Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keributan itu rupanya memancing wisatawan yang melintas di depan Cafe Boncel. Mendengar keributan, satpam Cafe Boncel keluar dan menuju ke tempat itu, dilerainya pengeroyokan itu. "Sudah, sudah, selesai, selesai," ujar satpam itu. Setelah tahu bonyok, ketiga cowok itu dengan tanpa merasa salah meninggalkan Trengginas yang terkapar.

Satpam itu menghampiri, "Baik-baik saja kan?". "Sakit Pak," jawab Trengginas. "Mereka preman dan anak pantai di sini. Kami di sini enggan menegur kepada mereka sebab suka menggunakan cara-cara kekerasan bila lahannya diganggu," ujar satpam itu. "Maksudnya lahan itu apa Pak?" Trengginas tidak mengerti yang dimaksud dengan kata lahan yang diucapkan. "Ya masing-masing anak pantai memiliki wilayah-wilayah sendiri. Di wilayah masing-masing mereka menawarkan menjadi pemandu wisata kepada wisatawan luar negeri. Mereka senang bila yang dipandu adalah bule cewek atau cewek dari Jepang," paparnya. "Kejadian pemukulan seperti Anda ini bukan yang pertama kali, beberapa bulan yang lalu juga terjadi karena ada pengunjung seperti Anda keluar dari cafe dengan bule cewek," satpam itu menerangkan.  

 ***

Kejadian dikeroyok tiga anak pantai membuat Trengginas trauma. Dirinya berpikir kalau ke Pantai Pelangi pasti merasa tidak aman dan nyaman, sebab anak-anak pantai pasti masih ingat dirinya

Untuk melanjutkan kegemaran mencari bule cewek, ia berpikir akan mencari tempat yang lain, yakni di Pantai Benur dan Nusa Delima.

Peristiwa itu juga membuat dirinya lebih sering berada di kos. Ia bisa berkumpul dengan Ulang, Eling, Onoy, Kojed, Firan, Sidar, dan teman kos lainnya. "Nggak ke Pantai Pelangi Nas?" tanya Eling. Trengginas hanya tersenyum, rupanya teman-temannya pada tahu kalau dirinya suka ke Pantai Pelangi. "Di sana enak ya kalau dapat bule cewek?" Eling bertanya lagi. Trengginas tersenyum lagi, Eling tidak tahu bahwa gara-gara suka mencari bule cewek ia dikeroyok 3 orang. Hal demikian membuatnya trauma. "Memang enak jadi gigolo," Ulang tiba-tiba berujar demikian. Mendengar kata-kata yang rendah itu rupanya membuat Trengginas tersinggung, "Apa Kamu bilang, gigolo?!" "Lha kalau bukan gigolo apa?" Ulang pun menjawab. "Heh kalau ngomong yang benar dong, Saya cari tamu," Trengginas membantah tuduhan itu sambil mendekat kepada Ulang. "Ha, ha, ha, Kamu kemarin kan cerita making of love dengan bule kan," Ulang mengungkapkan apa yang pernah diceritakan Trengginas.

 Rupanya Trengginas tidak diterima, dipegang kerah baju Ulang. Melihat ada keributan, Eling pun memisah, "Sudah, sudah, sama teman sendiri jangan ribut." "Kalau bilang gigolo lagi Aku matiin Kamu," Trengginas mengancam. "Ya memang gigolo," Ulang tak mau kalah dan tak takut ancaman. "Bubar, bubar," ujar Eling. Karena Eling di kosan orang yang paling dihargai maka akhirnya mereka bubar.

Trengginas masuk ke dalam kamar. Di kamar ia bercermin, dilihat wajahnya yang masih luka-luka, ia meraba luka-luka itu. Di tengah melihat luka-luka di cermin, dirinya secara tidak sadar melamun, dalam lamunannya tiba-tiba mendengar suara yang entah dari mana asalnya, "Hai Trengginas." "Sedang apa Kamu." Suara yang aneh itu semakin terdengar di telingan. "Kamu jadi gigolo ya sekarang?" mendengar kata yang pernah dilontarkan si Ulang itu dirinya terkejut dan berteriak, 'Tidaaaak." Rupanya teriakan itu membuyarkan lamunannya. Dipukul  cermin itu, 'braaakkkk,' kaca di cermin pecah dan berjatuhan.

***

            Seminggu sudah ujian akhir semester dilaksanakan, hari itu para mahasiswa pergi ke kampus hendak melihat nilai yang diraih. Trengginas pun demikian, ia juga ingin mengetahui hasil ujian akhir. Tak heran bila kampus saat itu ramai. Mereka berdebar-debar, nilai apa yang diraihnya.

Saat pintu gedung administrasi jurusan dibuka, semua segera menyerbu ruang pengumuman. Mereka ingin melihat nilai kelulusan pada setiap mata kuliah. Saat melihat hasil ujian, terdengar suara kegirangan, ada pula suara kegeraman. "Hore Aku lulus," ujar salah seorang diantara mereka. 'Sialan Aku sudah belajar masih saja dapat nilai D," ucap yang lain sambil menahan amarah. Trengginas yang berada dikerumunan nampak kelihatan pucat, dari 8 mata kuliah hanya 2 yang lulus, yakni mata kuliah Kewiraan dan Agama yang mendapat nilai B dan A, sedang 6 mata kuliah yang lain ia hanya mendapat nilai E dan D. Dengan demikian, 6 mata kuliah harus diulangnya pada semester depan. "Sialan ini gara-gara kebanyakan ke pantai,"gumamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun