Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miyuki tidur tertelungkup, punggungnya yang lebar dan berwarna kuning terlihat dengan jelas oleh Trengginas. Trengginas dengan pelan-pelan memijat punggung itu. Miyuki nampak mendesah ketika tangan Trengginas menekan keras pijatan. Selesai punggung, arah pijatan yang dilakukan ke pinggang dan selanjutnya makin ke bawah. Ketika tak ada reaksi dari Miyuki ketika tangan Trengginas mulai nakal, Trengginas mulai berubah menjadi seekor anak gudel. Keluarlah nafsu birahi sehingga ia segera menggunakan kesempatan itu untuk menggeluarkan segala energinya kepada Miyuki. Miyuki hanya bisa mendesah dan melenguh ketika gudel di atas tubuhnya.

***

Pagi itu Miyuki dan Trengginas sudah berada di bandara, mereka hendak melakukan penerbangan domestik. Mereka akan menuju ke Jepara untuk melihat produsen mebel. Pesawat yang hendak dinaiki sudah merapat ke garba rata. Penumpang pun sudah siap-siap antri untuk masuk pesawat.

Setelah petugas membuka pintu masuk, antrian penumpang satu persatu masuk ke dalam pesawat. Trengginas dan Miyuki berada di kursi nomer 10 E dan 10 F sehingga duduknya berdampingan. Miyuki memilih duduk di kursi 10 F agar bisa dekat dengan jendela. Dengan dekat jendela, ia bisa menikmati pemandangan alam yang ada. Setelah semua kursi terisi dan pintu ditutup, selanjutnya lewat monitor diperagakan cara-cara penyelamatan diri bila dalam keadaan darurat. Miyuki melihat yang demikian sudah bosan, sebab ia sering melakukan perjalanan udara. Sedang Trengginas yang masih jarang melakukan perjalanan lewat udara, nampak seksama mengikuti petunjuk-petunjuk itu.

Begitu usai petunjuk tata cara penerbangan sipil, pesawat siap-siap take off. Pesawat pelan-pelan mulai bergerak selanjutnya bertambah cepat, lebih cepat, dan paling cepat, dan selanjutnya meninggalkan landasan. Pesawat mulai melayang. Miyuki nampak senang ketika pesawat sudah berada di atas, ia bisa melihat panjangnya Pantai Pelangi dan birunya laut. Tak lama pesawat sudah di atas awan. Sekarang yang nampak hanya gumpalan awan seperti kapas. Rasa bosan mulai menghinggapi Miyuki. Pintu jendela pesawat ditarik dan ia memejamkan matanya untuk tidur. Dengan tidur maka rasa bosan itu hilang.

Tangan Miyuki digoyang-goyang oleh Trengginas. Trengginas melakukan hal yang demikian untuk membangunkan Miyuki dari tidur sebab sebentar lagi pesawat akan mendarat. Benar apa yang dilakukan oleh Trengginas, buktinya pesawat menurunkan ketinggian dan nampak jelas daratan dan bangunan rumah. Ketinggian pesawat semakin rendah dan roda pesawat teras keras membentur sebuah landasan. Dengan demikian menandakan bahwa pesawat sudah mendarat. Meski pesawat sudah mendarat namun laju pesawat masih terasa kencang, sedikit demi sedikit kecepatan mulai berkurang dan pesawat bisa dikendalikan oleh pilot. Arah pesawat diarahkan menuju Gate 3, setelah pesawat berhenti sempurna, pintu pesawat dibuka. Bak seperti air, penumpang keluar dari perut pesawat. Mereka buru-buru keluar sebab jenuh dan bosan di udara.

Trengginas dan Miyuki pun buru-buru meninggalkan perut pesawat. Begitu tiba di ruang kedatangan, mereka menunggu koper. Koper itu ditaruh dalam bagasi sehingga harus menunggu untuk dikeluarkan dari badan pesawat dan selanjutnya dikembalikan kepada penumpang dengan memperlihatkan tanda bukti kepemilikan barang.

"Kita menginap di hotel dulu dan besok baru ke Jepara," kata Miyuki,  "Saya ingin menikmati kota ini." "Nggak masalah," sahut Trengginas. Dengan menaiki sebuah taxi warna biru mereka menuju ke sebuah hotel di persimpangan. Di depan hotel adalah pusat keramaian kota. Receptionist tidak curiga atau meminta surat keterangan menikah ketika Miyuki yang didampingi Trengginas cek in. Receptionist hanya meminta pasport milik Miyuki untuk selanjutnya dicatat. Petugas hotel selanjutnya memberi kunci kamar Miyuki. Dirinya senang bisa mendapat kamar di lantai 7 dan menghadap ke pusat keramaian itu. Dari situ ia bisa melihat keindahan kota. Kerlap-kerlip lampu terlihat di mana-mana ketika malam tiba.

Malam itu, Miyuki bersama Trengginas dengan naik becak keliling kota. Bertepatan dengan malam minggu, suasana sangat ramai. Di alun-alun para pedagang memenuhi setiap sudut. Orang tumpah ruah, meski alun-alun padat, namun banyak orang menikmati tempat itu. Di tengah kerumunan orang, Miyuki diperhatikan banyak orang. Hal demikian karena ia orang Jepang sehingga nampak lain bentuk fisiknya, apalagi ia cantik sehingga orang tak jenuh-jenuh menikmati wajah Miyuki. Trengginas yang berada di sampingnya malah dicibirkan. "Wong ayu karo wong elek," seorang di pinggir jalan itu nyletuk. Kalimat yang artinya orang cantik dengan orang jelek itu tak menyinggung Miyuki namun menyinggung Trengginas. Kuping Trengginas menjadi merah sehingga ia cepat-cepat mengajak Miyuki menjauh dari kerumunan orang di alun-alun. Miyuki paham dan mereka naik becak menyusuri jalan yang lain.

Di sebuah jalan ia melihat sebuah restoran yang bertuliskan Rumah Makan Bandeng Presto. "Apa itu?" tanya Miyuki. Trengginas menggeleng, ia juga tidak tahu. "Pak, pak, stop," kata Miyuki kepada tukang becak. Persis di depan rumah makan itu becak berhenti. Beberapa lembar uang diberikan kepada tukang becak dan selanjutnya Miyuki dan Trengginas langsung menuju ke rumah makan yang belum diketahui apa menunya.

Dua pelayan menyambut dengan ramah ketika Trengginas dan Miyuki masuk ke dalam restoran, dipandu mereka ke sebuah meja yang dipilihkan oleh pelayan. Meja itu berada di samping kolam ikan, suara gemericik air terdengar. Setelah mereka duduk, pelayan yang lain memberikan daftar menu. Di daftar menu tercatat nama-nama makanan yang semuanya menggunakan nama bandeng, seperti bandeng presto, otak-otak bandeng, bandeng tanpa duri, paha bandeng, tahu bakso bandeng. "Sepertinya enak," gumam Miyuki dengan bernafsu. Ia segera memesan menu-menu itu. "Baik Ibu, sebentar lagi pesanan akan datang," ujar pelayan itu dengan ramah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun