Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar pemaparan itu, Kate tertegun dan sesekali mengatakan, "Wooo."

Selanjutnya Trengginas dan Kate menuju ke tempat wisata Danau Bulan. Trengginas memaparkan kepada Kate bahwa Danau Bulan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Pasopisa, Desa Bentar Abang, Kecamatan Ringin Limo. Danau Bulan adalah salah satu gugusan danau di kawasan itu, selain Danau Bulan, ada Danau Wulan, dan Danau Srengenge. Di antara danau yang ada, Danau Bulan yang merupakan danau tercantik sehingga leluhur mereka memilih di tempat itu untuk melakukan pemujaan kepada Dewi Langit Biru sebagai danau kebaikan dan kecantikan. "Tak heran di sini para penduduk khususnya perempuan suka membasuh mukannya dengan air danau agar awet muda," ujar Trengginas.

Di tempat-tempat itu Kate benar-benar menikmati, ia selalu mengambil foto dengan latar belakang tempat-tempat wisata itu. Ia selalu mengatakan, "Indahnya," ketika melihat pemandangan alam yang tidak dijumpai di negaranya. Bahkan saat di danau ia juga membasuh mukanya dengan air yang bening dan dianggap sakral. "Segar," ujarnya selepas membasuh muka dengan air danau.

"Tidak terasa malam akan tiba," ujar Kate. "Waktunya pulang," tambahnya. Trengginas pun mengiyakan. Sepeda motor itu pun mengarah ke hotel. Menjelang tiba di hotel, Kate berujar, "Saya ingin makan ikan bakar." Trengginas menuruti kemauan Kate. Dengan segera ia mengarahkan sepeda motor ke rumah makan ikan bakar yang berada di tepi pantai. Ketika tiba di tempat itu, sudah banyak orang berada di rumah makan ikan bakar yang paling enak di Pulau Swaba.

Mereka berdua mencari tempat duduk yang kosong. Untung masih ada tempat duduk yang kosong untuk dua orang. Tak lama setelah mereka duduk, pelayan mendatangi mereka dan menyodorkan menu makanan dan minuman. Kate memilih ikan bakar kerapu dan ice juice buah naga, sedang Trengginas cukup memilih nasi goreng dan teh manis.

"Tadi perjalanan yang menyenangkan," kata Kate ketika menunggu makanan datang. "Iya, perjalanan yang menarik," sahut Trengginas. "Saya suka jalan-jalan di pulau ini," ujar Kate lagi. Mereka pun asyik ngobrol. Makanan dan minuman yang dipesan akhirnya tiba. "Silahkan," ujar pelayan itu dengan ramah. Kate tersenyum saat pelayan itu menyilahkan dengan ramah. Entah karena lapar atau enak rasanya, Kate sangat menikmati menu itu, sehingga duri ikan itu pun masih dinikmati. "Sangat lezat," "Ini makanan yang enak," ujarnya. Mendengar rasa senang Kate, Trengginas hanya tersenyum. "Ok, Kamu tunggu di sini Aku mau bayar," kata Kate kepada Trengginas sambil dirinya menuju cashier. Beberapa lebar uang dikeluarkan dari tas kecil dan lunas sudah semua makanan yang dipesannya.

"Ayo sekarang Kita ke hotel," ajak Kate. "Ok," sahut Trengginas. Mereka berdua pun dengan sepeda motor kembali menuju ke hotel. Sampai di hotel, Trengginas membawakan souvenir yang dibeli Kate hingga kamar. Di kamar 205 itulah Kate tidur. Trengginas ikut masuk kamar. Souvenir yang dibeli ditaruh di meja dan ia duduk di kursi yang ada. "Kamu senang di kamar ini?" tanya Kate. "Senang sekali," jawab Trengginas dengan wajah yang cerah. "Ok, Aku mau mandi dulu," Kate pun menuju kamar mandi. Kamar mandi itu berdinding kaca sehingga transparan sekali ketika ia berada di dalamnya apalagi saat lampu di kamar mandi itu dinyalakan sehingga jelas sekali tubuh Kate terlihat dari luar. Melihat hal yang demikian, jantung Trengginas berdetak kencang, keringat dingin keluar dari tubuh, matanya tak bergerak memandang bayang-bayang Kate yang terlihat jelas. Tubuh Kate yang tinggi, lekukan tubuh yang sexy, jelas tergambar.

Setengah jam sudah Kate mandi, ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan dalam tubuh. Detak jantung Trengginas semakin tidak karuan ketika ia keluar dari kamar mandi dan berdiri tidak jauh darinya. "Hai, jangan diam saja," ujarnya ketika melihat Trengginas diam seribu basa. Entah siapa yang menggerakkan tubuh Trengginas mendekat ke arah perempuan itu, Kate yang membelakangi Trengginas tidak sadar kalau laki-laki yang mengantar jalan-jalan tadi mendekat. Ia kaget ketika dirinya di dekap oleh tubuh yang pendek dan gemuk. "Hei, apa yang kamu kerjakan," ujarnya.

Rupanya Trengginas tidak menggubris kata-kata itu, bak seperti gundel yang kehausan susu induknya, ia menerjang tubuh Kate dengan naluri anak kebo. Bergerak tak karuan tubuh Trengginas mendekap tubuh Kate. Kate yang awalnya hendak menghalau tubuh Trengginas, entah kenapa tiba-tiba tidak mampu, meski tubuh Trengginas pendek dan gemuk, namun tenaganya begitu kuat ketika mendekap tubuh Kate.

Didorongnya tubuh Kate ke atas ranjang dan naluri gudel pada diri Trengginas muncul demikian kuatnya, sekarang yang muncul hanya nafas-nafas yang berpacu dengan suara ranjang yang berderit-derit. Lenguhan dan rintihan Kate muncul saat nafsu  Trengginas menjadi nafsu hewan.

"Ahh," Trengginas pun terguling di samping Kate ketika puncak nafsunya tercapai. Kate pun demikian juga. Setelah terdiam beberapa saat, selanjutnya Kate mulai mengeluarkan isi hatinya, "Trengginas mengapa Saya melakukan hal demikian kepadamu?" Kate pun menjawab sendiri, "Saya lagi ada masalah dengan suamiku. "Masalah apa yang menimpa Kamu?" tanya Trengginas yang masih tergolek di sampingnya. Kate pun menceritakan, suaminya adalah seorang politisi yang ternama. Namun saat ini dirinya telah mengundurkan diri. Ia mengundurkan diri bukan karena korupsi, namun terungkap melakukan selingkuh dengan sekretarisnya. "Meski negara Kami penuh kebebasan namun masalah selingkuh bisa mencoreng muka pejabat publik," ujarnya. "Pejabat publik di negara Kami dituntut untuk selalu berbuat baik," tambahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun