Di tengah suasana yang tidak menentu itu tiba-tiba muncul bus besar. Meski bus berukuran besar namun bus itu kelihatan terseok-seok jalannya, kalau belok miringnya bukan main, cat warna hitam sudah kelihatan kumal, kaca depannya kelihatan retak bekas dilempar orang. Melihat bus datang, semua calon TKI bersorak, "Yeeeee."
Begitu bus datang, Klewo meminta para calon TKI itu untuk sabar dulu. Sebagai pegawai Perusahaan Pengirim TKI Wani Cepet, Klewo hendak menjelaskan dulu rute-rute perjalanan ke Malaysia. "Bapak-bapak kumpul dulu ya, Saya mau menjelaskan bagaimana caranya agar Kita bisa sampai ke Malaysia, " ujar Klewo. "Ya cepet saja, Saya sudah tidak sabar untuk jalan," teriak salah seorang calon TKI.
"Begini, Bapak-Bapak naik bus ini ke Tanjung Priok, Jakarta, nah nanti di sana ada orang yang akan menjemput Bapak-Bapak untuk naik kapal laut," ujarnya. "Sampai di kapal nanti akan dijelaskan lagi oleh pegawai Perusahaan Pengirim TKI Wani Cepet yang ada di sana," tambahnya. Mendengar jawaban seperti itu, semua menjawab, "Yo wis."
"Baik, kalau sudah jelas silahkan Bapak-Bapak naik ke bus," ujar Klewo. Begitu mendengar perintah seperti itu, tanpa komando para calon TKI itu menyerbu bus. Begitu berada di dalam bus mereka memilih tempat yang dirasa strategis. Begitu pula Pak Lunjak, ia  memilih tempat yang strategis pula, ia memilih tempat duduk di belakang sopir, tujuannya agar pandangan matanya bisa lebih leluasa. Syukur posisi yang dicarinya itu ada sehingga ia merasa nyaman.
Setelah mereka duduk di dalam bus selama setengah jam, selanjutnya bus yang dikemudikan oleh Kaprok itu bergerak dan putaran roda pun semakin cepat berputar dan membuat bus meninggalkan kantor Perusahaan Pengiriman TKI Wani Cepet. Sebab kecapekan, para calon TKI pun lebih memilih memejamkan mata agar mereka tak merasa dihinggapi rasa bosan.
***
Dari kejauhan Pak Lunjak melihat istrinya sedang menggendong Trengginas meninggalkan rumah. Hendak dihampirinya istri dan anaknya itu. Ketika dia membuntuti, langkah istrinya semakin cepat. Ia pun berlari, namun usaha larinya belum mampu menyentuh badan istrinya. Semakin cepat ia mengejar, semakin cepat pula istrinya itu jauh dari dirinya. Di tengah hutan, ia kehilangan jejak langkah istrinya. Sendirilah Pak Lunjak di tengah hutan itu. Tiba-tiba sekelebat, ia melihat istrinya berada tak jauh darinya. Ia pun berteriak, "Istriku!" Mendengar panggilan itu, istrinya menoleh kemudian berjalan ke arah tengah hutan. Pak Lunjak pun mengejarnya, namun lagi-lagi ia kehilangan jejak. Puluhan pohon besar dan tinggi menghambat pandangan dirinya saat mengejar anak istrinya.
Di tengah nafas yang tersenggal-senggal, tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara auman harimau yang keras. Mendengar auman raja hutan itu ada dua kecemasan yang menghinggapi dirinya, kecemasan akan keselamatan diri sendiri serta kecemasan akan keselamatan anak dan istrinya. Untuk menghindari terkaman harimau dengan segera ia bersembunyi di bawah akar pohon besar, ia komat-kamit membaca sesuatu agar diri serta anak dan istrinya bisa selamat dari terkaman harimau. Saat komat-komit binatang berkulit loreng keemasan itu melintas persis di depannya. Seketika darah berhenti, jantung berdetak sekadarnya, dan tubuh menjadi kaku, begitu raja hutan itu berada hanya beberapa jengkal darinya.
Harimau bertubuh besar itu untungnya melintas begitu saja ketika berada di samping Pak Lunjak sehingga ketika kelebat ekornya semakin menjauh, darah mulai mengalir ke seluruh tubuh, jantung mulai normal berdetak, dan bagian-bagian tubuh mulai bisa digerakan. Wuss," bunyi nafas lega selepas kejadian yang mengancam dirinya itu. Ia pun segera keluar dari akar pohon besar tempat dirinya berlindung. Matanya pun menyorot ke sana ke sini untuk melihat apakah harimau itu benar-benar sudah jauh darinya. Setelah dirasa aman, ia pun mencari arah ke mana istri dan anaknya tadi meninggalkan dirinya. Sorot matahari dari arah tenggara membuat dirinya menuju ke arah selatan. Disusurinya tanah-tanah yang biasa dilewati babi hutan, rusa, dan hewan-hewan hutan itu.
Begitu ia berada di pinggir tebing, ia kaget melihat istrinya sedang berdiri persis di pinggir tebing. Istrinya dengan menggedong Trengginas menatap kosong ke depan. Pak Lunjak pun memanggil istrinya, "Istriku ini Aku suamimu." Mendengar panggilan lembut, istrinya itu menoleh kepadanya, setelah itu tersenyum kepadanya. Tak disangka senyuman itu adalah senyuman terakhir. Tiba-tiba ia melompat ke jurang yang dalam dan curam. Melihat istrinya melompat ke jurang, Pak Lunjak secara histeris berteriak, "Istriiiiiikuuu!" "Pak, Pak bangun," ujar Kaprok. Sopir bus itu membangunkan Pak Lunjak dari tidurnya. Pak Lunjak baru sadar bahwa dirinya telah bermimpi. Sebuah mimpi buruk baginya. Setelah benar-benar sadar dari tidur, ia mendengar banyak penumpang lainnya tertawa, dan berujar, "Mau ke Malaysia kok masih kangen sama anak istri." Mendengar ujaran itu semuanya pun tertawa, gerrr. Mendengar tertawaan para calon TKI itu Pak Lunjak tidak peduli, ia bersihkan keringat dingin dari mukanya.
***