya dengan tertawa.

Trengginas bersyukur Miyuki benar-benar datang sendiri, dan ternyata pria Jepang yang bernama Kosuke itu hanyalah teman selama di pesawat saja. Dan yang lebih menggembirakan, Miyuki lebih cantik dan seksi dibanding Mihiro. Belum-belum Trengginas sudah memikirkan yang tidak-tidak.

Kopi yang dipesan pun diteguk mereka. "Ok, Saya sudah pesan kamar dan taxi menuju ke hotel itu. Kita berpisah malam ini dan selanjutnya besok pagi Kita bertemu," kata Miyuki. Mendengar hal yang demikian, perasaan Trengginas menjadi kecut. "Sialan,"gumamnya. Ia pikir Miyuki mau diantar ke hotel.

Tak lama kemudian sebuah taxi warna hitam mengkilat mendekat cafe itu. Miyuki mengangkat tas jinjingnya. Karena jaga diri, Trengginas membantu mengangkat kopernya dan dengan dibantu oleh sopir, tas itu dimasukkan ke dalam bagasi mobil. "Ok, jangan lupa ya Aku di Hotel Sartika," ujar Miyuki sambil masuk ke dalam mobil. Mobil itu meninggalkan Trengginas yang berdiri sendiri. "Gila lu Ndro," katanya menirukan komedian Dono, Kasino, dan Indro, untuk menunjukkan kekesalannya.

***

Trengginas bangun ogah-ogahan. Ia tidak bersemangat menemui Miyuki karena Miyuki terkesan mencueki dirinya seperti tadi malam. Biasanya kalau ia menemui bule cewek atau cewek dari Asia, selalu bersemangat dan bergegas. "Santai saja brow," katanya lirih. Sarung yang menyelimuti dirinya dikurungkan kepada badannya.

"Nas Kamu nggak kuliah," teriak Ibu Kos dari luar. Teriakan itu dibalas Trengginas dengan slengekan, "Tidaak." "Pasti mau ketemu tamu," canda Ibu Kos. Tamu adalah istilah yang digunakan wisatawan asing. "Maksud loh?" Trengginas menggunakan bahasa alay. "Ya Kamu kan lebih suka cari tamu daripada kuliah. Ingat orangtuamu," Ibu Kos menasehati. "Emang ngaruh buat loh," bahasa alay diulangi Trengginas. "Lue-gue end," ujar Ibu Kos nggak mau kalah dalam menggunakan bahasa alay sambil tertawa.

Dengan berjalan malas-malasan, Trengginas menuju kamar mandi. Bak kamar mandi airnya yang masih setengah diisi kembali dengan membuka kran. Sambil menunggu air penuh, Trengginas duduk di dekat pintu kamar mandi. Ia melihat teman-teman kos lain hendak pergi ke kampus. Dalam hatinya ia berpikir, orangtuanya susah-susah membiayai kuliah namun justru dirinya enak-enakan. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia sampai terjerumus dalam dunia yang sekarang tengah ia nikmati, yakni mencari tamu. "Ah masa bodoh," gumamnya. Tak terasa bak kamar mandi terisi penuh. Ia segera masuk kamar mandi. Suara guyuran air jatuh terdengar. Hal demikian menandakan Trengginas membasuh badan dan selanjutnya tubuh digosok dengan sabun mandi kemudian diguyur dengan air kembali badannya.

Dengan menggunakan kaos warna hitam dan celana jeans hitam begitulah dandanan Trengginas untuk bertemu dengan Miyuki. Sepeda motor dibersihkan sekadarnya dan selanjut ngebut sebab dirasa hari sudah meninggalkan pagi. Sampai di hotel ia langsung menuju ke loby Hotel Sartika. Ia kaget karena Miyuki sudah menunggunya. "Kok terlambat," ujarnya. "Maaf jalan macet," Trengginas beralasan. "Macet, memangnya sini Jakarta," Miyuki membantah. Dirinya kaget ternyata Miyuki tahu kemacetan di Jakarta.

"Aku di Pulau Swaba selama 2 hari setelah itu Kamu antar Aku ke tempat produsen mebel di Jepara," ujarnya. Mendengar ungkapan seperti yang ditulis dalam email Mihiro bahwa sahabatnya itu disuruh mengantar ke Jepara, Trengginas menjadi bersemangat. "Ok, hari ini Kita jalan-jalan ke mana?" tanya Miyuki. Permintaan mengajak jalan-jalan itu menambah semangat kedua kalinya bagi Trengginas. Dengan bernafsu itu mengatakan, "Ke Gunung Gejah, Danau Bulan, dan Tebing Dewi." "Tempat apa itu?" Miyuki bertanya. "Kita lihat saja nanti," Trengginas tak mau menjelaskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun