Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya itu menurut Pak Lunjak. Dikatakan pemerintah Indonesia harus menekan pemerintah Malaysia agar memberi perlindungan hukum dan budaya kepada para TKI. Pemerintah Malaysia harus diingatkan bahwa TKI-lah yang membangun infrastruktur dan gedung di Malaysia. Perlindungan hukum dan budaya ini bukan untuk kepentingan TKI namun untuk menjaga keharmonisan kedua bangsa.

Bila hubungan kedua negara tidak harmonis, selanjutnya akan bisa mengganggu perekonomian dan politik. "Misalnya, bila pemerintah Indonesia menghentikan pengiriman TKI ke Malaysia, negara itu pasti tidak akan mampu membangun infrastruktur, dan akan kekurangan tenaga, akibatnya roda perekonomian Malaysia pastinya terganggu," tegasnya.

***

"Trengginas, Trengginas," panggil istri Pak Lunjak kepada anaknya itu yang sedang berada di luar rumah. "Cepat ke sini bantu si Mbok," ujarnya. Mendengar panggilan itu, Trengginas pura-pura tidak mendengar, ia lebih asyik bermain layang-layang. Merasa tidak dihiraukan, istri Pak Lunjak pun kembali memanggilnya, "Nak Kamu dengar nggak Si Mbok memanggil." Setelah ibunya berujar demikian, Trengginas baru menuju ke arah ibunya yang berada di dapur. "Ada apa Mbok," kata Trengginas sambil meletakan layang-layangnya. "Tolong carikan daun pisang di kebun buat membungkus tempe yang Si Mbok bikin," jawab istri Pak Lunjak. "Berapa banyak Mbok," tanya Trengginas. "Sepuluh potong saja," jawab istri Pak Lunjak.

Setelah ditinggal Pak Lunjak beberapa tahun di Malaysia, Trengginas sudah tumbuh besar. Umurnya sekarang sudah saatnya masuk ke sekolah dasar. Di rumah yang ia tahu hanya Si Mbok-nya saja. Sedang bapaknya, dirinya hanya diberi tahu oleh Si Mbok bahwa bapaknya pergi ke Malaysia untuk bekerja. Selama ditinggal pergi bapaknya, Trengginas terkadang ikut kakek dan neneknya yang tinggal di desa sebelah. Dari perhatian Si Mbok, kakek, dan neneknya, pertumbuhan Trengginas cukup baik sehingga tubuhnya tambun, bulat, dan gendut.

Saat usia Trengginas sudah waktunya masuk SD, istri Pak Lunjak mengirim surat kepada suami agar dirinya pulang. Ia mengharap suami pulang agar anaknya lebih mendapat perhatiaan saat bersekolah. Kepulangan suami itu diharapkan untuk bisa mendaftarkan Trengginas masuk sekolah, dan bila perlu menghantar atau menjemput di masa awal-awal sekolah.

Surat yang isinya singkat yang bertuliskan, Pak pulang ke Desa Gunung Siji, anakmu mau sekolah, itu dikirim lewat kantor pos yang berada di dekat kantor kecamatan. Dengan perangko paling murah, surat itu diserahkan kembali kepada pegawai kantor pos. "Mudah-mudahan alamatnya benar dan suratnya cepat tiba di Malaysia," ujar istri Pak Lunjak di depan pegawai kantor pos.

***

Selepas subuh, istri Pak Lunjak mulai berbenah di dapur, gelas dan piring yang kotor dibersihkan. Alat pemasak nasi, dandang, yang penuh jelaga hitam digosok-gosok  menggunakan sabut kelapa yang diolesi dengan sabun cream. Jelaga hitam menempel di dandang karena selama ini ia memasak dengan menggunakan bahan bakar kayu. Kayu-kayu yang di pekarangan cukup banyak, sehingga ia tidak direpotkan untuk membeli minyak tanah.

Selepas perkakas dapur dibersihkan, istri Pak Lunjak mengambil sapu lidi yang berada di belakang rumah. Sapu lidi yang dibuat sendiri itu biasa digunakan untuk membersihkan halaman depan rumah dari daun-daunan yang berguguran. Setiap sore dan malam, bila angin menghembus kuat daun-daunan pada berjatuhan.

Ayunan sapu lidi yang digerakkan oleh istri Pak Lunjak mulai menyapu daun-daun itu. Saat tengah asyik melakukan pekerjaan rutin di pagi hari itu, samar-samar ia melihat sesosok lelaki yang pernah ia kenalnya. Sosok itu makin lama makin mendekat. Ketika jarak tinggal 10 meter, ia langsung berteriak, "Pakeeee." Rupanya sosok yang datang itu adalah suaminya. Disambutlah suaminya itu, dipeluknya erat badan suaminya yang kelihatan agak kurus itu. "Allhamdulillah sudah datang," ujarnya sambil meletakkan kepalanya di dada suaminya. 'Ya sudah, yang penting Aku tiba di rumah ini dengan selamat," ujar Pak Lunjak suaminya itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun