Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua anak manusia beda ras itu akhirnya nampak akrab dan ngobrol. "Kamu bisa besok antar Aku melihat gunung, tebing, dan danau, di pulau ini?" Kate mengharap Trengginas bisa mengantar dirinya wisata. Mendapat ajakan itu, Trengginas seperti mendapat rejeki dari langit yang tak ternilai harganya, sehingga dia pun langsung mengatakan, "Bisa, bisa, bisa." Mendapat jawaban seperti itu Kate tertawa cekakan. "Baik kalau begitu besok ketemu di Hotel Novital. Kamu tunggu di loby jam 08.00, Ok?" Kate berjanji. "Ok," balas Trengginas. "Baik sekarang Aku mau balik ke hotel, capek karena dari siang sampai sore Aku berenang di pantai," Kate minta ijin meninggalkan Cafe Boncel.

Ketika Kate pulang hati Trengginas kecut dan kesal sebab dirinya belum puas menikmati cantik wajah Kate. Namun dirinya senang besok bertemu kembali. Ketika Kate berdiri di depannya, Trengginas melihat kesempurnaan tubuh wanita dari Australia itu, memiliki tubuh yang tinggi, berambut pirang, berkulit putih kemerahan, dan lekukan tubuh yang seksi. Melihat mata Trengginas nakal, Kate tersenyum. "Selamat malam, sampai jumpa," sapanya dan pergi meninggalkan Trengginas sendiri.

Saking asyik ngobrol dengan Kate, dirinya lupa bahwa sprite yang dipesan masih di meja tempat duduknya tadi dan belum diminum, ia pun segera kembali ke meja itu, dibuka tutup botolnya dan glek, glek, glek, minuman itu dimasukan ke dalam mulutnya.

***

Pagi-pagi Trengginas sudah duduk di loby Hotel Novital. Ia menunggu Kate keluar dari kamar. Hari itu Kate minta diantar keliling Pulau Swaba untuk melihat gunung, danau, dan suasana pedesaan. Loby hotel bintang 4 itu nampak luas. Dilihatnya banyak wisatawan dari luar negeri hilir mudik, ada yang mauk cek in, ada pula yang cek out.

Di sebelah loby, nampak ruang breakfast tampak penuh para tamu hotel sedang menikmati sarapan pagi. Kursi-kursi yang tersedia penuh oleh para tamu yang sedang asyik sarapan. Aneka makanan, buah-buahan, minuman, dan kue yang tersedia, semua dicicipi oleh mereka. Bagi wisatawan asing, sarapan yang tersedia digunakan untuk merasakan enaknya makanan asli Pulau Swaba.

Di tengah menikmati rasa empuk sofa loby hotel, Trengginas dikejutkan oleh sapaan yang lembut, "Hei, selamat pagi." Suara lembut itu ternyata Kate. Dirinya pagi itu melihat Kate tampak cantik dan seksi, ia menggenakan kaos ketat berwarna putih dan celana jeans serta topi warna pink. "Apa Kamu sudah siap?" tanyanya. "Siap," ujar Trengginas dengan suara yang terburu-buru seperti orang bernafsu.

Mereka berdua, ketika berjalan nampak sangat lucu, Kate bertubuh tinggi dan seksi sedang Trengginas bertubuh pendek dan gemuk. Meski demikian Kate tidak mempermasalahkan perbedaan fisik itu. Kate berdiri menunggu di depan hotel, dan Trengginas mengambil sepeda motor yang diparkir. Tak lama kemudian, sepeda motor yang dikendarai itu sudah di depannya dan Kate pun membonceng sepeda motor.

Sepanjang jalan menuju tempat wisata, nampak Trengginas membual apa saja, entah Kate mendengar atau tidak bualan itu, dirinya hanya tersenyum dan kadang-kadang bilang, "O, ya?"

Ketika tiba di sebuah gunung yang menjulang tinggi, bak seorang pemandu wisata yang profesional, Trengginas menerangkan, gunung ini namanya Gunung Gejah, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Pulau Swaba dengan ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut. Gunung ini berada di Kecamatan Slikur, Kabupaten Sroto. Gunung Gejah dulu pernah meletus sehingga penduduk di sekitarnya ditransmigrasikan ke pulau lain. Gunung Gejah merupakan gunung api yang memiliki kawah yang besar dan dalam, dari tempat itu sering mengeluarkan asap dan uap air.

Masyarakat di sekitar percaya di gunung itu  tempat bersemayam para leluhur dan di puncaknya dipercayai sebagai pusat kekuasaan dan kerajaan para leluhur. "Oleh sebab itu masyarakat sekitar tiap tanggal dan bulan tertentu mengadakan slametan," ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun