Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Diantara mereka, memang Solebo pikiran yang lebih cepat dewasa. Setelah dipaksa-paksa Solebo akhirnya semuanya mau nonton. Karena Solebo yang paling nafsu menonton dan badannya tidak terlihat sebagai anak kecil, maka ia membeli karcis. Dibelilah 5 karcis pertunjukan. Setelah membeli karcis ia kembali ke kerumunan bocah itu. Dibagikan karcis itu satu-satu. Setelah masing-masing mendapat karcis mereka dengan berbaris antri menuju pintu masuk. Sebenarnya penjaga kaget ketika ada 5 bocah hendak masuk ke dalam pertunjukan itu, namun penjaga akhirnya tidak peduli sebab mereka memiliki karcis. Disobek karcis itu satu persatu, dan mereka akhirnya bisa berada di dalam. Di dalam sebagaian kursi sudah terisi penuh, mereka berempat mencari tempat duduk yang kosong. Mereka mendapat tempat duduk kosong di tengah.

Duduklah mereka di tempat itu. Di panggung nampak beberapa pemusik yang sedang memadukan alat musik, suara kendang, bas, dan gitar, terdengar saling susul menyusul. Setelah irama musik padu, muncullah seorang laki-laki yang berpakaian jas hitam dengan memegang microphone. "Apa kabar semua," ujarnya dengan lantang. "Ok, malam ini Kita akan menyaksikan pertunjukan musik yang paling panas di dunia," kelakarnya. "Lagu pertama akan dibawahkan oleh Lina Kura-Kura," teriaknya.

Begitu ia meninggalkan panggung. muncullah Lina Kura-Kura. Penyanyi yang berambut panjang ini tampil sangat seksi, hanya menggunakan celana pendek tipis dan berpakaian sangat ketat sehingga lekuk-lekuk tubuhnya sangat menonjol. Melihat Lina Kura-Kura, suara penonton menjadi senyap namun di panggung justru sebaliknya hinggar binggar oleh suara musik. Penyanyi yang wajahnya mirip Julia Perez itu bergoyang heboh ketika menyanyikan lagu Jaran Dor.

Seiring dengan suara musik yang bertalu-talu, Lina Kura-Kura menggoyang-goyangkan pantatnya di depan penonton. Tak hanya itu, goyang kayang ke arah penonton dilakukan sehingga bagian yang vital yang tertutupi celana pendek terpampang di depan penonton. Selepas goyang kayang, dadanya yang diganjal dengan spon itu digesek-gesekan kepada tukang suling. Melihat hal yang demikian, penonton bukan berteriak-teriak seperti layaknya penonton dangdut di lapangan terbuka namun justru diam seribu bahasa. Semua  jakun di leher penonton nampak bergerak-gerak. Perilaku kelima bocah itu sepertinya sama dengan perilaku orang dewasa, yakni menahan nafas melihat goyangan Lina Kura Kura.

Nafas lega terhembus dari hidung dan mulut penonton ketika Lina Kura-Kura mengakhiri lagu Jaran Dor. Begitu Lina Kura-Kura keluar panggung, pria berpakaian jas hitam keluar sambil memegang microphone. "Apa sudah puas," teriaknya. "Masih banyak penyanyi yang akan mengocok perut dan bagian organ lain milik Anda," katanya sambil tersenyum lebar menggoda. "Pasti semuanya sudah tidak sabar lagi untuk melihat penyanyi berikutnya. Baiklah inilah penyanyi kedua Rona Birama," pria berpakaian jas hitam itu pun meninggalkan panggung.

Rona Birama keluar dari sisi kiri panggung. "Test," ucapnya saat memegang microphone. Setelah dirasa tak ada gangguan di microphone, penyanyi yang berdandan mirip Raja Dangdut Rhoma Irama itu langsung mendendangkan lagu Sapu Angin. Suara Rona Birama yang fals membuat penonton kurang menikmati, mereka pun pada berisik, namun berisik itu hilang ketika ada seorang perempuan yang bertubuh semampai, mungil, berambut panjang, dan wajah mirip Miyabi artis porno dari Jepang menjadi penari latar.

Perempuan itu mengenakan longdress dan pakaian atas sedikit ketat. Dilenggak-lenggokan badannya mengitari Rona Birama. Beberapa menit setelah melenggak-lenggokan badan, ia melepas longdress. Melihat hal yang demikian, seluruh penonton terbungkam diam seribu bahasa, hanya ada suara nafas-nafas yang berpacu dengan asap rokok. Longdress yang sudah tak melekat di tubuh perempuan itu membuat celana dalam string warna pink yang dikenakan nampak jelas. Tak ada rasa malu bagi perempuan itu di depan panggung dengan celana dalam string yang terlihat, ia pun tetap melenggak-lenggokkan badan. Ketika masuk bait keempat lagu, perempuan itu melepaskan baju, ketika baju itu dilepas angin di tempat pertunjukan itu seolah-olah tak bergerak, wajah dan tubuh penonton menjadi kaku seperti patung kayu.

Baju yang dilepas itu semakin menunjukan bentuk kewanitaan perempuan itu. BH yang dikenakan warna merah mudah seolah-olah tak mampu menahan lemak yang ada di dadanya. Tonjolan besar nampak di dada perempuan itu. Dengan hanya mengenakan celana dalam string dan BH, perempuan itu terus melenggak-lenggokan tubuhnya. Suara jantung penonton seolah-olah meledak ketika bagian tubuh yang di bawah pusar digesek-gesekan ke tubuh Rona Birama.      

"Peet" tiba-tiba listrik padam. Lampunya mati membuat penonton yang tadi diam seribu bahasa langsung berubah 180 derajat dengan berteriak keras-keras,"Woee, lampu mati!, lampu mati!" Tak lama kemudian lampu menyala kembali dan keluarlah pria yang berpakaian jas hitam tadi. "Ha, ha, ha, ha. Nggak kuat ya," ujar pria berpakaian jas hitam itu.

"Selanjutnya Kita saksikan lagu terakhir yang akan dinyanyikan Trio Jaran Edan dengan sebuah lagu Dibolongi," ujarnya. "Tang ndut, tang ndut, tratang, tratang, ndut, ndut," begitu bunyi kendang bertalu-talu, seiring bunyi kendang dari samping panggung muncullah tiga perempuan bertubuh semampai. Begitu melihat kehadiran tiga penyanyi berwajah cantik, secara serempak penonton mengatakan, "Wooo." Setelah itu hanya hembusan nafas yang keluar deras dari hidung dan mulut penonton. Pakaian yang dikenakan oleh Trio Jaran Edan, bagian bawah hanya selebar kain penutup organ vitalnya sedang bagian dada sebuah BH yang transparan sehingga membuat penonton terhipnotis.

"Dibolongi, dibolongi, dibolongi Mas, aduh enake. Dibolongi, dibolongi, dibolongi Mas, ojo tanggung-tanggung. Bolong gede, bolong gede, cepet mlebune. Bolong cilik, bolong cilik, susah mlebune. Arti dari lagu itu adalah, dilubangi, dilubangi, dilubangi Mas, aduh enaknya. Dilubangi, dilubangi, dilubangi Mas, jangan tanggung-tanggung. Lubang besar, lubang besar, cepat masuknya. Lubang kecil, lubang kecil, susah masuknya. Demikian syair yang dilantunkan Trio Jaran Edan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun