Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Pagi itu Jurgen Bohler dan Sisca janjian bertemu di tempat yang seperti kemarin yakni di Monumen Kota. Tempat itu sangat strategis sehingga enak kalau dijadikan tempat pertemuan. Seperti biasa, Ika dengan sepeda motor mengantar Sisca menuju ke Monumen Kota. Sampai di pojok bagian lapangan Monumen Kota, Ika meninggalkan Sisca sendiri.

"Mana itu orang," gumam Sisca setelah menunggu Jurgen Bohler selama 20 menit belum juga datang. Rasa lapar mengganggu perut Sisca. Sambil menunggu, ia memesan siomay kepada penjual yang tempatnya tidak jauh darinya. Untung pembeli tidak banyak sehingga penjual siomay itu cepat melayani. Sepiring siomay sudah berada di depannya, sekali dua kali telan makanan vegetarian itu masuk ke dalam mulut Sisca. Tiba-tiba ada pengendara sepeda motor trail mendekati. Dirinya hafal pasti ini Jurgen Bohler. Ketika dibuka helm-nya, ternyata dugaannya meleset jauh, eh ternyata orang lain yang juga hendak membeli siomay.

Saat siomay di depannya hampir habis, ada pengendara sepeda motor trail yang mendekati. Agar tidak salah sangka ia cuek. Pengendara sepeda motor trail itu mendekati dirinya dan menepuk bahu, "Hai." Sisca terperanjat, setelah dilihat dari matanya adalah mata Jurgen Bohler maka ia dengan sedikit manja berteriak, "Jurgeeen Bohlerrrrr, lama amat." "Sory, tadi kehabisan bensin di tengah jalan jadi ya agak molor," ujar Jurgen Bohler beralasan.

"Ayo kalau begitu Kita langsung saja menuju ke Gunung Gejah," Jurgen Bohler cepat-cepat mengajak. Setelah siomay dibayar, Sisca tanpa banyak komentar langsung naik ke atas sepeda motor trail untuk dibonceng.

Sepeda motor trail itu melaju dengan kencang ke Gunung Gejah, indahnya alam sepanjang perjalanan membuat kedua orang itu semakin bertambah mesra. Sisca semakin berani melingkarkan tangan ke badan Jurgen Bohler. Ketika tangan Sisca melingkar ke badan Jurgen Bohler. Secara spontan sepeda motor itu melaju bertambah kencang.

Sampailah mereka ke Gunung Gejah. Suasana masih pagi membuat Gunung Gejah nampak masi sepi. Meski demikian para pedagang sudah membuka barang dagangan. Mereka menuju ke sebuah tempat yang biasa pengunjung bisa memandang Gunung Gejah dari dekat. "Kamu bisa menggambarkan soal gunung ini?" tanya Jurgen Bohler. "Bisa," jawab Sisca. Sisca menuturkan, Gunung Gejah merupakan gunung tertinggi di Pulau Swaba dengan ketinggian 3.500 meter di atas permukaan lain. Gunung ini berada di Kecamatan Slikur, Kabupaten Sroto. Gunung Gejah dulu pernah meletus sehingga penduduk di sekitarnya ditransmigrasikan ke pulau lain. Gunung Gejah merupakan gunung api yang memiliki kawah yang besar dan dalam, dari tempat itu sering mengeluarkan asap dan uap air.

Masyarakat di sekitar percaya di gunung itu  tempat bersemayam para leluhur dan di puncaknya dipercayai sebagai pusat kekuasaan dan kerajaan para leluhur. "Oleh sebab itu masyarakat sekitar tiap tanggal dan bulan tertentu mengadakan slametan," ujarnya.

Mendengar pemaparan itu, Jurgen Bohler terkesima. Ia mengabadikan diri dengan latar belakang gunung yang menjulang ke langit itu. "Gunung yang memancarkan sejuta pesona," ungkapnya. "Ok, kalau Kamu senang puas-puaskan dirimu mengambil gambar selanjutnya Kita menuju ke Danau Bulan," Sisca mengingatkan Jurgen Bohler. Sekitar setengah jam Jurgen Bohler mengambil pemandangan Gunung Gejah dan sekitarnya dari berbagai sudut. Selanjutnya, ia mengemasi kamera dan memasukkan ke dalam tas, hal demikian menunjukkan bahwa kesibukan di Gunung Gejah sudah selesai.

"Ayo kekasih Kita ke Danau Bulan," ujar Jurgen Bohler. "Kekasih dari hongkong," balas Sisca dengan tertawa. Jurgen Bohler juga tertawa. Mereka pun melaju ke Danau Bulan. Jalan menuju ke Danau Bulan dari Gunung Gejah naik turun gunung dan berliku-liku, hal demikian membuat pelukkan Sisca semakin kuat. Dengan ketrampilan mengendarai, Jurgen Bohler nampak gesit mengendalikan sepeda motor trail hingga di tempat parkir Danau Bulan.

Mereka menuju ke tepi danau, dengan menarik nafas dalam-dalam, Jurgen Bohler memandang danau itu dengan seksama. Di timur danau nampak sebuah bukit yang hijau dan lebat dengan pepohonan. Bila wisatawan beruntung, ia bisa melihat rusa sedang minum air danau. "Bisa menceritakan soal danau ini?" tanya Jurgen Bohler. "Bisa dong," kata Sisca dengan manja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun