Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00, "Saya akan kembali ke hotel," Sheverine beranjak dari kursinya. Trengginas pun nampak kecewa, dirinya belum puas ngobrol sambil memandang wajah Sheverine yang ayu.
Ketika Sheverine meninggalkan Cafe dan berjalan menuju ke hotel, Trengginas menempelnya dan masih mengajak ngobrol, Sheverine dengan ogah-ogahan melayani obrolan itu. Sampailah di depan kamar hotel di mana Sheverine tinggal. Kunci elektrik digesek, klik, terdengar dan warna hijau muncul di tempat suara itu. Sheverine masuk ke dalam kamar dan Trengginas juga ikut masuk, entah kenapa perempuan berambut pirang itu tidak protes ketika Trengginas ikut masuk ke dalam.
Trengginas duduk di kursi di depan televisi kamar hotel. Sheverine masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian. Trengginas kaget ketika perempuan jangkung itu keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan celana dan BH string. Sheverine menarik Trengginas ke dalam tempat tidur. Selanjutnya Trengginas berubah menjadi seekor gudel anak kerbau yang haus menyusu ke induknya. Tenaga manusianya berubah menjadi tenaga hewan ketika harus bergumul dengan Sheverine. Bak seperti anak kerbau yang tidak lama kena air, Trengginas menggelepar gelepar di atas tubuh Sheverine. Sheverine yang bertubuh jangkung dan lebih besar dibanding tubuh Trengginas yang pendek dan gedut pun tak kuasa menahan gejolak nafsu Trengginas.
"Ahhh," keduanya pun secara serentak mengucapkan demikian ketika berada di puncak nafsu. Selesai melakukan perbuatan itu, Sheverine langsung bangkit dan menuju ke meja, diambilnya beberapa lembar dollar dan berujar. "Uang buat Kamu, sekarang  pergi," ujarnya dengan nada tegas. "Mengapa pergi?" ujar Trengginas. "Keluar, keluar!" ujar Sheverine sambil melempar beberapa lembar uang bergambar George Washington ke muka Trengginas. "Ok, Ok," jawab Trengginas. Ia pun segera memakai baju dan celananya dan mengambil uang yang tercecer dan selanjutnya pergi meninggalkan kamar Sheverine.
Sheverine adalah seorang istri yang tidak bahagia. Ia sebenarnya mencintai suaminya, namun suami lebih sibuk mengurus kerjanya, sehingga Sheverine suka ditinggal sendiri di rumah. Ketika kebutuhan biologis jarang dipenuhi inilah yang membuat dia mencari laki-laki lain untuk memuaskan. Bagi Sheverine apa yang dilakukan itu bukan atas nama cinta namun untuk kebutuhan jasmani. Hatinya masih berharap agar suami memberi dia cinta sesungguhnya.
***
"Trengginas kenapa Kamu kok jarang kelihatan di kos," ujar Ibu Kos. Mendapat pertanyaan itu dirinya hanya tersenyum, "Biasa Bu, cari proyek." "Kalau niat kuliah ya harus rajin ke kampus, jangan main saja," Ibu Kos menasehati. "Wakakakakkak," Trengginas tertawa lebar. Pada hari itu suasana kos terlihat ramai, teman-temannya, baik sefakultas atau lain fakultas sedang berkumpul, Trengginas pun ikut nimbrung dan ngobrol macam-macam dari pengalaman di kampus maupun pengalaman pribadi. Di situ ada temannya seperti si Ulang, Eling, Onoy, Kojed, Siful, Sidar, Ingko, dan Firan.
Teguran dari Ibu Kos kepada Trengginas membuat dirinya malam itu tidak keluar rumah. Digunakan waktu yang ada untuk menambah keakraban diantara anak kos.
***
Di dekat ruang administrasi, terlihat para mahasiswa sedang mengerubungi sebuah pengumuman. Mereka dengan teliti dan seksama membaca selembar kertas yang menerangkan sesuatu. "Apa nih?" ujar salah seorang mahasiswa. "Pengumuman beasiswa," ujar mahasiswa yang lain. "Syaratnya apa?" tanyanya lagi. "Indeks prestasi minimal 2,75," jawabnya lagi. "Wah nggak cukup Aku. Indek prestasiku cuma 2,3," ujarnya dengan cengengesan. Mahasiswa yang mengatakan dengan cengengesan karena ia termasuk mahasiswa yang malas.
Trengginas yang ada di tempat itu terlihat seksama melihat pengumuman. Ia hanya meringis. Satu per satu mahasiswa meninggalkan tempat itu dan pergi ke tempat kuliah masing-masing. Hari itu Trengginas akan kuliah Mekanika. Ia pun menuju ke Gedung DC. Di salah satu ruang gedung itu kuliah diadakan. Sampai di gedung itu, sudah ada puluhan mahasiswa nongkrong menunggu dosen datang.