Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bukan Gigolo

5 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:48 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa lapar membangunkan tidur Trengginas, ketika matanya terbuka mahasiswa senior tadi sudah tidak ada, yang nampak di matanya sekarang beberapa mahasiswa yang umurnya jauh di atas dirinya. Trengginas menghampiri mereka, "Mas di sini warung nasi yang paling dekat di mana ya?" Mendapat pertanyaan itu, salah satu diantara mahasiswa itu menjawab, "Di belakang kampus, dari sini ya sekitar 100 meter." "Makasih Mas," ujar Trengginas sambil meninggalkan tempat itu.

Ia pun berjalan ke arah yang ditunjukan, setelah berjalan 200 langkah, ditemukan warung nasi. Warung nasi itu nampak sederhana, menyediakan makanan yang biasa dirinya santap, seperti tempe, tahu, sayuran, kerupuk, dan sambel. Duduklah ia di bangku panjang di warung itu. "Bu makan nasi ya," Trengginas mengatakan yang demikian. Dengan tidak pakai basa-basi, penjual nasi itu mengambil nasi kemudian diberi tempe dan tahu serta sayuran secukupnya. Disodorkan makanan itu kepada dirinya. Seporsi makanan sederhana itu kemudian disantapnya.

Penjual nasi itu tahu bahwa Trengginas adalah mahasiswa baru di Uniersitas Silada. Penjual nasi dengan basa-basi bertanya, "Mahasiswa baru ya." Mendapat sapaan itu Trengginas yang sedang meneguk air putih menjawab, "Iya Bu." "Sudah mendapat tempat kos?" penjual nasi itu bertanya lagi. "Belum," Trengginas menjawab dengan wajah kekenyangan. "Kalau mau di tempat Saya ada satu kamar kosong. Kamar kosong itu ditinggalkan penghuni karena bulan kemarin ia sudah diwisuda," penjual nasi itu menawarkan tempat kos. "Berapa perbulan?" tanya Trengginas. Penjual nasi itu menjawab harga perbulannya. Mendapat tawaran harga kos yang harganya seperti itu, dirinya berpikir sesaat. Setelah dipikir-pikir harga itu cocok dengan uangnya, "Iya Bu. Saya ambil kos di tempat Ibu." Mendapat kepastian dari Trengginas, penjual nasi itu memanggil pembantunya. "Kamu antar Mas ini ke rumah Kita ya, Dia mau kos di kamar nomer 7 yang kosong," perintah penjual nasi itu kepada pembantu.

Trengginas dan pembantu itu pun berjalan menuju rumah yang dituju. Gang-gang yang dilintasi memperlihatkan rumah yang berada di kanan kiri sepertinya kos-kosan para mahasiswa sebab rumah-rumah itu nampak banyak kamar dan halamannya nampak beberpa sepeda motor yang diparkir. Di rumah-rumah itu terlihat para mahasiswa duduk dan bercengkerama dengan teman-temannya di depan kamar.

"Ini Mas tempatnya," ujar pembantu itu. Trengginas melihat kamar yang ada cukup sederhana, di dindingnya terlihat bekas coretan rumus-rumus ilmu alam. Kasur dan lemari yang ada sudah nampak usang, bekas digunakan penghuni lama. "Ya Mas terima kasih," Trengginas pun memasuki kamar itu dan memindahkan apa yang ada di dalam tas ke lemari. "Kalau begitu Saya kembali kembali ke warung ya Mas," pembantu itu pun meninggalkan Trengginas.

***

Setelah sekitar 2 minggu mengikuti acara Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek) kepada mahasiswa baru. Minggu ini adalah minggu pertama dirinya mulai mengikuti perkuliahan. Selepas jam 07.00 Trengginas pergi ke kampus. Sampai di kampus, sudah banyak mahasiswa berada di dekat Gedung A, di mana kuliah pertama akan diikutinya. Ia heran mengapa banyak mahasiswa yang sudah senior juga ada di gedung itu. Ada yang berbisik, "Mereka akan kuliah bersama Kita karena belum lulus." Mendengar bisikan seperti itu dirinya kaget. Kemudian dibisikin lagi, "Pak Agung dosen mata kuliah ini terkenal killer, ia pelit memberi nilai, mahasiswa sering diberi nilai E dan menghambat mahasiswa lulus." Mendengar bisikan kedua itu, Trengginas menjadi merinding.  

"Pak Agung, Pak Agung datang," kata salah seorang mahasiswa senior di tengah kerumunan mahasiswa yang hendak mengikuti mata kuliah itu. Semua bergegas masuk ke ruang kelas. Trengginas yang belum tahu mana itu Pak Agung mengikuti saja apa yang dilakukan oleh mahasiswa yang lain, yakni masuk ke ruang kelas.

Setelah mahasiswa duduk di kursi yang tersedia, suasana hening ada di ruang kelas, tiba-tiba muncullah seorang yang sudah tua, rambut putih, dan bertampang kaku. Melihat dosen itu, dalam diri Trengginas muncul kesimpulan bahwa orang itu sangat serius dan kaku sehingga dirinya membenarkan apa yang dibisikan tadi. "Baik hari ini Kita akan mempelajari mata kuliah thermodinamika," mendapat penjelasan itu, muka tegang langsung muncul dari wajah-wajah para mahasiswa. Selanjutnya dengan uraian panjang Pak Agung menjelaskan teori-teori itu. Mendengar penjelasan itu, ada mahasiswa yang paham, ada pula yang hanya menatap kosong. Di antara mereka sedikit-sedikit melihat jam tangan yang dipakai, mereka berharap agar mata kuliah itu cepat selesai.

Begitu jam kuliah dari Pak Agung usai, semua mahasiswa menarik nafas lega. Mereka seolah-olah lepas beban yang ada dipundak. Begitu Pak Agung keluar dari ruang, selanjutnya buurrr semua juga menghambur keluar.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun