Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kate pun melanjutkan, suamiku tidak hanya mempermalukan keluarga namun juga membuat elektabilitas partai tempat suamiku bernaung menjadi turun. Saya menikah dengan dia sudah 15 tahun dan memiliki 3 anak. Saya yakin ini adalah ulah oposisi dengan operasi intelijen yang ingin menjatuhkan posisi suamiku dan partainya. Bukti-bukti perselingkuhan yang dilakukan melalui email, semuanya diekspos ke publik. "Ini sangat memalukan," ujar Kate geram.

Akibat perselingkuhan itu, suamiku mengundurkan diri. Ia tidak kuat dengan desakan dari kalangan oposisi dan press. Padahal suamiku mempunyai jasa besar terhadap bangsa dan negara. Ia mampu mencairkan ketegangan negara Kami dengan musuh-musuhnya. Tak hanya itu, suamiku juga mampu memperjuangkan kelompok minoritas, gay, homosex, lesbi, untuk bisa duduk dalam parlemen, aparat pemerintah, polisi, dan militer. "Sudahlah ini mungkin nasibku, suamiku, serta keluargaku," ucap Kate.

Suasana kamar itu menjadi hening. Selanjutnya karena rasa capek setelah berwisata dan melakukan hubungan tak sesuai dengan norma agama dan ketimuran membuat mereka akhirnya langsung terlelap dalam tidur.

Sinar matahari membangunkan lelap tidur Trengginas, dilihatnya Kate masih nampak pulas, ia enggan membangunkan. Ia lupa bahwa hari itu dirinya harus kuliah, ia pun menulis pesan di atas kertas dan diletakkan di meja. Pesannya ia mau kuliah dan nanti malam mau bertemu kembali.

***

Terlambat sudah Trengginas tiba di Gedung BC, dengan demikian kalau dirinya tetap masuk ruangan pasti akan disuruh keluar. Pagi Jam 10.00 hari itu adalah mata kuliah Kewiraaan. Dosennya adalah Kolonel Soeprapto. Sebagai seorang tentara tentu Soeprapto menegakkan disiplin yang tinggi saat mata kuliahnya, mahasiswa yang terlambat datang dilarang masuk. Tak hadir berarti akan mempengaruhi nilai akhir saat ujian.

Dengan muka cemberut, Trengginas duduk di samping Gedung BC. Ia menyesal mengapa tadi malam tidak pulang saja dari Hotel Novital sehingga dirinya tidak terlambat datang. Namun dalam hati ia berpikir kalau pulang malam pasti ia tidak bisa bersenang-senang dengan Kate.

"Hai Kamu mengapa tidak kuliah," seorang mahasiswa senior menyapa. "Terlambat datang," jawabnya. "O, pantas. Memang Pak Soeprapto terkenal disiplin," ujar senior itu. Trengginas hanya tersenyum. "Mau rokok?" seniornya menyodorkan rokok kepadanya. "Nggak ah, nanti kecanduan," jawab Trengginas. "Saya dulu begitu seperti Kamu nolak merokok namun sekarang kecanduan tapi nggak masalah bagiku," senior itu menerangkan sambil menghembuskan asap dari rokok yang dihisap.

"Kamu kok nggak pulang saja kalau nggak masuk kelas," senior itu bertanya. "Jam 12.00 ada kuliah Teknik Dasar," jawab Trengginas. "O, sama dong Aku juga kuliah itu," seniornya menimpali. "Kok baru sekarang kuliah?" Trengginas balik bertanya. Dengan tersenyum, seniornya berujar, "Ya biasa, nggak lulus, dosennya pilih kasih." "Pilih kasih gimana?" Trengginas penasaran dengan jawaban itu. "Nilai A, B, C, D, E, dan F, dilihat siapa mahasiswanya. Kalau kenal dikasih lulus, kalau nggak kenal nggak dikasih lulus," jawab senior dengan santai.

Di tengah perbincangan keduanya tiba-tiba mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kewiraan berhamburan keluar dari ruang. Dengan demikian berarti kuliah sudah selesai. Wajah mereka nampak ada yang kecapekan, ada pula yang berseri-seri. Mereka kemudian bergerombol menunggu kuliah selanjutnya.

Dari kejauhan nampak dosen mata kuliah Teknik Dasar sedang berjalan menuju ke Gedung BC. Melihat dosen datang, semua bergegas masuk ke dalam ruangan, termasuk Trengginas. Anehnya para mahasiswa memilih tempat duduk yang belakang sehingga kursi yang depan nampak kosong, entah mengapa mereka melakukan yang demikian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun