Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Hari itu Trengginas, Onoy, Kojed, dan Firan pergi bersama-sama ke Pantai Pelangi. Ketiga orang itu mau pergi ke pantai karena diajak oleh Trengginas. 'Daripada bengong di kos mending jalan-jalan," rayu Trengginas kepada tiga orang itu saat di kos. Entah karena rayuan atau menghilangkan rasa jenuh, mereka akhirnya mau diajak jalan.

Masing-masing ke pantai membawa sepeda motor. "Siapa tahu ada empat bule cewek bisa Kita ajak jalan bersama," ujar Trengginas. Saat di jalan keempat orang itu menjadi perhatian orang sebab dengan sedikit ugal-ugalan mereka mengendarai motor seenaknya. Bahkan sesekali Firan mengendarai sepeda motor sambil berdiri. Melihat hal yang demikian, para wisatawan bersuit-suit. Bahkan banyak bule yang mengacungkan jempol. Keanehan mereka dianggap oleh wisatawan sebagai hiburan tambahan.

Sampai di pantai sepeda motor itu diparkir rapi di tempat parkir yang tersedia. Mereka bergegas menuju ke laut dan segera berenang. Gelak tawa terdengar saat mereka berada di dalam air. Gelombang laut yang tidak besar membuat mereka mampu berenang ke tengah. Ketika ada orang berselancar tangan mereka melambai-lambai agar tidak ditabrak. Sebab ada pengalaman ketika ada yang berenang kemudian tidak memberi lambaian tangan kepada orang yang berselancar, membuat ia ditabrak. Tabrakan antara papan selancar dengan muka itu membuat perenang rusak mukanya sehingga ia harus dioperasi plastik.

Setelah berenang ke sana ke mari, keempat orang itu akhirnya naik ke darat. Segera ia menuju di bawah pohon untuk mengeringkan badan dari basah dan rasa asing. Untuk menetralkan rasa asin, mereka menuju ke pancuran yang sudah disediakan pengelola pantai. Di tempat itu, pengunjung pantai selepas berenang pasti membasuh badannya dengan air tawar agar badan menjadi segar dan bebas dari rasa garam.

Dilihat pancuran itu penuh sehingga beberapa orang yang ingin menikmati fasilitas itu harus antri. Antrian di depan Kojed adalah seorang bule laki-laki yang sudah tua. Sedang di belakang Firan, seorang bule cewek. "Hei," sapa Firan kepada bule cewek itu sambil menunggu giliran. "Ya, Aku mau membilas badan," ujar bule cewek itu. "Sama," ujar Firan. "Antriannya panjang banget," bule cewek itu memprotes fasilitas yang ada. Firan pun tersenyum.

Ketika giliran Firan, ia mempersilahkan bule cewek itu duluan, "Woo terima kasih," ujarnya. Guyuran air pada bule cewek itu membuat tubuhnya menjadi seger, tak hanya itu, air yang diambil dari perusahaan air daerah itu menyingkap kecantikannya. Merasa diperhatikan Firan, bule cewek itu hanya tersenyum. Setelah dirasa cukup menghilangkan bau asin dan membersihkan dari pasir yang ada di tubuh, bule cewek itu meninggalkan tempat.

Sekarang Firan yang ganti membasuh tubuh  dengan air tawar itu. Rupanya Firan tak lama-lama membersihkan tubuh  sebab dengan beberapa gerakan, air yang yang mancur itu bisa menghilangkan bau asin dan kotoran lain yang ada. Ia pun meninggalkan pancuran itu, dan giliran orang selanjutnya maju.

Ketika hendak meninggalkan tempat itu, Firan melihat bule cewek itu sedang duduk memandang ke pantai. Di dekatinya, "Hei," sapanya. Tahu yang menyapa adalah orang yang sudah menolong dirinya, ia pun membalas, "Hei juga."  "Siapa namamu?" tanya Firan."Celia," jawabnya. "Woo Celia," Firan kagum. "Celia sama siapa?" tanya Firan lagi. "Bersama tiga temanku lagi, Imogen, Siobhan, dan Lizzy," Celia menyebut teman-temannya. Celia berteriak memanggil temannya yang masih berada di air. Merasa dipanggil, Imogen, Siobhan, dan Lizzy, berlari menuju kepada arah Celia.

"Ada apa?" tanya Imogen. "Ha, ha, ha," Celia tertawa. "Aku mau memperkenalkan orang ini kepadamu," Celia berujar. "Woo, hebat," kata Lizzy. "Saya juga tidak sendiri namun juga membawa teman," papar Firan. Ia pun memanggil Trengginas, Kojed, dan Onoy. Melihat Firan bersama bule cewek, mata Trengginas langsung hijau. Mereka bertiga segera ke tempat Firan dan Celia. Mereka semua pun akhirnya saling berkenalan.

"Ok, acara Kita apa?" tanya Celia. "Bagaimana kalau besok Kita jalan-jalan keliling Pulau Swaba," Firan mengajukan usul. "Ok, usul yang bagus," Siobhan mulai bicara. "Namun malam ini Kita pesta ikan bakar, bagaimana setuju?" Trengginas tidak mau pertemuan itu berlalu begitu saja. "Ok," "Ok, "Ok," satu persatu mengatakan demikian.  "Tapi pesta ikan bakarnya tidak di sini namun di Pantai Jengkoreng," ujar Trengginas. Pantai Jengkoreng letaknya 4 km dari Pantai Pelangi, namun untuk mencapai tempat itu jalannya harus memutar dan harus melewati bandara. Karena mereka membawa sepeda motor maka mereka berboncengan, Firan dengan Celia, Trengginas dengan Imogen, Kojed dengan Lizzy, Onoy dengan Siobhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun