Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Swaba yang hendak dituju makin lama makin didekati, hingga akhirnya merapatlah kapal itu. Begitu kapal merapat, ia tidak mau mengulangi kecerobohan yang dilakukan tadi, yakni tertinggal bus, sehingga dengan bergegas ia pun menuju ke Bus Cepat Jaya. Untuk mencapai tempat itu, ia harus melewati jalan sempit di antara kendaraan-kendaraan besar yang terangkut di kapal. Tubuhnya yang tambun mempersulit dirinya bergerak. Dengan sedikit kesusahan dan harus memiringkan tubuhnya ke kanan dan kiri sampailah ia di pintu Bus Cepat Jaya, dibukalah pintu itu dan segera naik. Dilihatnya semua penumpang sudah berada di dalam.

Jalan antara kapal dan pelabuhan pun sudah tersambung, satu persatu kendaraan besar yang berada di lambung kapal keluar, termasuk Bus Cepat Jaya. Suasana lain dilihat Trengginas ketika berada di Pulau Swaba. Nampak banyak anjing berkeliaran dan bahasa yang dirasa belum akrab dengan telinganya. Bus pun melaju kembali ke arah Kota Pulau Swaba. Entah merasa kelelahan atau bosan dengan pemandangan yang hanya dilihatnya hamparan sawah yang menghijau, Trengginas pun memilih tidur.

Trengginas terbangun dari tidurnya ketika ada teriakan dari kernet, "Tiba, tiba, tiba." Matanya terbelalak ketika dirinya masuk ke terminal yang pernah belum dikunjungi. Di sebuah bangunan induk terminal terpampang sebuah tulisan Terminal Jebung. Di tempat inilah dirinya sadar bahwa ia sudah berada di kota yang dituju. Satu persatu penumpang turun dan antri mengambil barangnya di bagasi yang berada di samping kanan dan kiri badan bus. Trengginas yang barang bawaannya tidak banyak, tak perlu mengambil di bagasi, barang yang dibawanya cukup ditaruh di tempat barang yang berada di atas tempat duduknya.

Sesampai di tempat angkutan kota, ia bertanya kepada seseorang yang berpakaian biru dan di lengannya tertulis Dishub Provinsi Swaba, "Pak di mana Universitas Silada itu ya?" "O, adik naik angkutan kota warna biru itu nah ia lewat pas di depan kampus," petugas dishub itu menjelaskan. "Terima kasih Pak," Trengginas mengucapkan rasa balas budi. Tempat antrian angkutan kota berwarna biru itu dihampiri, dan dipilihnya antrian paling depan yang menunjukkan bahwa angkutan itu yang paling dulu jalan. Di angkutan itu sudah ada beberapa orang duduk di dalam.

Penuh sudah akhirnya angkutan kota itu, dan bergerak si biru meninggalkan Terminal Jebung. Di kota yang pertama kali Trengginas datangi itu, dilihatnya kesibukan masyarakat yang cukup padat, kanan kiri banyak toko mebel, rumah makan, bengkel, dan toko serba ada. "Kampus, kampus," teriak sopir. Mendengar kata itu Trengginas bilang, "Kiri Pak." Sopir pun mengarahkan angkutan menepi, dibayar ongkos semestinya, dan anagkutan itu meninggalkan Trengginas.

Dililhatlah bangunan kampus itu dan di gerbangnya tertulis Universitas Silada. Suasana kampus nampak ramai, banyak orang seusia dirinya yang datang ke kampus, mereka diantar oleh orangtua. Ia pun masuk ke dalam kampus dan mencari info tempat pendaftaran ulang. Dilihat petunjuk tempat pendaftaran ulang. Ia menuju arah petunjuk itu, dengan mengikuti petunjuk, sampailah ia ke sebuah tempat bangunan yang sangat besar mirip balairung. Di situ terlihat puluhan petugas pendaftaran ulang yang tengah sibuk melayani calon mahasiswa baru.

Setelah ia memilih tempat pendaftaran ulang untuk jurusan dan fakultas yang dipilih, arsip yang dibutuhkan pun diserahkan kepada petugas. "Kurang satu dik, yakni bukti pembayaran dari bank," ujar petugas itu sambil merapikan arsip yang diserahkan Trengginas. "Nah setelah membayar di bank, nanti adik kembali ke sini ya,"  petugas itu menyarankan.

Trengginas pun menuju loket bank yang ditunjuk, antrian nampak panjang, dengan sabar ia ikut dalam antrian itu. Tibalah giliran dirinya membayar uang yang telah ditentukan. Bukti pembayaran pun diberikan dari pegawai bank kepada dirinya. Bukti pembayaran itu selanjutnya diserahkan kepada petugas daftar ulang. Akhirnya Trengginas pun mendapat secarik bukti bahwa semua persyaratan telah dipenuhi, dengan demikian ia sudah resmi tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Silada.

***

Kelihatan ngantuk dan lelah nampak di muka Trengginas. Setelah urusan pendaftaran selesai, ia segera mencari tempat duduk yang nyaman di kampus itu. Dilihatnya sebuah taman kampus yang begitu asri dan rindang, dirinya menuju ke tempat itu

Di taman kampus nampak seorang mahasiswa yang sepertinya sudah senior sedang membaca buku karangan Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah. Kedatangan Trengginas tidak dihiraukan oleh mahasiswa itu, Trengginas duduk tidak jauh darinya. Diletakkan tasnya dan ia duduk sambil menikmati keteduhan taman kampus. Dihirupnya udara yang sejuk dalam-dalam. Selanjutnya ia merebahkan diri di tempat duduk itu. Rupanya matanya terpejam dan tertidurlah dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun