Suatu malam dia sedang merenung seorang diri depan teras rumah. Entah apa yang sedang kebayang di dalam pikirannya semua di rasanya sangat hampa,sunyi seakan dia merasa dunia tidak adil padanya. Dia menginginkan seseorang  wanita hadir dalam hidupnya namun entahlah kapan waktu itu akan datang padannya.. Ibunya melihatnya sedang  merenung sendirian dan bertanya.
Manu kenapa kamu melamun seperti itu sih ?"
" Engga kenapa ma".
" Awas jangan sering bengong seperti itu nanti kesurupan lo".
"Mama ada-ada aja kata siapa orang bengong itu bisa kesurupan ? "
Kata mama. Balasnya.
"Hehe engga lucu tau ma".
"Itu kok kamu ketawa ?"
" Karena mama ngaur ngomonngnya".
Wanita yang membesarkanya itu berhasil membuat dirinya tersenyum ibunya mencoba menghibur dirinya agar dia terhibur dan tidak bengong lagi. Â Dia merasa ada yang aneh pada anaknya sudah 2 minggu belakangan ini dia bengong-bengong sendirian seperti itu. Kemudian Wanita yang mempunyai panggilan Rima itu bertanya padanya
"Kamu kenapa sih nak udah  2 minggu belakangan ini mama lihat kamu bengong-bengong sendirian seperti ini apa  yang sedang kamu pikirin ?" ujar Rima.
"Aku malu cerita sama mama". Ucap Manu sambil menundukkan kepalanya.
Lo kenapa harus malu" ? mama adalah orang yang melahirkan dan membesarkanmu mama siap mendengar keluh kesah mu nak jangan malu-malu seperti itu !" balas Rima
Iya deh ma aku cerita".Â
"Aku galau ma udah lama banget aku jomblo seakan semua wanita di dunia ini tidak ada yang mau sama aku ini". Ucapnya dengan  nada lemas.
Udah jangan berkecil hati nak. Mungkin belum waktunya kamu bertemu dengan wanita yang mau menerima dirimu apa adanya". Balas Rima.
Tapi mau sampai kapan seperti ini mama ? "
Udah tenang engga usah di pikirin mama doakan kamu di pertemukan dengan wanita yang mau menerima kamu apa  adanya oleh Tuhan. Percayalah doa mama akan jadi kenyataan".
Terimakasih ya mama, Manu sayang sama mama". Ujarnya dengan nada yang santun
3 hari kemudian Manu pergi bersama teman-temannya di sebuah toko coffe shop tempat itu adalah tempat anak-anak muda nongkrong dan bersantai sambil menikmati cita rasa coffe. nikm Manu dan temanya sedang nongkrong disana dia melihat 2 wanita cantik akan memesan coffee. 2 Â watnita itu berjalan menuju kearah pedagang mereka ingin memesan coffe.
Â
Hi kak kami pesan coffenya dua ya", Ucapnya sambil menatap mata pedagang
Coffe rasa apa mba capucino apa mocca ?" Â saut pedagang
Rasa Capucino kak ya".
Baik mbak. Sambil nunggung coffenya jadi silahkan tunggu di meja sana ya mba" !
Baiklah kami tunggu ya". Balasnya sambil tersenyum.
Kedua wanita itu berjalan menuju kearah meja yang ditujukan pedangang. Manu seketika terdiam. Matanya seketika tertuju pada wanita yang baru memesan kopi itu tubuhnya telihat anggun rambut terurai panjang dan kulitnya terlihat putih mulus. Seketika dia merasa seorang bidadari datang di hadapannya saat itu.
"Astaga cantik banget".ujar Manu
"Apanya yang cantik" ? Balas Dio
 "Lihat cewek yang lagi jalan berdua itu" . Geming Manu.
"Waoooo kelewatan cantiknya. Sepertinya mereka mau beli coffe juga disini juga." ucap Boy
"Akan gua cobak mendekatinya". Saut Manu dengan percaya diri yang penuh.
Tanpa basa-basi lagi  Manu segera mendekati kedua wanita itu.  Langgkah kakinya perlahan menuju ke arah wanita itu.Dengan kepercayaan diri yang penuh dia berani mendekatinya. Kata-kata  manisnya mulai bersuara dengan indah membuat wanita itu mengularkan senyuman manis di bibirnya.
"Hi selamat malam, bolehkah saya ikut duduk disini bersama kalian" ? Begitulah suara dari bibirnya berucap.
" Boleh". Saut wanita itu dengan memasang raut wajah datar.
Dengan baik hati kedua wanita itu mempersilahkan Manu ikut duduk bersama mereka. Manu  berkenalan dengan mereka dan menanyakan mereka berasal darimana. Itu hal yang wajar seseorang yang baru bertemu akan menanyakan tentang identias diri mereka.
"Maaf kalau saya sudah mengganggu  waktu santai kalian". Geming si pria pemberani.
"Tidak apa-apa santai saja". Sautnya sekitika dia tersenyum tipis di barengi dengan lesung di kedua pipinya.
"Kalau boleh saya tau nama kalian siapa ? " tanya Manu
"Nama saya  Iren  dan ini adik sepupu saya  Ratih. "
Oh, salam kenal Iren dan Ratih. Nama saya Manu. Senang bisa berkenalan dengan kalian berdua saya berharap kalian senang bertemu dengan saya juga". Ujar bibirnya lagi.
Mereka berbincang-bicang lebih dalam lagi. Saling menanyakan identitas diri mereka masing-masing. Mengetahui identitas diri seseorang adalah langkah awal dalam memulai suatu pendekatan. Jiwa sang pencari cinta terlihat di dalam diri Manu. Dia ingin berbicang-bincang lebih dengan wanita cantik itu. Dia meminta nomer hedpone wanita itu.
" Boleh saya meminta nomer henpondmu ? "
" Gimana ya ?" agak ragu dan tersipu malu.
" Rasanya tidak pas jika kita kenal seseorang tapi tidak tau nomer henpondemu. Siapa tau nanti saya atau kamu terkena musibah kita bisa saling tolong menolong. Kamu bisa hubungi saya begitu juga saya". Balas Manu mencari pembenaran agar dia bisa mendapat yang dia mau.
Setelah itu  Manu kembali menghampiri temannya yang sedang duduk santai sendiri sambil menikmati secangkir coffe. Diodan Boy sangat menikmati coffe tersebut dia meminumnya dengan penuh perasaan bahagia. Karena aroma coffe yang enak sehingga membuat orang yang meminumnya merasa tenang dan nyaman. Ketika Dio sedang menimati coffenya tiba-tiba Manu datang menghampirinya dengan raut wajah gembira senyum-senyum sendiri seperti layaknya orang gila.
"Yess, ujar Manu sambil menekuk kedua lengannya
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri gitu ? " seperti orang gila aja. " geming Dio dan Boy
" Keberuntungan berpihak pada gue hari in yo. " Balas Manu
" Beruntung, maksudnya ? " ujar Dio lagi sambil melipat kedua alis matanya.
" Gue berhasil kenalan dan dapetin nomer hp cewek itu. "
" Ah masak ? " Saut Dio seakan tidak percaya.
" Tidak percaya ?" Â ni lihat. Manu memperlihatkan nomer hanponde Iren pada Dio dan Boy. Mereka kaget melihatnya.
" Hebat lo, semoga keberuntungan berpihak pada lo." ucap Boy
Langkah awal Manu berhasil dia mulai memikirkan jurus yang akan dia gunakan untuk mendapatkan hati seorang bidadari yang bernama Iren itu. Sekarang kegalauan yang ada di  dalam dirinya akan segera sirna. Hatinya akan segera di terangi cahaya rembulan.Â
Malam hari tiba sang rembulan  mulai menampakan cahayanya di langi malam. Manu mengambil segelas air dia membawa air itu kehadapan ibunya yang sedang duduk di sofa mejarit baju.
Saat itu malam hari ibu Rima beristirahat sejenak setelah bekerja. Rima bekerja sebagai tukang jahit. Dia menjalani usaha garmennya sudah 5 tahun sampai-sampai  orang-orang di sekitar rumahnya menjukinya dokter bedah pakaian. Meskipun bahasa itu terdengar konyol tapi dia sangat mencintai pekerjaannya.
Manu ingin meminta doa ibu di dalam air yang akan dia minum itu. Agar pendekatan yang dilakukan kepada wanita yang tadi dia temui berjalan dengan baik. Hal itu memang terbilang konyol tapi itulah Manu dia percaya doa seorang ibu akan membawa keajaiban untuknya.
"Anak mama tumben banget baik bawain air kesambet apa anak ini." Ucap Rima.
"Air ini bukan untuk mama tau. "
"Lo ini buat siapa ?"
"Hehe buat aku, aku mau minta doa ke mama doain di dalam air ini."
"Buat apa ?" saut Rima mendadak bingung dengan  tingkah Manu. "
"Ya doain dulu." Ucap Manu memaksa.
Rima mengambil air itu dan memberi doa. Seketika bibir Manu tersenyum riang dan Manu meminumnya.
" Buat deketin cewek ma." ucap Manu sambil tersenyum.
"Oh, jadi sekarang anak mama yang ganteng ini sudah mulai berani dekati cewek ?" tanya Rima
" Sudah ma, orangnya cantik sama seperti mama." Saut Manu dengan mata berbinar-binar. saut Manu.
" Kamu ada-ada aja sini gelasnya mama doain. " Balas Rima
Manu dengan senang hati memberikan air itu kepada ibunya
"Terimakasih mama semoga aja mujarab ini doa mama. "
Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di dalam pikiranya  selalu terbayang dengan wanita cantik yang bernama Iren itu. Sepertinya Manu sudah mulai menyukai wanita itu Manu bergegas mengambil Henpond miliknya. Dia tidak tahan lagi dengan baying-bayang wajah Iren Manu ingin ngobrol dengannya. Manu menghubunginya lewat telepon.
"Hallo selamat malam. " Ucap Manu
"Iya. Selamat malam. " saut Iren
"Bisa bicara dengan bidadari yang bernama Iren ?"
"Iya saya sendiri ini dengan siapa ya ?" Balasnya.
"Aku Manu yang tadi ketemu di coffe shop".
"Oh yang tadi minta nomer hp ? " tanta Iren melompat kaget.
"Iya bener". Saut Manu riang
Â
Mereka berbicara banyak hal di telepon. Manu yang lebih banyak bertanya pada Iren karena Manu di selimuti rasa penasaran tentang gadis yang baru dia kenal itu. Sejak saat itu kedekatan mereka berdua sangat baik. Manu sering mengajak Iren kencan bersama. Bahkan  Dia meresa sudah mulai tumbuh benih cinta di dalam hatinya  dan akan segera mengungkapkan rasa  isi hatinya kepada Iren.  Boleh di bilang itu sesuatu yang wajar bagi sesorang lelaki remaja seperti Manu.
Manu ingin membawanya pulang memperkenalkan teman dekatnya itu kepada ibunya. Hari itu adalah hari pertama kali baginya  membawa seorang wanita dihadapan ibunya sendiri.Â
Manu berharap ibunya senang dangan apa yang dibawa pulang. Sesampainya dirumah Manu dengan begitu semangat membuka pintu gerbang rumah. Manu Ingin  memberikan kejutan pada ibunya dia masuk lebih dulu sedangkan Iren  menunggu didepan pintu gerbang.
Manu menghampiri ibunya yang sedang  berada di dapur dia memeluk ibunya dan berkata.
"Mama aku bawa oleh-oleh untuk mama hari ini. " Ucapnya.
"Oleh-oleh apa nak ?" kok tumben banget kamu bawain oleh-oleh untuk mama ?" tanya Rima
"Hehe, ya udah sekarang mama tutup mata dulu ikut aku kedepan !" saut Manu sambil tersenyum.
"Iya-iya." Balas Ibu Rima
Manu membawa ibunya berjalan menuju kedepan pintu masuk. Ibunya terkejut melihat wanita cantik yang ada di depannya saat itu. Dia bingung dengan sosok wanita berperas cantik itu. karena ibu Rima baru pertama kali melihatnya. Karena Manu bilang  dia akan memberikanya  hadiah tetapi yang di bawanya  seorang perempuan. Ibu Rima melompat kaget.
" Siapa wanita ini nak ? " tanya Rima penasaran.
" Ini oleh --oleh buat mama. " saut Manu bibicara pelan di samping telinga ibunya.
"Wah.. oleh-olehnya cantik sekali jadi kamu bawakan mama oleh-oleh calon mantu ?" tanya Rima sambil tersenyum.
"Hehe, ya mama. Mama suka ?"
Mendengar Rima berucap seperti itu. Iren tersipu malu.
"Kenali bu nama saya Iren teman dekatnya Manu."geming Iren
"Salam kenal. Dengan senang hati saya bisa kenal kamu. Ayo tebak nama sama siapa ? " Saut Rima.
"Engga tau bu kan  saya baru kenal ibu. Balas Iren sambil memperlihatkan sederet gigi di bibirnya.
"Manu kamu beritahu dia nama mama ! "
"Nama mamaku ini Rima. " Saut Manu sambil tersenyum.
"Oh, salam kenal bu saya senang bisa bertemu dengan ibu."
"Sama-sama saya juga senang bertemu wanita cantik seperti kamu. Ayo silahkan masuk saya akan buatkan minuman special untuk kamu. " Ucap Rima sambil memegang tangan Iren menganjaknya masuk ke ruang tamu.Â
Setelah beberapa menit  Ibu Rima datang membawa minuman teh hangat untuk Manu dan Iren.
" Ini tehnya udah jadi. Silahkan di nikmati. " ucap Rima
" Terimakasih bu. " balas Iren sambil menyesap teh.
"Dimana kamu dapatkan wanita secantik ini nak ? tanya Rima kepada Manu.
"Ada di suatu tempat yang sangat... indah gurauan Manu
"Kamu  ada-ada aja. "Balas Rima sambil tersenyum.
Mereka berbincang-bincang dengan hangat di ruang tamu. Sejak saat itu kedekatan Manu dan Iren lebih baik lagi. Begitu juga Iren dengan ibu Rima. Iren sering datang ke rumah Manu begitu pula dengan Manu sering berkunjung ke rumah Iren. Manu merasa nyaman ketika dia bersama Iren ia ingin mengungkapkan rasa cintanya terhadap Iren.
Manu memberikan sebuah kejutan istimewa untuk Iren di hari yang berbahagia itu. Dia membuat janji perteman dengan Iren di pantai. Di pinngir pantai itu teerdapat restorant mewah. Manu membuat kejuatan bernuansa romantis di restorant itu sehingga di hari itu terlihat begitu istimewa.
Tak lama kemudian Iren datang  dengan penampilannya yang begitu  cantik dan dan anggun. Iren terkejut dengan kejutan yang di berikan oleh Manu. Itu adalah hari pertama baginya mendapat kejutan Romantis seperti itu dari seorang laki-laki. Karena sebelumnya dia tidak pernah  mendapat kejuatan roamantis seperti itu dari seorang pria.
"Manu apa-apan ini ?" tanya Iren.
" Ini adalah kejutan sepesial untuk kamu hari ini. Aku harap kamu senang." saut Manu.
Â
Manu mempelihatkan sebuah bunga dihadapan Iren.
"Iya aku senang. Tapi untuk apa semua ini ?" tanya Iren kembali. Dia ingin tau maksud dan tujuan Manu memberikan kejutan.
" Hari ini aku akan mengungkapkan isi hatiku padamu. Sebenarnya aku punya perasaan lebih sama kamu. Aku cinta sama kamu mau kah kamu jadi pacar aku ?" ucap Manu metatap mata Iren dengan penuh cinta. Teralihat gugup tetapi Manu bersaha untuk melawan rasa gugup itu.
Mendengar Manu mengatakan seperti itu seketika Iren terdiam. Dia seakan  dibawa ke dalam bayang-bayang asmara. Iren tidak tau harus  berucap apa pada Manu dia seketika teringat pesan dari kedua orang tuanya.
" Iren kamu belajar dengan rajin ya nak, biar hidupmu nanti bisa lebih baik dari papa dan mama. Biar tidak hidup susah seperti sekarang ingat jangan pacaran dulu fokus dulu sekolah."
" Iya ma, Iren janji akan buat papa dan mama bangga ." saut Iren
Ucapan kata-kata itu seakan terniang di dalam telinganya hingga dia  terperangkap dalam dua pilihan. Di satu sisi dia tidak mau melanggar pesan dari orantuanya. Sedangkan di sisi lain dia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri  bahwa dia juga sebenarnya mencintai Manu juga.
" Maaf aku tidak bisa jawab sekarang, aku butuh waktu untuk menjawabnya." Saut Iren sambil menundukkan kepala.
" Baiklah aku akan menunggumu. Aku yakin kamu juga punya rasa yang sama denganku aku. "
Penolakan cinta yang di alami oleh Manu tidak membuat semangat lelaki paruh bawa itu pudar. Manu mendekati Iren tanpa henti dia memberikan perhatihan lebih. Hingga  Iren merasa Manu laki-laki  yang baik. Suatu ketika Manu berbicara lewat telepon dengan Iren.
"Boleh tidak aku ke rumahmu besok ? " kata Manu
"Mau ngapain ? Â "Balas Iren
" Mau ketemu kamu dan orang tua mu. " ucap Manu dengan percaya diri.
" Emang kamu berani ketemu sama ayahku ? " Saut Iren,
" Berani lah. Emang ada apa dengan ayahmu ? " tanya Manu.
" Ayahku galak, aku takut nanti kamu di marah. " seketika wajah iren menciut
" Se galak-galaknya macan di hutan akan tunduk dengan rasa cinta ku padamu. " Ucap Manu menbuat Iren seketika terdiam.
Mendengar Manu berbicara seperti itu seketika bibir Iren  tersenyum lebar Iren merasa Manu adalah lelaki paling gombal di dunia seketika berucap di dalam hatinya.
" Ni cowok selain ganteng pinter juga gombal dasar lelaki. "
Ke esokan harinya Manu memenuhi janjinya untuk berkunjung kerumah Iren. Hari itu dia adalah lelaki paling bersemangat dengan penampilanya yang terihat gagah .Namun sebelum pergi ke rumah Iren, Manu menelpon Iren  sebulum dirinya memastikan langkah kakinya  untuk pergi menemui gadis itu.
" Hallo selamat pagi. " Geming Manu
" Â Iya selamat pagi." Â Balas Iren
" Bagaimana kabarmu hari ini ?"
"Kabarku baik. "
" Syukurlah, oh ya kamu sibuk engga hari ini ?" tanya Manu
" Engga , ada apa ya ?"
" Aku mau main ke rumahmu hari ini. "
" Jangan ayahku galak tau." Saut Iren.
" Apa dia bisa makan manusia ?"tanya Manu sambil tersenyum.
" Hehe, enggaklah. "
" Selagi dia engga bisa makan manusia aku engga takut, Karena aku yakin rasa cintaku padamu akan menang melawan amarah ayahmu." Ucap Manu sambil ngegombal.
" Ya sudah, ayo kesini aku akan lihat sekuat apa rasa cintamu mengalahkan amarah ayahku. Balas Iren.
Manu bergegas pergi menggunakan sepeda motor miliknya. Dia  bibicara dengan motornya layaknya manusia. " Motor bantu aku ya hari ini kita akan berpetualang mencari bidadari. "
Semangat kepercayaan dirinya sangat membara bagaikan api. Dia sudah siap menerima resiko jika nanti bertemu orang tua Iren. Â Ketika hati sudah terlajur menyayangi seseorang. Saat itu juga jiwa dan raga ini siap menerima hambatan dan akan menerimanya dengan lapang dada.
Manu adalah lelaki yang tidak mudah putus asa dalam hal asmara. Dia bagaikan arjuna yang selalu siap menaklukan hati para wanita. Dia juga lelaki yang humoris sehingga siapun yang dekat padanya selalu merasa nyaman. Karena dia selalu membuat orang lain tersenyum lewat tingkah konyolnya.
Tak lama kemudian Manu sampai di rumah Iren dan dia sejenak terdiam  menarik napas sejenak. Di dalam benaknya ada sedikit perasaan takut, tetapi dia percaya rasa cintanya akan mampu  mengalahkan semuanya.  Di depan pintu gerbang Manu berdiri sambil mengucapkan salam.
" Permisi selamat pagi." Ucap Manu dengan nada percaya diri.
Tidak lama kemudian datang ibunya Iren membuka pintu. Malina kaget melihat laki-laki muda berkulit putih hadir di depan pintu masuk.
" Iya selamat pagi, ini dengan siapa ya ?" Ucap Malina kaget melihat kedatangan Manu.
" Maaf menggangu bu salam kenal saya Manu temennya Iren. Apakah Irennya ada  di rumah ?" tanya Manu
" Ada, dia di dalam, sebentar saya panggilkan dia. " saut Malina.
Malina menuju ruang tamu dan memanggil Iren.
"Iren... sini nak ini ada yang mencari kamu. " Ucap Malina
" Iya mama tunggu sebentar. itu pasti Manu si raja gombal." Geming Iren dalam hati
Iren berjalan menuju pintu masuk rumahnya. Dia merasa sangat gugup tiba-tiba badannya mengerluarkan keringat dingin. Ini karena pertama kalinya Iren di datangi oleh  seorang laki-laki kerumah dia takut kedua orang tuanya  akan marah padanya. Pria pemberani itu berbicara serius dalam ucapannya. Perlahan langkah kakinya berjalan menuju pintu masuk.
" Buset.. si  raja gobal ini beneran datang dia tidak main-main dengan ucapanya.  Geming Iren sambil menatap kedua mata Manu
Iren saat itu pikiran dan perasaanya atara senang dan takut. Dia mencoba untuk mendamaikan dirinya sendiri menerima realita yang ada saat itu di depan matanya. Bahwa telah hadir  seorang lelaki  pemberani yang mau berjuang menaklukkan hati orang tuanya demi mendapatkan cintanya.
" Mau ngapain kamu merncari anak saya ? " Ucap Malina
" sebelum saya menjelaskan apa tujuan saya mencari anak ibu ijinkanlah saya memperkenalkan diri dulu. " Â Ucap Manu dengan nada yang sopan.
" iyah silahkan ! " saut Malina
" Perkenalkan nama saya Manu saya teman dekatnya Iren. "
" Teman dekat ? " berani-berani nya kamu dekati anak saya ya. " Manu di sambut dengan suara yang terdengar mencengkram di telinga.
Nada bicara yang di ucapkan oleh orang tua Iren mebuat wajah Manu memerah. Tetapi dia tetap teguh meyakinkan dirinya bahwa dia pasti bisa. Â Manu mencoba mengambil hati orang tua Iren dengan membawa makanan saat berkunjung.
" Oh ya, ini saya bawakan sedikit oleh-oleh untuk ibu dan keluarga."
" Terimakasih banyak. Ikhlas enggak ni.. ? " saut Malina sambil bergurau.
" Ikhlas kok buk, ini adalah perjuangan. " geming  Manu dalam hati.
" Terimakasih banyak ya. " saut Malina.
Kemudian Iren dateng menyambut Manu. Dengan  wajah yang merah dia memberanikan diri untuk memberi sambutan kepada lelaki jantan itu.
" Manu...." Geming Iren sambil menatapnya dengan heran.
"Nih ada yang mencari kamu apakah bener  dia ini teman dekat mu ?" tanya Malina
" Iya ma." Saut Iren.
" Ya udah, ingat pesan mama. "ucap Malina mencoba untuk mengingatkan Iren.
" Iya-iya bu.. "Balas Iren sambil tersenyum.
Iren merasa Manu lelaki jantan. Dia tak habis pikir bahwa Manu akan bener-bener datang ke rumahnya. Dan membuat ibunya senang. Tetapi dia belum merasa tenang karena dia belum melihat respon ayahnya nanti ketika melihat Manu. Karena ayah tidak suka jika ada seorang lelaki dekat dengannya.  Ayah Iren berpropesi sebagai  tentara nasional Indonesia. Iren dengan dua adiknya di didik dengan dispin oleh kedua orang tuanya.
Tidak lama kemudian ayah Iren datang dengan penampilannya yang terlihat gagah dan menakutkan jika di pandang. Dia menggunakan seragam dinasnya. Nampak seorang patriot. Langkah kakinya mengeluarkan irama dari sepatunya. Iren tak kuasa menahan rasa takutnya dia takut jika nanti dia kena marah ayahnya.
" Gawat Tentara Nasional Indonesia sudah pulang. Geming dalam hati.
" Selamat Sore ayah pulang. "Ucap pak Lote. "
" Sore ayah. " saut Ibu Malina menyambut sang perajurit negara itu dengan ramah.
" Buatin ayah secangkir kopi."
" Siap komandan. " saut Malina sambil memberi sikap hormat kepada prajurit negara itu.
" Udah tidak usah gaya-gayan begitu engga lucu. " saut pak Lote
Pak Lote  melihat Manu yang sedang duduk di teras rumah bersama Iren. Dia terkejut dengan hadirnya Manu disana dan menatap mata Manu dengan tajam.
" Siapa kau." Ucap pak Lote
" Salam kenal pak saya Manu temannya Iren. "Saut Manu
"Iya ,saya Lote ayahnya Iren ada perlu apa kau datang kesini ?" ucap Lote wajah terlihat tegang.
" Saya datang kesini ingin ketemu dengan anak bapak Iren. " saut Manu dengan raut wajah tegang.
" Pasti kamu ada mau dekat-dekat dengan anak saya ya ? " Balas pak Lote semakin marah.
" Iya pak, saya mau bincang-bincang dengan anak bapak. "
"Jangan dekat-dekat dengan anak saya, saya engga ijinkan dia untuk pacaran. "
"Baik pak." Ucap Manu sambil menundukkan kepala.
' Ayah, Iren dan Manu cuman temenan kok. Dia datang kesini ada yang mau dia bicarain sama Iren. " Ucap Iren sambil mencium tangan ayahnya.
"Kalau begitu baiklah. ' saut pak Lote sambil menatap kembali mata Manu dengan tatapan tajam.
Gaya bicarannya membuat Manu kaget. tetapi itu tidak membuat dirinya patah semangat Manu merasa semakin termotivasi utuk memdapatkan Iren. Walaupun suasana saat itu terasa begitu tegang. Namun rasa cinta Manu kepada Iren sangat besar. Dia rela melakukan apapun demi gadis yang dia cintai itu.
Ini adalah soal perasaan hingga Manu pun tidak bisa mengendalikannya dan menuruti apa kata pak Lote. Cinta mampu membuat lupa segalanya  dan cinta juga yang akan merubahnya. Iren mengajak Manu duduk berdua di teras rumah.  Dia kasihan melihat raut wajah Manu yang terlihat merah setelah bicara dengan ayahnya.                                                   Â
"Maafkan kata ayahku itu ya Manu. " ucap Iren.
"Sudah tidak apa-apa kok, malah diriku semakin termotivasi untuk mendapatkanmu. " saut Manu.
" Seberapa yakinkah dirimu itu akan mendapatkan hatiku ? " tanya Iren sambil tersenyum.
" Keyakinan ku powerful 500%". Balas sambil tersenyum. Â Â Â Â
" Ya ampun, sebesar itu ?  Jika hatiku ini kau ambil nanti tubuhku ini mati dong. " saut Iren sambil  bergurau.
" Tidak, kamu akan selalu hidup di hatiku."
" Hehe, baiklah gombalanmu itu menang besar."
Hari semakin sore mentari perlahan  menyembunyikan cahayanya Manu segera pamit untuk pulang kerumah. Di hari itu Manu sangat senang karena bisa bertemu dengan Iren dan keluarganya. Walaupun ayah dari Iren tidak suka dengan kedatangannya. Namun dia masih tetap tegar dan percaya cintanya kepada Iren akan jadi kenyataan.
Kembali di hari itu, Manu terus teringat dengan perkataan pak Lote ayah dari Iren. Bahwa dia tidak menyetujui hubungannya dengan Iren. Dia merasa itu adalah tangtangan terberatnya saat ini yang harus dia hadapi. Namuun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sebenarnya rasa cintanya pada Iren sangtlah besar. Manu akan terus berusaha membuat Iren bahagia. Karena kehadirannya. Tidak hanya Iren yang harus dia perjuangkan namun hati kedua orang tuanya juga.
Suatu ketika Manu sedang berangkat bekerja. Dia melihat seorang lelaki tergetak di jalanan penuh dengan luka dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. Manu kaget melihat orang tersebut ternyata pak Lote ayahnya Iren. Manu bergegas membawanya pergi ke rumah sakit.
Situasinya begitu menegangkan Manu panik dan binggung tak tau harus berbuat apa. Dia tidak tega melihat pak Lote terbaring tak berdaya berlumuran darah. Dia tidak menyangka musibah seberat ini akan menimpa pak Lote. Tempat tidur rumah sakit melaju kencang itu menandakan sedang terjadi situasi gawat darurat.
" Pak bertahanlah. "Ucap Manu sambil memegang tangan pak Lote.
' Sebaiknya bapak tunggu di luar. Kami akan menagani pasien". Ucap dokter
" Baik dok". Balas Manu
Pikiran Manu seketika tertuju pada Iren. Dia merasa peristiwa ini sangat berat. Jika Iren mengetahui bahwa ayahnya saat ini sedang mengalami kecelakaan parah. Dia pasti akan mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi Manu merasa harus memberitahukan hal itu bahwa ayahnya  saat ini sedang dalam keadaan tidak baik  Manu memutuskan untuk meberitahukan informasi itu lewat telepon dan menceritakan kejadian yang menimpa pak Lote. Dering telepon Iren mulai mengernyit.
"Hallo." ujar Iren.
" Hollo ren kamu dimana ?" tanya Manu
Manu menceritakan kejadian yang menimpa pak Lote pada Iren.
Iren saat itu sedang mengikuti kuliah di kampus. mendengar kabar dari Manu  bahwa ayahnya saat ini sedang terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Iren sangat kaget dan syok. Wajahnya sekitika memerah dan Iren tak kuasa menahan kesedihan hatinya hingga kedua matanya mengeluarkan air mata. Iren bergagas pergi menuju rumah sakit. Meminta ijin pada dosen yang saaat itu sedang melakukan proses belajar mengajar.
" Permisi pak, saya mohon ijin hari ini tidak bisa mengikuti perkulihan sampai selesai karena baru saja saya di telepon. Ayah saya kecelakaan dan sekarang saya mau menengoknya ke rumah sakit". Ucap Iren.
" Baiklah, semoga ayahmu cepat sembuh. " saut dosen.
Kemudian Iren pergi ke rumah sakit saat itu pikirannya tidak tenang dia meghawatirkan kondisi ayahnya. Dia menununggu taksi di trotoar sambil mengayungkan tanganya untuk memberhentikan laju mobil taksi. Setelah beberapa menit menunggu Iren mendapatkan sopir taksi untuk dia tumpangi.
"Pak cepat sedikit ini gawat daruat. "Ucap Iren dengan wajah panik dan tergesa-gesa.
"Ya mba. " saut si pengemudi.
Sopir mengemudikan mobilnya dengan cepat Iren sangat panik dia berdoa ayahnya segera sadar. 15 Â menit kemudian Iren sampai di rumah sakit. Dia melihat Manu sedang duduk termenung seorang diri di depan kamar.
" Manu....." Ucap Iren dari kejauhan ketika melihat Manu.
" Iren.." saut Manu
" Apa yang terjadi sama ayahku ?" tanya Iren
"Tadi aku melihat ayahmu tergeletak berlumuran darah di jalan. Aku rasa ayahmu korban tabrak lari." Saut Manu
" Ya ampun ayah, bagaimana kata doker ?"
'Dokter sedang melakukan pemeriksaan. Tolong tenangkan dirimu dulu. "
" Semoga tidak terjadi apa-apa dengan  ayah." Ucap Iren dengan raut wajah sedih.
Setelah lama menunggu pemeriksaan dokter keluar dari kamar dari hasil pemeriksaan dokter menyampaikan bahwa ayah Iren harus segera melakukan tindakan oprasi. Karena akibat kecelakaan keras  yang dia alami membuat organ ginjalnya menjadi rusak. Sehingga pak Lote terancam kehilangan nyawanya.
Mendengar kabar buruk itu Manu tidak kuasa membendung air matanya. Saat itu Iren merasa dia adalah perempuan yang paling menyedihkan di dunia. Lelaki tangguh yang dulu membesarkannya kini harus terbaring tak berdaya di atas tempat tidur.
" Â Aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan ayah ?" ucap Iren air matanya bercucuran
" Kuatkan dirimu aku yakin ayahmu akan baik-baik saja." Saut Manu sambil mengelus pundak Iren.
Kepala Iren bersandar di bahu Manu sambil meneteskan air mata. Manu tidak tega melihat Iren sesedih itu. Dia berusaha  menenangkan Iren dengan mengelus rambutnya.
" Tenang, ayahmu akan baik-baik saja. " ucap Manu.
" Mengapa hal seperti ini harus terjadi pada ayahku ? " tanya Iren sambil meneteskan air mata.
Setelah itu Manu diam-diam pergi ke ruangan dokter tanpa sepengetahuan Iren. Ada hal penting yang ingin  ia bicarakan terhadap dokter yang menangani pak Lote.
Manu mengetok pintu masuk.
" Ya silahkan masuk. "Kata dokter
" Permisi bu maaf mengganggu." Balasnya
" Ada perlu apa ya pak ?"
Manu duduk bersama dengan dokter. Dia ingin mendonorkan ginjal sendiri untuk pak Lote. Tindakan yang dilakukan Manu ini adalah tindakan yang mulia tetapi hal ini sangat membahayakan nyawanya sendiri. Manu tidak ingin melihat wanita yang di citainya harus menerima kenyataan pahit  kehilangan seorang ayah.
"Apa anda yakin dengan keputusan anda ini ?" tanya dokter.
" Saya yakin dengan keputusan saya dok." Saut Manu
" Tindakan ini sangat berbahaya karena bisa berujung pada kematian." Ucap dokter.
" Saya rela bila harus kehilangan nyawa saya untuk wanita yang saya cintai."saut Manu sambil menundukkan kepala.
" Â Baiklah, jika itu murni dari kemauan anda sendiri saya akan buat surat kesepakatan. Mohon tunggu sebentar. " Ucap dokter kemudian menghadap di depan komputer untuk membuat surat pernyataan
" Sekali lagi saya tanya. Apakah anda yakin dengan ke puyusan anda ini ?" tanya dokter kembali
" 100% Â saya yakin dok. " saut Manu.
" Baiklah, sebelum tindakan itu di lakukan ada surat pernyataan yang harus bapak tanda tangani."
" Baik dok." Â Manu memegang pulpen dan menandatangani surat perjanjian itu.
Manu dengan lapang dada menandatangi surat pernyataan itu, Matanya seketika meneteskan air. dia mengingat wajah Iren dalam benaknya. Kaeputusan berat yang dia ambil ini akan membuat rasa cintanya berdamai dengan amarah pak Lote. Pengorbanan ini akan merubah segalanya walaupun Manu harus kehilangan nyawanya sendiri.
"Oprasinya akan kita mulai jam 11 malam. "Ucap dokter
" Baik, tolong rahasiakan hal ini Saya tidak mau orang-orang di sekitar saya tau pengorban saya ini. " geming Manu sambil mencakupkan kedua tangannya
Waktu menunjukan pukul 10: 30 malam. Para dokter dan perawat tengah melakukan persiapan mempersiapkan perlengkapan mereka. Badan Manu terbaring di atas tempat tidur di dalam hatinya dia berdoa.
" Ya tuhan saya serahkan semuanya padamu, jika saya harus kehilangan nyawa saya sindiri demi wanita yang saya cintai saya siap. " Â ucap Manu di dalam hatinya.
Iren dan ibunya tidak kuasa menahan kesedihan yang ada dalam dirinya. Mereka sangat terpuruk atas musibah yang menimpa pak Lote. Sang patriot negara itu kini sedang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan mereka hanya bisa berdoa agar keajaiban berpihak pada pak Lote. Kini keberuntungan berpihak pada pak Lote. Iren mendapatkan kabar baik dari dokter bahwa dia sudah mendapatkan pendonor ginjal untuk pak Lote dan akan segera di lakukan tindakan operasi.
"Semoga oprasinya berjalan dengan baik ya  bu dan nyawa ayah bisa selamat. Ucap Iren
" Ya nak, semoga ayahmu baik-baik saja."
Satu jam waktu berlalu. Lampu kamar oprasi menyala itu mendakan oprasi sudah selesai di lakukan Iren bertanya tentang kondisi ayahnya kepada dokter.
" Bagaimana dok dengan hasil oprasinya ?" Ucap Iren
"Oprasinya berjalan dengan baik, kami mendapat pendonor ginjal untuk pak Lote sekarang kita tunggu kondisi pak Lote pulih."
"Kalau boleh tau siapa orang yang rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah saya ? " tanya Iren
" Untuk hal itu  tidak bisa kami bicarakan karena si pendonor ingin di rahasiakan identitasnya." Balas dokter.
" Baik dokter, tolong sampaikan rasa terimakasih saya kepada pendonor ginjal itu dok. Ucap Iren lagi.
" Baik akan saya sampaikan."
Kembali di hari itu Iren menghubungi Manu dia ingin memberitahu Manu bahwa oprasi ayahnya bejalan dengan baik. Tetapi Manu tidak mengangkat telponnya karena Manu masih terbaring dan belum sadarkan diri. Membuat Iren panik dan gelisah.
" Aduh Manu ini kemana sih tidak ngangkat telepon." Ucap Iren
" Kamu kenapa nak kok panik seperti itu." saut Malina
" Ini ma si Manu tidak angkat-angkat telepon dari tadi, Iren cemas tentang keberadaannya."
" Sudahlah jangan panik mungkin dia lagi sibuk." Ucap Malina mencoba menenangkan.
6 jam kemudian dokter memberitahukan kabar baik tentang kondisi Pak Lote sudah sadarkan diri. Iren dan ibunnya senang mendengar kabar baik itu. Saat itu juga Manu sadarkan diri namun tidak ada seorang pun yang tau bahwa dia sedang tidak baik-baik. sekarang termasuk keluarganya sendiri. Di hari itu juga orang tuanya menghawatirkan keberadaan Manu karena sudah larut malam dia tidak pulang ke rumah..
Sedangkan orang tua Manu juga cemas karena anaknya sudah larut malam tidak pulang ke rumah. Rima mencoba menghubunginya lewat telpon tapi tidak di jawab. Itu membuat dirinya semakin gelisah dan tidak tenang.
" Anak ini kemana sih di telepon dari tadi tidak di angkat-angkat. " Geming Rima
" Kenapa ma muka mama kok cemas gitu ?" Saut pak Rano
" Mama kawatir dengan si Manu tumben dia jam segini belum pulang. " Ucap Rima.
" Emang dia engga pamitan sama mama tadi sebelum pergi ? " tanya pak lanang kembali.
" Manu bilang tadi sama mama mau pergi ke rumah temannya tapi sampai larut malam begini dia tidak pulang."
" Sudah tenagkan pikiran mama dia pasti pulang kok." Saut pak Rano.
Waktu telah menunjukan pukul 2 pagi. Manu belum juga pulang. Setiap orang tua pasti akan cemas jika anaknya tidak pulang sampai larut malam. Manu juga kepikiran dengan orang tuanya. Karena dia juga merasa orang tuanya pasti cemas dengan keberadaannya sekarang. Apalagi Manu sekarang sedang tidak baik badannya sedang terbaring di rumah sakit.
Namun dia tidak mau memberitahu orang tuanya bahwa keadaanya saat ini sedang tidak baik. Manu tidak mau melihat orang tuanya sedih dengan keadaannya saat ini. Dia akan menanggungnya sendiri tanpa harus membicarakannya kepada siapun.
" Papa dan mama maafkan Manu sudah membuat kalian cemas hari ini." Ujar manu di dalam ruangan.
Lima jam kemudian kondisi Manu dan sudah  mulai membaik. Badannya sudah mulai bisa di gerakkan. Dia hanya di temani seorang suster. Manu dijaga dan keadaanya selalu di periksa. Suster itu merasa iba melihat Manu. Suster itu menatapnya dengan raut wajah sedih. Suster itu bertanya.
" Apakah anda sudah membaik ?" tanya  suster.
"Sudah sus." balas ManuÂ
"Syukurlah." ujar suster sambil terseyum ringan.
"Kapan saya boleh pulang ?" tanya Manu
" Soal itu saya belum tau dokter memutuskan kapan kamu boleh pulang. Apakah keluagamu tau kamu di rumah sakit ?"
"Tidak sus. saya tidak memberitahu siapa-siapa tentang semua ini."ujar Manu
" Semoga kamu segera membaik ya."
Setelah berkata demikian suster itu langsung pergi.
5 hari kemudian Manu di perbolehkan pulang oleh dokter. Sebenarnya dari pihak rumah sakit tidak memperbolehkan Manu untuk pulang dulu. Tapi Manu memaksa untuk pulang. Karena dia takut orang tuanya cemas memikirkanya.
" Kamu kemana saja nak lima hari belakangan ini ?" papa dan mama cemas sekali sampai-sampai papa dan mama sampai melapor ke kantor polisi.
" Manu ada tugas kuliah di rumah teman ma. Manu udah bilang sama lewat wa tapi tidak di baca." ucap Manu
" Mama tidak melihat pesan whatshap kamu. Balasnya
" Sudahlah tidak usah berlebihan Manu sekarang udah pulang jadi mama tenang sekarang."
Sejak saat itu sikap Manu berubah dari biasnya. Dia sering melamun sendirian. Dia memikirkan kondisinya saat ini sudah tidak seperti dulu lagi. Manu bingung harus menceritakan beban hidupnya ini kepada siapa. Di satu sisi dia tidak mau melihat orang-orang yag di sayanginya sedih setelah mendengar hidup nya tidak akan lama lagi di dunia ini. Di sisi lain dia tidak sanggup menyimpan bebannya sendiri.
Kembali di hari itu Iren menghubunginya utuk diajak bertemu. Karena telah 2 minggu belakangan ini mereka tidak bertemu. Tetapi Manu tidak ingin memberitahu pada Iren. Bahwa tubuhnya saat ini sedang tidak baik-baik saja karena menolong pak Lote. Dia berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikannya.
" Kamu apa kabar ?" Ucap Iren
" Kabar ku belakangan ini sungguh tidak baik." Balas Manu
" Kok begitu, tidak baik kenapa ?" tanya Iren.
" Yah, boleh di bilang aku saat ini sama seperti langit ini yang kihilangan cahaya dan tidak tau perginya kemana ?" saut Manu penuh teka-teki.
" Hehe, maksudmu apa sih kok jadi gombal gini. "Tanya Iren heran.
" Tidak ada apa, aku baik-baik saja." saut Manu sambil menjuk hidung Iren dengan jarinya. Aku belakangan ini sibuk kerja.Â
" Sesibuk itu kah kamu tampa memberiku kabar sedikit pun buat aku."
Bibir Manu seketika terdiam dan tidak mampu berucap satu kata pun.
" Kamu berubah akhir-akhir ini kamu cuek sama aku.' Ucap Iren
" Tidak aku tidak berubah. Aku masih sama seperti yang dulu. "balas Manu.
"Bohong, Aku rindu sama kamu Manu." geming Iren
"Kenapa kamu rindu sama aku ?" tanya Manu
" Karena aku mencitaimu. "Balas Iren expresi wajahnya memerah.
" Jadi Kamu menerima cintaku di dalam hatimu ?" tanya Manu melompat kaget.
" Iya aku mau menjadi pendamping hidup kamu." ucap Iren sambil menatap mata Manu.
" Terimakasih ya." balas Manu sambil memegang dan mencium tangan Iren.
     Â
Mendengar kata-kata itu Manu seketika terdiam dan wajahnya memerah. Â Dia juga tidak bisa membohongi perasaanya bahwa dia juga mencintai wanita yang ada di depan matanya saat itu. Namun dia merasa berkecil hati karena Manu merasa tidak pantas lagi untuk Iren. Tetapi sebelum dia mati dia ingin membahagiakan Iren dan tersenyum sehingga menjadi kenangan yang indah ketika dia menutup mata nanti.
" Apakah kamu masih menyimpan perasaan untukku ?" kata Iren.
" Â Masih ada engga ya ?" saut Manu sambil bergurau bibirnya perlahan mengembang.
" Ih.. kamu." Balas Iren tersipu malu.
" Hehehe, masih ada banyak." Ucap Iren sederet giginya terlihat.
Akhirnya perasaan cinta Manu terjawab sudah oleh Iren. Sejak saat itu mereka menjadi pasangan yang saling mencintai dan menyayangi hubungan mereka semakin harmonis. 5 bulan kemudian Manu dan Iren sedang kencan tiba-tiba Manu merintih kesakitan.
"Kamu kenapa Manu, Kok muka mu merah seperti itu ? " tanya Iren
" Tidak apa-apa aku baik-baik saja kok. Balas Manu
Manu menyembunyikan rasa sakitnya pada Iren dia melakukan hal itu karena tidak mau melihat Iren sedih setelah mengetahuinya. Tetapi Iren merasa ada yang aneh pada diri Manu. Dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi padanya.
Suatu ketika Iren ingin ke rumah Manu dia igin bertemu dengan orang tua  Manu namun tanpa sepengetahuan Manu. Hal itu dia lakukan karena ingin mencari informasi tentang kejanggalan yang terjadi pada diri Manu akhir-akhir ini. Iren memberi kabar pada oran tua Manu bahwa drinya akan mampir kerumah.
" Selamat pagi bu." Kata Iren berbicara lewat telepon
" Pagi cantik, ada apa ini kok tumben nelpon ibu ?" tanya Rima
" Saya mau mampir ke rumah ibu hari ini boleh ?"
" Boleh banget. Pintu rumah ibu akan selalu terbuka buat kamu nak." Balasnya.
" Baik bu." Saut Iren sambil tersenyum
" Tapi Manu hari ini sedang tidak ada di rumah nak. Dia sedang bekerja.
" Tidak apa-apa bu tidak ada Manu. Saya cuman mau ketemu sama Ibu ."
" Baiklah calon menantuku, ibu tunggu ya sampai jumpa nanti."
" Iya Ibu."
30 menit kemudin Iren bersiap diri untuk pegi mengunjungi rumah Manu. Dengan perasaan yang bahagia karena ini bagaikan suatu hal menyenangkan  baginya bisa bertemu kembali dengan orang tua Manu setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Waulaupun ada sedikit rasa kejanggalan dalam hatinya namun dia tetap memberikan senyuman hangat kepada orang-orang yang ada di rumah itu.
" Selamat siang." Iren berdiri depan pintu masuk
" Selamat siang, eh bidari-darinya Manu datang. Apa kabar ?" ibu memberikan sambutan hangat
" Kabar Iren baik bu. Kalau ibu bagaimana masih sehat ?"
" Syukur puji tuhan setelah ketemu kamu ibu menjadi tambah sehat." ucap ibu Rima.
" Hehe Ibu bisa  aja." Balas Iren tersipu malu
" Mari silahkan masuk !"
Iren mauk kedalam ruang tamu matanya memandaingi ke segala arah melihat isi yang terdapat di dalam ruangan itu. Di ruangan itu terdapat foto Manu dan anggota keluarganya.
" Bagaima kabar ayah kamu apakah kondisinya sudah sehat ?" Manu bilang ayahmu kecelakaan 1 bulan lalu dan terluka parah.
"Iya bu, sekarang kondisi ayah sudah mulai membaik saya bersyukur sekali ada orang baik yang menyelamatkan nyawa ayah dengan mendonorkan ginjalnya." Ucap Iren.
" Sungguh mulia sekali hati orang itu. Siapa dan darimana dia ?"
" Iren dan mama tidak tau siapa orangnya. Dokter bilang identitasnya di rasiakan."
" Semoga saja dia selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa."
Kedekatan antara mereka berdua menjadi sangat erat. Mereka membicarakan banyak hal sehingga Iren merasakan kenyamana di dalam hatinya ketika berbicara dengan ibunya Manu. Namun di balik semua itu  ibunya Manu tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan Iren untuk datang ke rumah Manu saat itu.
Setelah lama berbincang --bincang ibunya  Iren mengajaknya untuk melihat kamar tidur Manu. Iren memanfaatkan itu. Kesempatan yang baik untuk dirinya mencari informasi tentang keanehan yang selama ini mengganjal Manu.
" Ini dia kamarnya Manu. Maaf ya berantakan sekali."ucap Rima.
" ya bu tidak apa-apa." balas Iren.
" Dia selalu buru-buru berangkat kerja jadi beginilah kamarnya tidak di rampikan."
' Biar Iren aja yang rapikan sekarang bu." Ucap Iren.
" Beneran kamu mau rapikan kamarnya Manu ?" tanya Rima kembali
" Beneran bu."
" Maaf ya sudah ngerepotin kamu."
" Tidak apa- apa bu saya sama sekali tidak di repotkan."
" Terimakasih ya nak."
" Sama-sama bu."
Kemudian kamar Manu di bersihkan oleh Iren. Sambil membersihkan kamar dia juga membuka lemari dan laci-laci yang ada di kamar itu. Dengan harapan mendapat data informasi terkait dengan Manu. Iren menemukan surat diagnosa dokter yang di berikan kepada Manu. Iren sangat-sangat terkejut setelah membaca dan melihat surat diagnosa itu.Â
Akhirnya semua terungkap bahwa orang dermawan yang menyelamatkan nyawa ayahnya adalah Manu dan nyawa Manu sekarang dalam bahaya. Iren memasukkan surat diagnose itu kedalam tas.
30 menit kemudian Iren selesai membersihkan kamar Manu semuanya sudah bersih dan rapi. Kamar yang tadinya terlihat kotor dan berantakan kini menjadi bersih dan rapi. Setelah itu Iren di ajak makan bersama dan meminum teh bersama oleh keluarga Manu.
 Gimana udah selesai kamu bersihkan kamarnya Manu ?" tanya Rima.
" Udah bu." saut Iren
" Terimakasi ya nak Iren."
" Sama-sama bu."
"Sekarang ibu mau tanya sama kamu." Tanya Rima sambil menatap kedua mata Iren
" Tanya apa bu ?" Saut Iren
" Perut kamu laper tidak ?"
" Tidak bu. Ucap Iren. '
" Bohong ibu denger perut kamu bunyi tuh minta makan." Balasnya sambil bergurau.
" Hehe ibu ada-ada aja."
" Ayo kita makan bersama dengan ayahnya Manu di dapur."
" Baiklah bu. "
Ibunya menggandeng tangan Iren menuju dapur. Disana Iren melihat hidangan makanan yang terta dengan rapi. Ini pertama kalinya Iren makan bersama dengan keluarga Manu. Namun di balik itu semua di dalam hati Iren merasa sedih karena dia baru saja mengetahui sesuatu kebenaran yang sangat menyedihkan dalam hidupnya  bahwa nyawa pria yang di cintainya sedang dalam bahaya. Dia ingin menceritakan itu semua kepada orang tua Manu .Tetapi Iren tidak ingin melihat orang tua Manu sedih. Iren berusaha menutupi  perasaan sedihnya itu.
Â
" Nah ini dia ibu sudah siapkan masakan special untuk kamu. Gimana kamu suka ?"
" Suka bu, terimakasih banyak untuk semua ini." Ucap Iren.
" Siapa wanita cantik ini ma." tanya  pak Rano
" Ayah tidak tau siapa dia ?"
" Tidak tau ma makanya ayah bertanya sekarang sama mama."
"Dia adalah calon menantu rumah ini."
" Calon menantu rumah ini ? "maksud mama ?"
" Dia pacarnya Manu ayah."
" Astaga, ternyata Manu punya banyak jurus juga untuk dapatkan wanita secantik ini.
" Hehe, iya ayah."
Pujian yang baik untuk diri Iren  ini adalah pertama kalinya Iren bertemu dengan ayanya Manu. Wajahnya mirip sekali dengan Manu berkulit sawo matang dan bibirnya tipis. Ketika melihatnya Iren jadi  teringat dengan Manu. Kemudian gadis cantik itu diminta untuk memperkenalkan diri sebelum menyantap makanan.
"Sebelum kita makan saya ingin kamu memperkenalkan diri dulu dihadapan saya dan kita semua. Seperti kata pepatah" tak kenal maka tak saying. Ucap ayah Manu
" Baiklah, nama saya Iren Dwi Agustini bisa di pangil Iren.
" Nama yang cantik  seperti orangnya.
" Hehe, ayah bisa aja. Ucap ibu Manu
" Ayah berbicara sesuai dengan realita bahwa calon menantu kita ini memang cantiik.
" Hehe, terimakasih ayah. Ucap Iren.
Suasana saat itu sangat humoris setelah mendengar kata-kata dari ayahnya Manu. Iren  merasa terhibur sekaligus bahagia dirinya di jadikanbahan candaan disana.
" Kamu mau tau nama saya siapa ? " Ucap ayah Manu.
" Mau, seperti kata ayah tadi tak kenal maka tak sayang. Balas Iren sambil tersenyum.
" Kamu sayang sama saya ?" nanti pacarmu cemburu lo nanti saya yang repot." Geming pak Rano
" Hehe, beginilah ayahnya Manu kalau di ajak ngobrol pasti bikin perut capek karena lelah tertawa," Ucap ibu Rima ambil tersenyum.
" Sudah -sudah berhenti dulu tertawa ayah mau memperkenalkan diri dulu." ucap pak Rano
" Dipersilahkan ayah. Ucap Iren.
" Nama Saya adalah Rano. Memiliki wajah yang tampan. Sehingga istri saya mau menikah dengan saya dan tentunya masih kelihatan awet muda. Memiliki anak yang tampan juga sehingga kamu mau pacaran dengan anak saya."
" Hehee." Iren tertawa malu
Semua yang hadir disana tersenyum dengan lepas mendengar lelucon pak Rano.
" Berhenti dulu terwanya mari kita santap sama-sama makan ini. Ucap pak Rano.
Mereka menyantap makanannya bersama-sama. Namun di balik suasana yang nikmat itu Iren memikirkan keadaan Manu. Dia berharap lelaki yang di cintainya itu baik-baik saja di luar sana dan di teringat ketika Manu tiba-tiba merasa kesakitan di dalam tubuhnya saat mereka kencan bersama.
" Eh kok bengong ? "ayo habiskan makanannya. Kata pak Rano.
" Iya "pak. Balas Iren.
" Oh ya, kamu sudah tau belum nama ibunya Manu yang cantik ini  ?" tanya pak Rano kembali nge gombal.
" Sudah pak, namanya ibu Rima." Saut Iren
" Gimana canik kan ?"
" Hehe, ya cantik."
Moment makan bersama telah usai. Â Ibu Rima mengajak Iren duduk bersama di kamar tamu sambil melihat-lihat foto Manu pada saat Manu masih kecil. Ibu Rima menceritakan banyak tentang kehidupan Manu pada masa anak-anak Iren kisah baru tentang Manu. Saat mereka asik ngobrol tiba-tiba Manu pulang kerumah dia kaget melihat ada Iren di rumahnya.
" Selamat sore. Â Iren kamu kapan datang kesini ?" ucap Manu dengan melompat kaget
" Dari tadi siang. Balas Iren.
" Ada perlu apa ?"kok engga bilang-bilang datang kesini ?"
" Mau ketemu kamulah." Ucap ibu Rima.
" Masak sih ?" tanya ManuÂ
sangat beruntungnya anakmu ini ma di apelin sama cewek secantik Iren." ucap pak Rano.
Mendengar Manu berucap manis seperti itu seketika bibir manis Iren tersenyum lebar. Tetapi Manu tidak tau apa sebenarnya tujuan Iren datang kerumahnya. Dia senang wanita yang di cintainya itu sudah mulai dekat dan akrab dengan kedua orang tuanya.
" Manu dimana kau dapatkan cewek secantik Iren Ini ?" Tanya pak Rano.
" Aku dapatkan dia di sebuah taman yang indah ayah." saut Manu sambil bergurau
" berarti dia adalah seorang bidadari ya  ?" tanya pak Rano sambil tersenyum.
" Bisa dikatakan seperti itu ayah."
" Sungguh hebatnya dirimu bisa dapatkan wanita secantik dia."Â
Pak Rano tiada henti-hentinya memuji paras  cantik wajah Iren seakan dirinya terpesona dengan paras cantiknya itu. Kemudian Manu mengajak Iren untuk pergi kekamarnya.
" Ayo kita ke kamar !" ujar Manu
" Ke kamar ngapain ?" tanya Iren agak sedikit gelisah.
" Ikut aja jangan bertanya dulu."
" Tapi aku malu sama kedua orang tuamu kita masuk ke kamar berduaan."
" Aku yang akan minta ijin sama ayah dan mama."
" Ayah, mama Manu mau ajak Iren ke kamar dulu ya boleh  ?"
" Boleh tapi ingat kamu jangan apa-apain anak orang dulu bahaya !" saut Rima sambil menujukkan jari ke wajah Manu.
" Siap komandan." Balas Manu
Manu menggandeng tangan Iren untuk pergi bersama ke kamarnya Iren takut Manu melakukan hal yang tidak- tidak kepadanya. Tetapi kata hatinya berkata Manu adalah orang baik setelah membuka pintu kamar Manu kaget melihat kamarnya telah rapi dan bersih.
Astaga siapa yang bersihkan kamarku ini ?" tanya Manu melompat kaget.
"Ayo tebak siapa ?" Â kata Irezn
" Mungkin mama yang bersihkan. "Balas Manu.
" Jawaban anda salah." ujar Iren sambil tersenyum
" Salah ?"  siapa orangnya  ?"
"Ini orangnya yang ada di depan kamu sekarang. "
" Jadi kamu yang bersihkan kamarku ini  ?" tanya Manu melompat kaget.
" Iya" saut Iren sambil mengangguk
" Terimakasih ya."
Melihat kamarnya sudah bersih dan rapi Manu merasa sangat bahagia. Dirinya merasa sangat bersyukur karena sudah di pertemukan gadis yang rajin seperti Iren. Tidak lupa juga Manu menanyakan kabar keluarga Iren. Terutama kondisi ayahnya.
"Bagaimana kodisi ayahmu apakah dia sudah membaik  ?"tanya Manu.
" Sudah, sekarang dia sudah mulai bisa duduk." Balas Iren.
" Syukurlah, semoga ayahmu cepat sembuh ya."
"Aku sangat berhutang budi sekali kepada seseorang yang menyelamatkan nyawa ayahku. Aku cuman bisa membalasnya dengan doa  semoga dia di berikan umur panjang. " Ujar Iren menyindir Manu.
Mendengar Iren berucap ssperti itu Manu seketika tak mampu berucap apapun. Karena dia merasa orang yang dermawan itu adalah dirinya sendiri. Dia berusaha tetap tegar  menyembunyikan semuanya dari Iren. Sekarang wanita yang di cintainya itu sudah mengetahui semua rahasia besar yang Manu sembunyikan. Manu memegang tangan Iren ada hal penting ingin  ia sampaikan pada Iren mereka duduk bersama di sebuah meja.
" Ayo kita duduk disini." Kata Manu
" Ada apa ini ?"  tanya  Iren
"Ada yang ingin aku bicarakkan sama kamu." ujar Manu.
"Mau bicara apa sih ?" tanya Iren dengan raut wajah tegang.
" Iya duduk aja dulu kalau kamu tidak duduk kamu engga bakalan tau."
" Baiklah."
Manu mengambil sebuah bukau dan pena dia ingin menulis sesuatu di dalam buku itu untuk Iren. Kata yang Manu tulis di buku itu sungguh mengesankan hati Iren.
"Aku mencitai dirimu sepenuhnya akan selalu di setiap waktumu walau nanti . Ragaku ini tidak lagi bernafas di dunia ini. Berjanjilah padaku engkau akan bersamaku selamanya.
Begitulah kata-kata yang Manu tuliskan di dalam buku itu. Setelah membaca kalimat itu Iren terjebak di atara dua rasa sedih dan senang karena kalimat itu sangat menyentuh hatinya. Dan dia dikejutkan dengan realita bahwa peia yang dia cintai saat ini sedang tidak baik. Itu adalah gambaran hati  Manu yang sedang putus asa.
" Tolong berikan tanda tanganmu di sini." Ucap Manu
" Baiklah. "Balas Iren.
" Begitu juga aku akan ku berikan tanda tanganku di kertas ini sebagai tanda bahwa aku benar-benar mencintaimu. Kamu jangan bicara seperti itu. Aku yakin Tuhan selalu bersama mu. Dia akan mennunjukan kuasanNya dan kamu akan baik-baik saja." Ujar Iren sambil mengelus kepala Manu.
Mereka saling memberikan tanda tangan di dalam tulisan tersebut. Kalimat itu menjadi saksi bisu bahwa rasa cinta mereka berdua sangatlah besar. Tetapi di dalam hati Iren sudah tidak kuat lagi menyimpan kebenaran yang dia ketahui Iren menanyakannya kebenaran itu langsung pada Manu.
" Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Ucap Iren."
" Dipersilahkan, kamu mau Tanya apa ?"
Iren mengeluarkan surat keterangan diagnosa dokter di dalam tasnya."
" Ini apa ?" tanya Iren sambil menunjukkan surat diagnosa dokter.
" Dimana kamu dapatkan surat diagnosa ini ?"
" Kamu tidak perlu tau itu yang perlu kamu lakuin  sekarang jelasin apakah semua itu benar ?"
Manu seketika terdiam bibirnya sekita tidak mampu berucap apa-apa.
" Mengapa kamu diam ? "ayo jelaskan apa arti semua ini !" Ucap Iren dengan nada yang sedih."
"Aku tidak mau melihat kamu sedih setelah mengetahui kebenaran dari surat ini." Balas Manu
" Aku akan terima dengan lapang dada apa pun yang terjadi. Jangan kamu simpan sendiri beban ini aku pacarmu aku siap berbagi padamu dalam keadaan suka dan duka."
" Terimakasih banyak kamu sudah peduli padaku. "Ucap Manu sambil memegang tangan Iren.
Manu menceritakan semua tentang kebenaran yang selama ini dia sembunyikan pada Iren. Tidak ada pilihan lain selain mengunkapkannya. Masalah yang besar ini pasti akan terunkap dengan sendirinya walaupun Manu sekuat tenaga menyembunyikanya tetapi tetap tidak akan biasa Karena semesta sudah mengaturnya dengan sedimikian rupa. Setelah mendengar semuanya dari Manu Iren merasa berhutang budi besar padanya.
"Mengapa kamu melakukan semua itu  ?" tanya  Iren.
"Karena aku tidak tega melihat wanita yang aku cintai sedih kehilangan orang tua." Balas Manu dengan wajah memerah."
"Aku sangat berutang budi besar padamu." Aku tidak tau lagi bagaimana caraku membalas budi baikmu pada ayahku." saut Iren.
"Cara membalasnya gampang cintailah aku dengan setulus hatimu." ujar Manu sambil nge gombal.
" Hehe, Dasar raja gombal. Ucap Iren sambil tersenyum manis."
" Aku raja dan kamu adalah Ratunya kita bangun istananya dengan indah nanti. "Balas Manu
"Hehehe, aku bailik pulang ya hari sudah mulai malam  nih."
" Aku antar kamu pulang ya mau ?"
" Mau engga ya...." Â ucap manu sambil berpikir
" Harus mau."
" Baiklah."
Manu berusaha membuat Iren tersenyum agar dia tidak terlalu tertekan dengan masalah yang telah dia ketahui sulit bagi dirinya untuk mernerima kenyataan pahit itu. Tapi pengorbanan Manu untuk Iren sangatlah besar dan tidak ternilai harganya.
Manu mengantar Iren pulang kerumah dengan motor kesayangannya. Harganya tidak terlalu mahal tapi cukup membuat Iren nyaman ketika duduk di atas motor. Mereka berbincang-bincang banyak hal di di tengah perjalanan.
" Ayo pengangan dengan erat biar kamu tidak jatuh. Kalau kamu jatuh dimana lagi aku cari wanita secantiik kamu. Ucapan gombal Manu.
" Ada kok banyak dimana-dimana ada." Balas Iren.
" Ya, memang dimana-mana ada tapi wanita yang mau sama aku ya cuma kamu."balas Manu sambil tersenyum
" Hehe, dasar gombal."
Manu telah sampai di rumah Iren.
"Akhirnya sampai juga di rumah si ratu gombal." Ucap Manu.
" Hehe, dasar kamu ini ada- ada aja. Terimakasih ya sudah ngantar aku pulang dengan selamat. "Balas Iren.
" Sama-sama, sekarang kamu tidur ya jangan bergadang dan jika nanti kamu kangen  sama aku peluk bantal aja."ujar Manu sambil tersenyum.
Hehe, oh jadi sekarang kamu udah bias berubah wujud jadi bantal guling ?" tanya Iren.
"Iya dong, tapi bohong."
" Aku balik ya." ujar manu sambil menghidupkan mesin sepeda motornya.
" Sini masuk ke dalam dulu !"ujar Iren
" Di lain waktu aja ya udah malam ini."Â
" Ya udah hati-hati ya. daa." sambil melambaikan tangannya.
Hari-hari berlalu Manu dan Iren menjadi dua pasangan semakin romantis. Mereka saling mengisi dan menguatkan satu sama lain walaupun Manu sedang tidak baik-baik saja Iren tetap mencintainya dengan tulus tanpa melihat kekurangan yang ada dalam dirinya karena bagi Iren Manu adalah manusia super hero yang sudah berkorban besar demi menyelamatkan ayahnya.
Hari-hari mereka di penuhi dengan kebahagian. Manu telah berhasil membuat perempuan cantik itu nyaman ketika berada di dekatnya sehingga di layak di sebut sebagai sang penakluk hati wanita. Bahkan teman-temannya juga mengatakan hal seperti itu.
" Lo emang juaranya dalam urusan menaklukan hati wanita." Ucap si Boy salah satu teman dekat Manu
" Ah, biasa aja bro..." saut Manu sambil tersenyum.
" Gue mesti perlu banyak-banyak berguru  sama lo."
" Siap gue ajarin, tapi harus bayar !"
' Busettt, apaan lo ?"Â
" Hehe, Gue cuman bercanda doang."
Terlepas dari gelar yang disandang Manu sebagai sang penakluk hati wanita. Dia adalah lelaki pintar dalam hal makanan semua hari-harinya lebih banyak dia habiskan di ruang dapur. Itu karena Manu bekerja sebagai koki di sebuah hotel bintang 5 banyak orang yang membully nya. Mereka mengatakan Manu lelaki banci yang kerjaannya tukang masak. Namun Manu tidak putus asa dengan bully an mereka karena memasak adalah hobinya.
Di samping itu semua lelaki yang pintar memasak adalah idaman kaum wanita. Karena jika mereka berpasangan dengan lelaki yang pintar memasak kaum wanita sangatlah beruntung. Karena mereka biasa saling bekerja sama daalam urusan dapur. Suatu ketika Manu dan Iren pergi berkencan bersama. Â Mereka berdua pergi ke pantai duduk di hamparan pasir pantai. Kala itu Manu bersikap romantis kepada Iren.
"Tanganmu akan selalu ku pegang erat dan akan selalu berada di sisimu. Ujar Manu.
Iren seketika mengingat kembali kata-kata yang di ucapkan oleh Manu ketka dia merenung sendiri di dalam kamarnya. Dia melihat kenangan koleksi foto- foto saat bersama  Manu hingga berlinang air mata. Dia sangat terpukul melihat lelaki yang dincintainya rela mendirita kehilagan salah satu organ tubuhnya. Demi dirinya. Setiap  kali Iren berdoa dia selalu mendoakan Manu agar di berikan kekuatan hidup oleh Hyang Maha Kuasa .Iren menceritakan semuanya tentang pengobanan Manu kepada Ibunya
" Apa yang kamu katakana ini tidak mengada-ngada nak ?" Ujar  Malina dengan raut wajah kaget.
" Tidak bu apa yang Iren katakana benar adanya. "Balas Iren dengan raut wajah sedih "
" Ibu sangat berhutang nyawa dengan anak itu, ibu malu sama dia tiap kali dia datang kesini papamu selalu tidak suka tapi dia rela berkorban untuk nyawa papamu
" Iya bu Iren juga tidak menyangka Manu akan melakukan tidakan senekat itu demi Iren. Balas Iren.
" Ibu mau bertemu dengan Manu. Ibu mau mengucapkan terimakasih kepada dia. Atas pengorbanan yang dia lakukan demi ayahmu. Ucap Malina kepada anak sulungnya.
"Iya bu, ada sesuatu yang ingin Iren katakana pada Ibu tapi ibu jangan marah ya !" ucap Iren dengan raut wajah memerah.
" Iya-ya katakan saja." balas Malina sambil tersenyum.
" Iren sudah jadian sama Manu. "Ucap Iren dengan nada yang rendah.
" Hem... Balas Malina kepada putri sulungnya itu.
" Kenapa bu,ibu marah ? Ucap Iren dengan raut wajah takut.
" Engga sayang.. ngapain juga  marahin kamu buang-buang tenaga aja. Lagi pula kamu itu udah dewasa dan paras mu cantik ya wajarlah kamu mulai merasakan binar-binar cinta. Balas Malina sambil memperlihatkan barisan gigi di mulutnya.
" Makasi bu udah ngertiin Iren.
" Iya, sekarang kamu pergi tidur sana ini sudah malam. Ucap Malina sambil mengelus puncak kepala Iren.
Iren melangkahkan  kaki nya menuju kamar tidur dia mendengar suara hanpondenya yang sedang berdering dari kejauhan,
" Ceklek
Perlahan Iren membuka pintu kamarnya dan menngambil hp. Diatas tempat tidur seketika bibirnya mengembang megeluarkan sebuah senyuman ketika melihat henpondnya itu.
"Hallo selamat malam." Ucap Manu
" Malam, dengan siapa ya ?" Balas Iren pura-pura lupa ingatan.
" Ini saya si pangeran yang telah mempunyai tahta  di dalam hatimu." balas Manu
" Hem,, masak sih ? "Ucap Iren  sambil bibirnya mengembang."
"Iya, benarkah ini dengan tuan putri Iren ?"
" Benar hehe, dasar buaya. Ucap Iren sambil tersenyum riang."
" Tawamu bagus."
" Terimakasih pangeran."
" Sama-sama tuan putri." Ucap Manu
Mereka berbicara lewat telepon dengan riang gembira dan saling bertukar cerita satu sama lain. Iren memberitahu Manu bahwa dirinya telah meceritakan semua pengorbanan yang dilakukan Manu kepada pada pak Lote ke Ibu Manlina Manu terkejut mendengarnya.
" Besok lusa orantuaku ingin ketemu denganmu apakah kamu ada waktu ?" Â tanya Iren.
" Ada, mengapa kamu harus ceritakan itu ? aku sudah melarangmu untuk bercerita pada siapa pun. Balas Manu
"Aku tidak bias menyembunyikan hal  sebesar itu terus menerus
Baiklah, apa dayaku.
" Kamu biasa datang kerumahku besok lusa ?"
" Aku tidak akan melewatkan waktu ku untuk bertemu denganmu."
" Baiklah sampai ketemu besok lusa pangeranku."
" Siap tuan putri."ucap Manu
Pertemuan yang di rencanakan oleh ibu Malina dengan Manu telah tiba mereka melakukan pertemuan di taman kota. Iren menghubungi Manu untuk memastikan bahwa ibunya telah sampai di tempat yang mereka janjikan.
" Kamu dimana ?" ibuku sudah menunggumu di taman kota
" Aku sudah dekat dengan tama kota 5 menit akan sampai. Ucap Manu sambil mengendarai sepeda motornya.
"Baiklah, aku tunggu." saut Iren.
Lima menit kemudian Manu sampai di taman kota. Dia melihat Iren dan Ibu Malina duduk bersantai sambil menikmati suasana taman. Manu menghampi Iren dan Malina. Mere
ka berdua yang sedang duduk santai. Perasaan Manu diselimuti rasa grogi karena ini pertama kalinya dia di ajak bertemu dan berbicara secara formal dengan Ibu Malina.
"Hi. "Ucap Manu sambil memperlihatkan sederet gigi di mulutnya.
" Hi juga,bu ini Manu sudah datang." Balas Iren,
"Oh ini dia  laki-laki yang suka sama putri saya." Ucap Malina sambil bergeming.
" Hehe, Ibu biasa aja". Balas Iren.
" Mari kita duduk santai dulu."
Mereka bertiga duduk bersantai di tempat duduk yang ada di taman kota itu. Ibu Malina mengajak Manu berbicang-bicang ringan untuk membuka pembicaraan.
"Bagaimana keadaanmu ?"Ucap Ibu Malina
" Kedaan saya baik." Balas Manu
"Bolehkah saya bertanya sesuatu padamu ?" Tanya Malina
"Sangat boleh." Ucap Manu sambil memperlihatkan sederet giginya.
" Mengapa kamu rela berkoban demi menyelamatkan nyawa suami saya ?"
Manu seketika terdiam sambil menatap Mata Iren yang sedang duduk di sebelahnya. Dia merasa gugup untuk berkata.
" Mengapa kamu diam ? "Ucap Malina sambil mengkerutkan wajahnya.
" Jadi Ibu sudah tau tentang hal itu ?" Balas Manu.
" Sudah, Iren sudah menceritakannya kepada saya. "Terimakasih banyak karena atas pengorbanmu suami saya masih hidup.
" Sama-sama, saya tidak ingin Iren sedih karena harus kehilangan ayahnya."
Ibu Malina seketika terdiam setelah mendengar penjelasan dari Manu. Dia merasa Manu lelaki yang baik sangat menyayangi putri bungsunya itu. Setelah itu mereka menceritakan banyak hal Manu menanyakan kondisi pak Lote dan Ibu Malina menanyakan kondisi ke dua orang tua Manu.
" Mengapa kamu jatuh cinta dengan anak saya ?"
" Saya punya dua alasan tentang pertanyaan ibu itu. Pertama karena dia cantik kedua dia biasa membuat saya nyaman ketika ada di dekatnya.
" Kamu biasa aja. Ucap Iren
" Cie.... Â Ucap Malina sambil tersenyum.
" Jadi  saya ucapkan terimakasih karena sudah melahirkan dan membesarkan wanita secantik dia. Balas Manu.
" Iya, tapi ingat jaga dia baik-baik jangan sampai dia sakit hati karenamu. Saya sih sebagai orang tua setuju saja dia  dekat dengan lelaki manapun asalkan dia bahagia.
" Darimata ibu saya tau ibu adalah orang baik saya lupa nama ibu siapa ya ?
" Astaga, lihat ini lelaki idamanmu bulum tua dan punya anak sudah lupa ingatan." Ucap Malina sambil tersenyum lebar.
"Hehe, iya kamu malu-maluin aja. Ucap Iren
" Nama saya Malina. Ucap Malina singkat.
"Bagaimana Ibuku ini cantic kan ?" saut Iren
"Iya cantiklah. Balas Manu tersipu malu.
Tiba-tiba ada seorang lelaki yang melihat Manu dan Iren berbincang-bincang di taman. Dia adalah mantan pacarnya Iren, Orang-orang menyebutnya Renaldi dia tidak suka melihat Iren dekat dengan pria lain. Karena dia masih menyimpan rasa cinta pada Iren. Bahkan dia merencanakan hal buruk pada Iren dan Manu
" Hallo." Â Ucap Renaldi sedang menelpon
" ya bos."
" Gue punya kerjaan untuk lo hari ini.
"Bayarannya berapa bos ?"
" Kerja dulu baru mikirin bayaran."
" Cari gue di taman kota sekarang."
" Siap bos."
Iren dan Manu sedang asik bincang-bincang mereka tidak mengetahui bahwa ada yang mengintip mereka secara diam-diam. Mereka merencanakan jalan-jalan bersama setelah  urusan Manu dengan ibu Malina selesai Iren meminta ijin kepada ibunya untuk pergi jalan bersama Manu dan ibu Malina memberikan ijin.
" Ibu bolehkah saya mengajak anak ibu yang cantic ini jalan-jalan sebentar ? "Tanya Manu denagan nada yang sopan.
" Mau kamu ajak kemana anak saya ? "Balas Malina.
" Mau saya ajak jalan-jalan keliling kota ini." ujar Manu
" Baiklah, bahagiakan dia hari ini ya
" Siap bu, saya akan membuat Iren tersenyum lepas hari ini. Ucap Manu sambil tersenyum.
 Manu dan Iren berangkat bersama menaiki sepeda motor mereka sambil berbincang-bincang dan tertawa di atas motor. Tanpa sadar mereka di ikuti oleh dua orang tangan kanan Renaldi.
Kedua orang suruhan Renaldi itu mengendarai sepeda motor mengikuti jejak Manu dari belakang entah perbuatan buruk apa yang akan mereka lakukan terhadap Manu.
" Kamu tau enggak aku tadi gugup saat bertemu dengan ibumu. "Ucap Manu sambil mengendarai motor.
" Begitu aja gugup." Balas Iren
" Aku gugup karena melihat wajah cantiknya. Ternyata ibumu masih awet muda ya. "Ucap Manu sambil tersenyum,
" Hehehe. Dasar gombal." Balas Iren sambil mengusap kepala Manu
" Kamu memang cocok banget di lahirkan oleh dia sama-sama cantik."
" Ya dong, terimakasih."
Tiba-tiba penjahat suruhannya Renaldi menghadang Manu dari depan. Membuat Manu harus mennghentikan sepeda motornya secara mendadak. Manu dan Iren sangat terkejut melihat kedua orang tidak dikenal itu tiba-tiba menghadang mereka .Dan memaksa merka untuk turun dari sepeda motornya.
" Ayo turun lo." Ucap penjahat itu dengan nada yang tinggi
" Apa- apaan kalian ini. "Balas Manu dengan nada tinggi juga.
Tanpa basa-basi lagi dua penjahat itu menyerang Manu dengan pukulan membuat Manu terjatuh. Manu membalasnya. Aksi perkelahian terjadi antara Manu melawan orang suruhanya Renaldi. Iren sangat takut melihat aksi perkelahian itu.
Brakkkk..."
Tubuh Manu terjatuh ke bawah aspal penjahat itu berniat memukulnya lagi namun Iren mencoba menolongnya dengan berteriak.
" Tolong... maling....."Ucap Iren dengan nada yang tinggi.
Salah satu warga mendengar suara Iren mereka bergegas menghampirinya. Melihat gerombolan warga datang penjahat itu  melarikan diri.
"Ah... suara Manu yang sedang merintih kesakitan.
Iren bergegas menghampri Manu yang sedang merintih kesakitan.
"Manu, kamu tidak apa-apa ?" Tanya Iren dengan raut wajah sedih.
"Ah... sakit sekali." Wajah Manu memar kemerah merahan karena di pukul.
"Sabar ya aku akan membawamu ke rumah sakit." ucap Iren
Iren meminta pertolongan di sepanjang jalan dia menghentikan laju kendaraan yang ada di jalan.
"Berhenti! Pak apakah kami boleh menumpang di mobil ?" pacar saya merintih kesakitan karena di kroyok orang. "Ucap Iren wajahnya merah karena panik.
"Waduh maaf neng saya buru-buru ini ada urusan mendadak. "Balas sang sopir menolak.
"Baiklah, maaf ya pak."saut Iren.
Sementara itu ibu Malina sedang bersantai di ruang tamu bersama pak Lote. Ibu Malina menanyakan kondisi suaminya setelah 3 bulan melakukan pengobatan usai kecalakan maut yang di alaminya. Mereka berbicang di ruang tamu sambil menonton televisi.\
" Eeh ayah asik sekali nontonnya mama boleh ikut ?" tanya MalinaÂ
" Boleh sini duduk di sebelah ayah."  Pak Lote menyela pembicaraan sambil menyesap  kopi hangat.
" Bagaimana kondisi ayah apakah sudah membaik ?" tanya Malina.
" Sudah tangan dan kaki ayah sudah terasa ringan, sudah bisa di gerakan.. "Balas Lote.
" Syukurlah, ingat kata dokter ayah jangan terlalu capek dulu."
" Iya ma tapi tadi sekretaris ayah telpon ada perusahan tekstil di luar kota ingin bekerja sama dengan perusahaan kita jadi ayah harus ke kantor besok."
" Ya udah tapi ayah jangan terlalu capek dulu ya, mama takut terjadi sesuatu pada ayah lagi dan besok papa jangan bawa mobil sendiri dulu mama yang akan antar  berangkat ke kantor. Ujar Malina dengan perasaan kawatir.
" Siap komandan, eh ngomong-ngomong Iren mana  dari tadi tidak kelihatan ?"
" Iren tadi pergi ke taman kota sama mama yah."
" ngapain kesana ma ? " Tanya pak Lote sambil melipat raut wajahnya."
" Manu,siapa dia ?" tanya pak Lote
"Laki-laki yang waktu itu datang kesini cari Iren yah terus ayah marahin dia. "Saut Malina
" Ngapain laki-laki ingusan itu ?" ujar pak Lote sambil tersenyum.
" Mama rasa Manu anak baik yah dan dia sangat menyayangi anak kita." Saut Malina
Malina tidak mau memberitahu tentang kebaikan Manu kepada suaminya. Seseorang yang dia hina itu telah menolong nyawanya. Malina akan memberitahunya di waktu yang tepat nanti.
 Di lain tempat Iren masih berusha menghentikan laju kendaraan. Dari sekian banyaknya kendaraan yang di stop Iren untuk diminta pertolongan.  Beberapa jam usaha Iren membuahkan hasil, Ada satu sopir yang mau memberhentikan laju kendaraannya untuk menolong Manu yang sedang tergeletak di jalanan. Dia tak tega melihat raut wajah Iren yang terlihat sedih dan berdiri di tengah jala
" STOPPP !!" Ucap Iren dengan nada tinggi.
 Mobil berwarna hitam mencoba menghentikan laju kendaraannya.
" Mengapa kamu menghadang saya ?" tanya seorang sopir.
" Pak pacar saya tadi di kroyok orang tak di kenal dan sekarang kondisi tidak bisa berdiri saya mohon tolong dia untuk membawanya ke rumah sakit. Ujar Iren sambil memurungkan wajahnya.
" Dimana pacarmu ?"
"Itu pak dia tegeletak di di pinggir jalan." Iren menujukan lokasi Manu.
Iren dan si sopir bergegas menghampiri Manu yang sedang tergeletak di pinggir jalan. Dia melihat Manu mendesah kesakitan. Melihat kondisinya banyak luka lebam di wajahnya si sopir merasa iba si sopir dermawan itu langsung membawanya ke rumah sakit dan melajukan kendaraannya dengan cepat.
" Ah... sakit sekali." Desah Manu kesakitan.
" Sabar bentar lagi kita sampai di rumah sakit, pak cepat sedikit !"
" Sabar neg ini saya sudah ngebut, jalannya macet jadi bersabar ya.
15 menit kemudian Iren sampai di rumah sakit. Team medis rumah sakit segera membawa Manu ke ruangan untuk memberikan pertolongan. Sedangkan orang suruhan Renaldi memberitahu tuannya bahwa mereka sudah melaksanakan perintah dengan baik dengan memukuli Manu sampai babak belur.
" Hallo, gimana ? "kalian udah laksanalan perintah saya ?" ucap Renaldi lewat telpon.
" Sudah bos laki-laki itu udah kami pukuli  sampai babak belur. " saut si bajingan.
" Bagus sekarang ambil bayarannya di rumah." ucap Renaldi sambil tersenyum.
" Baik bos."
Iren sangat panik sekali dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Manu. Dia terus mondar mandir dengan tergesa-gesa sambil mengepal kedua tangannya  mengucapkan doa.
" Tuhan semoga Manu baik-baik saja tolong berikanlah dia kekuatanmu." Ucap Iren di dalam hati
Tiba-tiba henpond Iren berdering.
Hallo nak kamu dimana ?" Tanya ibu Malina
" Iren sekarang lagi di rumah sakit bu." Balas Iren
" Astaga kamu kenapa nak kok bisa di rumah sakit ?" saut Malina panik
" Bukan Iren bu tapi Manu. Dia tadi dikroyok sama preman di jalan sampai babak belur.
" Astaga kasian sekali anak itu. Kamu sudah berikabar orang tuanya ?"
" Belum ma sekarang Iren akan telpon orang tua Manu. Ujar Iren.
" Iya nak, agar orang tuanya juga tau bagaimana kondisi anaknaya sekarang.
" Iya ma. Sambil mengangukkan kepala dan mematikan telpon dengan Malina
Iren bergegas menghubungi orang tua Manu untuk memberitahu  bahwa anaknya sekarang di rawat di rumah sakit. Ibu Rima ibunya Manu sedang bersih-bersih rumah tiba-tiba teloponnyaberdering dia segera mengambil telponnya itu.
" Hallo '
" Hallo bu ini Iren."
" Ya nak ada apa ?'
" Ma ..Manu bu. Ucapan Iren terbata-bata."
" Ada apa dengan Manu nak ?"
" Manu sekarang di rawat di rumah sakit bu'
"Ada apa dengan Manu kenapa bisa masuk rumah sakit ?"
Iren menceritakan semua peritiwa pengeroyokan yang terjadi pada Manu. Ibu Rima sangat kaget mendengar keterangan dari Iren perasaannya seketika cemas dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada anak bungsunya itu. Rima segera menghampiri suaminya yang sedang bersantai di teras rumah.
" Ayah... suara panggilannya dengan nda tinggi Ujar Rima
" Ada apa sayang kok suaramu gawat begiitu ? Balas pak Rano sambil bergurau.
" Aduh ayah anak ayah masuk rumah sakit." Ucap Rima gelisah.
" Anak yang mana ?  1, 2, 3,4 atau 5." Geming pak Rano  Â
" Anak ayah yang ke 5 si Manu.."
"Ah kok bisa ?"Saut pak Rano kaget
" Iren bilang dia dikroyok orang tidak di kenal di jalan."
" Astaga, dia di rawat di rumah sakit mana  dia sekarang ?"
" Kata Iren dia dirawat di rumah sakit umuum Kerta Buana."
" Ayo kita kesana yah !! mama kwatir terjadi sesuatu pada Manu.Ucap Rima sambil menyentuh tangan pak Rano. "
Iya, ayah ganti baju dulu."
Setelah itu Pak Rano dan Rima bergegas menuju ke rumah sakit tempat Manu di rawat. Mereka bersiap setelah itu langsung berangkat menggunakan mobil. Pikiran bu Rima tidak tenang ia memikirkan kondisi putranya. Tiba-tiba Nagita anaknya yang ke 2 datang kerumah.
" Mama dan papa dan mama mau kemana buru-buru sekali ? " ucap Nagita
" Mau kerumah sakit ?" saut pak Rano
" Ke rumah sakit ? emangnya siapa yang sakit ?"
" Adik kamu Manu, dia tadi di kroyok sama preman di jalan."
" Astaga.. Nagita ikut ya ma.'
" ya udah sini buruan naik kamu yang bawa mobilnya."
" Oke ma.'
Ibu Rima, suami dan juga Nagita bergegas menuju rumah sakit mengendarai mobil. Nagita yang di tujuk orang tuanya untuk mengemudikan mobil. Lalu lintas saat itu terlihat ramai segerombolan kendaraan di jalanan melambat. Situasi itu membuat Rima semakin panik dan gelisah. Di benak pikirannya selalu ada raut wajah putra bungsunya. Itu adalah hal wajar seorang Ibu akan lebih dekat dengan anak bungsunya ketimbang anak-anaknya yang lain.
" Ada apa nak kok laju mobil jadi lambat begini ?" Cetus Rima
" Aduh... macet lagi. " ucap Nagita
" Macet ?" tanya pak Rano. "
" Ya yah, lalulintasnya lumayan ramai jadi mobil kita sulit bergerak cepat."
" Cepat nak mama sangat hawatir dengan kondisi Manu. " Ujar Rima wajah seketika sedih.
"Iya-iya Nagita tau, tapi saat ini situsi jalannya kurang baik sabar. "
Beberapa menit kemudian mereka bertiga sampai di rumah sakit tenpat Manu di rawat. Terlihat disana Iren di samping pintu kamar pasien. Di terihat murung seorang diri. Rima merasa iba melihat calon menantunya sedih seperti itu.
" Sayang...geming Rima sambil memeluk tubuh Iren yang tidak berdaya.
" Ibu... sambil mengelus kedua tangannya ke tubuh Rima.
" Dimana Manu ? " kata pak Rano
" Manu sedang di dalam di periksa  dokter pak. " jawab  Iren."
"Ini siapa pa ? " tanya Nagita heran dengan hadirnya Iren. Karena baru melihatnya pertama kali.
"Ini Iren pacarnya adik kamu Manu, oh iya kalian baru  pertama kali bertemu. Iren kenali ini Nagita kakaknya Manu calon kakak ipar kamu. " geming pak Rano
" Salam kenal kak. Nama saya Iren Aulia. " kedua mata menatap dengan tatapan hangat.
" Salam kenal saya Nagita. " saut Nagita bibirnya tersenyum lemah.
Kemudian wanita mnggunakan jas putih keluar dari ruangan memberi infornasi tentang kondisi Manu. Semua yang hadir disana matanya tertuju dengan wanita itu. Mata meraka penuh degan tanda tanya. Terutama Iren tubuhnya digeruguti dengan rasa cemas  Begitu juga keluarga Manu.
" Apakah kalian keluarga pria yang ada di dalam ruangan itu ?" ucap dokter.
"Ya dok saya orang tuanya. Bagaimana dengan kondisi anak saya ?" saut Rima.
" Anak ibu sekarang sedang tidak sadarkan diri. Ada lebam di sekitar tubuhnya akibat pukulan apakah ada sebuah perkelahian ?" tanya dokter memastikan.
" Iya tadi di jalan pacar saya di kroyok sama orang tak di kenal dok. " saut Iren.
"Oh begitu.. ucap dokter sambil mengangguk.
" Apakah saya boleh masuk ke dalam untuk melihat anak saya. ' ucap pak Rano.
" Boleh silahkan. Tapi jangan bicara keras-keras supaya pasien lainnya tidak terganggu.
" Baik dok. "
Iren dan juga keluarga Manu segera masuk ke dalam ruangan pasien. Mereka melihat tubuh Manu tebaring lemas tidak sadarkan diri di atas tempat tidur. Melihat kondisi anak bungsunya seperti itu Rima merasa iba. Begitu pula Iren wajahnya memerah dan perasaannya cemas melihat orang yang dia sayangi tadinya baik-baik saja sekarang malah tidak berdaya di atas tempat tidur. Dia terbayang dengan canda tawa Manu ketika bersamanya.
Ibu Rima memadangi wajah Manu yang sedang tak berdaya dengan tatapan sedih hingga air matanya gugur berjatuhan. Dia terpukul berat atas musibah yang menimpa anaknya itu. Sambil mengelus-ngelus dahinya dengan penuh harapan putra bungsunya segera pulih dan sadarkan diri. Rano dan Nagita mencoba menangkannya.
" Sudah ma sabar kita tunggu Manu pulih papa yakin dia pasti baik-baik saja. " ucap Rano sambil  memegang ke dua pundak Rima.
" Siapa yang tega mekukan ini pada Manu pa ?"
" Papa juga tidak tau siapa dalang dari semua ini. Yang terpenting sekarang kita berdoa pada Yang Mahakuasa agar anak kita segera pulih. " Saut Pak Rano
" Iya pa. "
Hari menjelang malam Iren ingiin pulang baik ke rumah karena orang tuanya menanyakan keberadaan dirinya. Dia berpamitan dengan keluarga Manu. Setelah dia tiba di area loby rumah sakit tiba-tiba telponya berdering. Di telponnya terlihat foto Renaldi laki-laki yang sudah membuat Manu celaka. Iren merasa kesal karena dia tidak suka dengan laki-laki yang bernama Renaldi itu. Beberapa kali dirinya di ajak kencan berduaan namun Iren menolak. Seketika wajahnya menciut dan mematikan panggilan telepon. Tapi Renaldi terus menelponnya sampai jari jemarinya menyerah memaksa untuk menerima telepon.
" Hallo, selamat malam." Ucap Renaldi.
" Iya ada apa ?" tanya Iren kesal.
" Santai... jangan marah- marah nanti cantiknya ilang, " saut Renaldi
" Udah enggak usah ngegombal ngomong to the point aja. " balas Iren kesal
" Bagaimana kabarmu baik apa buruk ? "
" Ada baik nya dan ada buruknya. "
" Sabar tetap jalani dan syukuri. Kamu besok kuliah ?" tanya Renaldi.
" Kuliah pagi. Â "
" Aku jemput kamu ya. Kita berangkat bareng-bareng. " Ucap Renaldi dengan penuh semangat.
" Engga usah aku bisa ke kampus sendiri".saut Iren.
" Ayo dong Ren aku mohon jagan nolak. " Â Ucap Renaldi memaksa
" Enggak sekali aku bilang enggak ya enggak. " saut Iren kesal langsung mematikan telepon dan melajutkan langkah kakinya menuju pintu keluar.
Sesampainya di rumah hati Iren merasa gelisah dia memikirkan keadaan Manu di rumah sakit. Wajahnya terlihat murung tak bersemangat. Sesampainya di depan pintu masuk Iren melihat kuncing kesayangannya terdiam disana seakan menanti kedatanganya. Kucing itu mempunyai bulu yang lebat. Warna bulunya berwana cokelat. Seketika rasa sedihnya menghilang saat melihat kucing kesayangannya itu.
" Hi apa yang kamu lakukan disini ?" tanya Iren sambil mengelus-ngelus bulunya.
" Meong.... Kucing itu menjawab." Kau pasti menunggu ku ya ?"  ayo kita masuk. " Segera Iren merakulnya dan membawa kucing itu  masuk.
Pada saat kedua tangannya membuka pintu masuk. Iren melihat kedua orang tuanya sedang duduk menonton televisi di ruang tamu. Pak Lote mengalihkan pandangan matanya nya sejenak ke pintu masuk. Dia melihat anak perempuannya pulang. Pak Lote merasa ada yang aneh dengan raut wajah putrinya itu. Biasnya dia selalu riamg gembira kalau pulang dari suatu tempat dan selalu menyapa namun sekarang cuek baru datang nyelononng begitu saja tanpa menyapa orang tuanya terlebih dahulu.
" Kenapa anakmu itu ma ?" baru dateng cemberut dan nyelonong aja. " ucap pak Lote.
" Mungkin dia sedang malas bicara. " Saut Malina
" Tumben dia seperti itu biasanya selalu ceria. "saut pak Lote
" Pacarnya lagi kena musibah tadi di kroyok sama orang yang tak dikenal." Ucap Malina keceplosan.
" Apa .. pacar  ? " saut pak Lote melompat kaget.
" Jangan  tegang gitu. Santai aja nanti penyakitnya tambah banyak. "  ucap Malina.
" Emang siapa pacarnya Iren ? " tanya pak Lote penasaran.
" Rahasia dong." saut Malina ngeyel. Udah ah mama ngantuk mau tidur. " langsung berjalan menuju kamar
" Lo.. ma.. tunggu... sambil memegang jari-jari Malina. Namun dia menghiraukannya tetap melanjutkan langkah kakinya.
 Malina menuju kamar Iren. Dia ingin melihat anaknya sebelum tidur.Malam hari berlalu sang mentari telah menampakkan sinarnya. Iren berangkat menuju kampus untuk kuiliah. Saat tiba di kampus langkah kakinya di hadang oleh Renaldi membuatnya harus berhenti sejenak. Renaldi mencoba menganggu Iren dengan rayuan. Namun Iren menghiraukanya dengan memasang wajah sebal dan datar. Itu tidak mengurungkan niat  Renaldi dan terus merayunya. Melihat expresi wajah Iren sangat kesal. Rasanya dia ingin muntah di hadapan wajah Renaldi. Karena menurutnya laki-laki ini sangat menyebalkan.
" HI cantik... "ucap Renaldi
" Apa ?" minggir aku mau ke kelas. "saut Iren dengan nada tinggi
" Tenang dulu baru aja sampai lagian dosen belum ada di kelas. "
" Jangan banyak omong lo minggir enggak kalau enggak gue akan teriak. " Ucap Iren kesal
" Aku mau jujur sama kamu. Kamu kalau marah itu tambah cantik deh. "
" Aku juga mau jujur. Setiap aku lihat muka kamu tu rasanya pengen muntah. "
Iren sangat kesal wajahnya seketika menciut dan memerah. dengan tegesa-gesa dia melanjutkan langkah kakinya dan mendorong tubuh Renaldi. Itu dilakukannya agar Iren bisa menghindar dari Renaldi yang terus mencoba merayu. Kemudian Iren melanjtkan langkah kakinya menuju kelas. Setelah sampai di ruang kelas Iren duduk dengan raut wajah kesal. Hingga  ketiga temannya bernama Nadin, Rahman dan Lia manghampirinya. Melihat ada hal aneh dengan Iren.
" Astaga.. muka lo lecek begitu kaya belum di setrika, Ucap Nadin
" Tauk ah kesal gue. " saut Iren wajahnya terlihat jutek.
" Kesal kenapa sampai segitunya ?" tanya Nadin.
"Gue kesel sama Renaldi dari tadi terus ngerayu gue. Buat gue naik darah.
" Siapa itu Renaldi ?"tanya Nadin
" Itu anak jurusan Ilmu pedidikan."saut Iren
" Oh si anak brandal itu. "
" Anak brandal ? " tanya Iren sambil melompat kaget.
" Iya, dia terkenal brandal di kampus ini. Dia itu ikut geng tapi aku tak tau geng apa. "
Mendengar ucapan Nadin Iren seketika terdiam. Dirinya merasa takut dengan sosok Manusia yang bernama Renaldi itu. Karena mendengar ucapan Nadin Iren merasa Renaldi itu lelaki yang enggak benar. Seketika pikiran Iren berpikir negetif tentang geng. Kesan di masyarakat geng itu selalu membuat tindakan kriminal. Kembali di hari itu kegiatan belajar mengajar di kelas sedang berlangsung. Dosen mengamati Iren yang sedang melamun. Dosen tersebut melihat ada yang aneh pada Iren.
"Dug.. ..
Dosen mukul meja.
"Kamu kenapa kok bengong ?" apakah kamu paham dengan yang saya jelaskan ?" tanya dosen
" Tidak, saya baik-baik saja saut Iren." Saut Iren
" Jangan bengong nanti kesurupan. Ayo tatap mata saya di depan. "
" Hahaha.." semua mahasiswa yang ada di kelas itu menertawakan Iren.
Iren seketika memasang muka malu di wajahnya. Saat itu pikirannya dan perahaannya tidak berada di kelas itu. Ia memikirkan dan mencemaskan keadaan Manu. Hal itu membuatnya tidak focus untuk belajar. Hari menjelang sore masa perkulihan telah usai. Kemudian Iren melangkah menuju parkir untuk mengambil kendaraan. Di tengah perjalanan ada yang menepuk pundaknya dari belakang Iren melompat kaget.
" Hi, apa kabar ? " tanya Nadin
" Nadin, kamu buat aku kaget. ' saut Iren
" Makanya jangan kebanyakan bengong. Boleh engga aku ikut kamu pulang ?"
" Kok tumben kamu ingi pulang sama aku ?" tanya Iren balik
" Motorku rusak masih di bengkel. Boleh ya ren plese... Ucap Nadin
Iren dan Nadin pulang bersama. Sepajang perjalanan mereka ngobrol santai sambil menikmati perjalanan yang mereka lalui. Jalan raya saat itu ramai lancar karena jam pulang sekolah Nadin merupakan sahabat dekatnya Iren jadi segela keluh kesah yang ada pada diri Iren Nadin tau semuanya.
' Kamu kenapa ren kok tadi bengong aja di kelas ?" tanya Nadin.
" Tidak apa-apa kok. " saut Iren
" Kamu tidak bohong dari aku. Aku tau dari raut wajahmu kamu lagi banyak masalah." Ucap Nadin
" Yaya gue cerita. Kita ngobrol di kafe kopi aja biar enak."
" Terserah kamu aja aku hanyalah penumpang yang hanya bisa nurut pada pengemudinya." Geming Nadin.
Iren sampai di sebuah kafe disana dia menceritakan tentang musibah yang menimpa Manu
" Gue turut perhatin atas musibah yang menimpa lo. Gue hanya bisa bantu doa semoga dia lekas sembuh." Ucap Nadin sambil memegang kedua tangan Iren. Udah jangan sedih gitu semua akan baik-baik saja. " ucap Nadin sambil tersenyum.
" Terimakasi ya atas supportnya lo memang sahabat gue yang terbaik." Saut Iren
" Oh ya gua mau sampaikan berita penting sama lo ren. " ucap Nadin
 " Apaan itu ? " tanya Iren.
" Gue di terima kerja di salah satu perusahaan kontraktor ternama sebagai marketing."Ucap Nadin dengan nada girang.
" Wah.. selamat ya din aku ikut senang dengernya." Saut Iren
Saat mereka sedang asik berbincang- bincang tiba-tiba datang seorang laki-laki tampan berbadan tinggi menyapa mereka berdua. Pria itu adalah temannya Manu
" Hi, selamat siang." Ucap si Boy
"Iya. Selamat siang. " Balas Nadin
" Kamu Iren kan ?" ucap pria itu sambil menatap kedua mata Iren dengan penuh heran.
" Iya nama saya Iren. Anda bagaimana bisa tau nama saya ? "tanya Iren
" Saya pernah bertemu kamu 3 bulan yang lalu di sebuah kedai kopi. Waktu itu saya bersama Manu. " saut pria paruh baya itu.
" Oh ya saya lupa. Kamu apa kabar ?" balas Iren
" Kabar saya baik, bagaimana kabarnya Manu ?" saya  dengar kalian sudah pacaran." Tanya pria paruh  baya itu.
" Manu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Dia sedang terbaring di rumah sakit." Saut Iren dengan expresi sedih.
" Ada apa dengan Manu kok bisa masuk  rumah sakit ?"
" Waktu minggu lalu dia di kroyok sama orang yang tidak di kenal."
" Astaga kasian dia. Nanti aku akan jenguk dia ke rumah sakit." Ucap si boy
Sambil bicara mata si Boy tertuju pada sosok wanita cantik yang berada di depan Iren. Tatapan matanya memberi sinyal bahwa dia terpesona melihat Nadin. Hanya terdiam tidak berkedip. Sambil Boy melempar Sebuah senyuman manis padanya. Iren merasa ada hal aneh pada si Boy.
" Hallo mas. Ada apa ? " sambil melambaikan tangannya di depan wajahnya
" Tidak apa-apa." Saut Boy
Melihat tingkah aneh si Boy Iren hanya tersenyum ringan dan Nadin tersipu malu. Kembali di hari itu tiba-tiba ponsel Iren berdeiring menadakan ada suara panggilan untuknya.
" Hallo nak Iren."ucap ibu Rima
" Ya bu ada apa ?" balas Iren
" Nak ada kabar baik. Manu sudah sadarkan diri dan dia nanyain kamu.'ucap Rima dengan perasaan senang dan penuh senyum."
" Suyukurlah. Saya kesana sekarang buk." Saut Iren dengan penuh senyum.
Melihat sikap Iren yang berubah drastis menjadi periang dan penuh senyum. Boy dan Nadin menjadi penasaraan dan kedua mata mereka tertuju bersama ke tubuh Iren sambil tersenyum tipis. Dengan sepontan Boy bertanya.
"Ada apa Ren kok girang gitu ? " tanya Boy
" Ibunya Manu telpon. Kanya Manu sudah sadarkan diri." Saut Iren
" Syukurlah, kalau gitu kita sama-sama pergi ke rumah sakit."
" Baiklah
Iren, Boy dan Nadin pergi bersama ke rumah sakit tempat Manu di rawat. Iren membonceng Nadin menggunakan sepeda motor. Boy mengikuti mereka dari belakang. Di dalam perjalanan Iren sambil berbincang-bincang dengan Nadin. Iren membicarakan tatapan aneh yang terjadi pada Boy dengan Nadin.
" Ren lo lihat engga tatapan cowok itu kegue tadi ?" tanya Nadin.
" Lihatlah, itu artinya dia suka sama kamu". saut Iren.
"Masak.. ? " Tapi kalau di lihat-lihat itu cowok lumayan ganteng juga." saut Nadin.
"Lo juga naksir dia juga kan ?"tanya Iren.
"Ya enggak lah... ucap Nadin sambil menepuk bahu Iren.
15 menit kemudian Iren, Boy dan Nadin sampai di rumah sakit tempat Manu di rawat. Langkah kaki Iren melaju cepat. Dia tidak sabar  untuk bertemu Manu. Iren di sambut Ibu Rima dan Nagita.
"Mama.. "suara Iren memanggil Rima.
" Iren. " Saut Rima.
" Bagaimana kondisi sekarang ma ?" tanya Iren.
" Manu sudah sadarkan diri. Sekarang dokter sedang mengecek kondisinya di dalam." ucap Rima.
Dokter keluar dari ruangan dan menjelaskan kondisi Manu. Dokter mengawali ucapannya dengan tersenyum.
" Dok bagaimana kondisi anak saya ?" tanya pak Rano
" Anak bapak sudah sadar. Sekarang masih tahap pemulihan. Ada luka lebam parah di wajahnya dia harus menjalani perawatan secara insentif dulu."
" Syukurlah." balas pak Rano
" Kalau boleh saya tau ada peristiwa apa kok luka lebamnya sampai separah itu ?" tanya dokter
" Tadi di jalan Manu di kroyok orang yang tidak di kenal dok." ucap Iren menceritakan semua peristiwa yang terjadi.
" Saya turut perihatin atas musibah yang di alami bapak Manu." saut dokter.
" Terimakasih dok."
Setelah berucap seperti itu dokter melanjtkan langkah kakinya menuju ruangan kerjanya. Rima merasa bahagia setelah mendengar kabar bahagia itu. Begitu pula Iren dia mengucap syukur  kepada Tuhan karena telah membuat Manu sadarkan diri. Kemudian perlahan kedua tangannya memeluk tubuh ibu Rima.
Boy dan Nagita juga bahagia setelah mendengar kabar baik itu. Rima merasa heran dengan kehadiran Boy dan Nagita. Itu karena Rima pertama kali melihat mereka berdua.Â
" Ini siapa nak ?" tanya Rima.
" Oh ya ma Ini Nagita temennya Iren dan ini Boy temennya Manu." saut Iren
" Hallo tante salam kenal." ucap Nagita dan Boy
"Iya salam kenal. Mari kita masuk kedalam lihat kondisi Manu."
Mereka masuk kedalam ruangan pasien. Saat mereka masuk Manu tersenyum bahagia. Namun di balik itu semua Iren dan Rima merasa sedih saat melihar Manu terbaring lemas di atas tempat tidur. Wajahnya terlhat membiru dan bengkak. Mereka tak kuasa menahan air matanya. Nagita dan Boy melompat kaget saat melihat kondisi Manu.
Suana ruangan itu terasa campur aduk antara perasaan sedih dan senang. Pak Rano ayah Manu hanya terdiam melihat kondisi Manu. Namun di dalam hatinya pak Rano merasa sedih juga. Tapi dia tak mau memperlihatkannya di depan Manu.
" Mama,Iren, Boy." ucap Manu
"Manu." saut Rima sambil mengelus kepala Manu.
" Iren maaf aku tidak bisa memeluk kamu karena aku engga bisa bangun". ucap Manu.
"Iya tidak apa santai saja." saut Iren.Â
Manu merasa heran melihat kehadiran Boy dan Nagita. Tapi Nagita dan Boy tersenyum saat Manu metatapnya. Â Boy 1 minggu belakangan ini tidak bertemu dengan Manu karena dia sibuk dengan urusan kerjaan. Dulu mereka sering nongkrong bersama.
" Boy" ucap Manu kaget melihat ke datangan Boy.
"Siapa yang berani mukulin lo sampai parah seperti ini ?" tanya Boy
" Gue engga tau dan gue engga kenal sama mereka. Tiba-tiba langsung menghadang langsung mukul."Saut Manu.
" Sabar, biar hukum alam yang membalasnya." ucap Boy
" Perempuan ini siapa ? " tanya Manu heran dengan ke datangan Nagita.
"Kenali ini Nagita teman kuliah aku." saut Iren.
" Cantik sama kayak kamu." ucap Manu.
Mendengar Manu nge gombal seperti itu semua orang tersenyum riang. Seketika rasa cemas ibu Rima berubah menjadi tawa. Dia merasa tingkah Manu saat gombalin cewek sama persis dengan pak Rono dulu saat masih remaja. Bener kata pepatah kuno buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Hari-hari berlalu kondisi tubuh Manu sudah mulai membaik. Dokter memperbolehkan Manu untuk pulang ke rumah sekarang dia sudah bisa mekukan aktivitas seperti biasa. Iren dan Rima sangat senang melihat perkembangan baik Manu. Namun Manu harus tetap menjaga kondisinya agar terus membaik.
1 minggu kemudian berlalu. Manu saat itu sedang pulang dari kerja dia melihat seorang pria tua yang sedang duduk di trotoar sambil mengacungkan tangan untuk meminta sesuatu. Melihat hal itu Manu merasa iba.
" Mas tolong saya." ucap si kakek.
" Kek ini ada sedikit uang buat kakek." ucap Manu.
"Terimakasih nak, tapi ini banyak sekali." saut kakek kaget dengan jumlah uang yang di berikan Manu.
" Tidak apa-apa kek ambil saja." saut Manu sambil memberikan uang.
" Terimakasih nak. Semoga Tuhan  membalas ke baikannmu. Semoga kamu di restui dalam hal asmara."ucap kakek.
" Semoga kek, terimakasih atas doanya." saut Manu melompat kaget mendengar doa dari kakek tersebut.
Setelah itu Manu melanjutkan langkah kakinya. Di dalam perjalanan ia terus teringat dengan kata-kata kakek tersebut. Manu heran kok bisa kakek tersebut tau tentang permasalahan hidupnya. Sungguh sangat aneh sekali. Itu pertama kalinya ia berjumpa dengan sosok manusia aneh seperti itu
Di dalam perjalanan Manu
\
Â
Â
Suatu malam dia sedang merenung seorang diri depan teras rumah. Entah apa yang sedang kebayang di dalam pikirannya semua di rasanya sangat hampa,sunyi seakan dia merasa dunia tidak adil padanya. Dia menginginkan seseorang  wanita hadir dalam hidupnya namun entahlah kapan waktu itu akan datang padannya.. Ibunya melihatnya sedang  merenung sendirian dan bertanya.
Manu kenapa kamu melamun seperti itu sih" ?
" Engga kenapa ma".
" Awas jangan sering bengong seperti itu nanti kesurupan lo".
"Mama ada-ada aja kata siapa orang bengong itu bisa kesurupan ? "
Kata mama. Balasnya.
"Hehe engga lucu tau ma".
Itu kok kamu ketawa ?"
" Karena mama ngaur ngomonngnya".
Wanita yang membesarkanya itu berhasil membuat dirinya tersenyum ibunya mencoba menghibur dirinya agar dia terhibur dan tidak bengong lagi. Â Dia merasa ada yang aneh pada anaknya sudah 2 minggu belakangan ini dia bengong-bengong sendirian seperti itu. Kemudian Wanita yang mempunyai panggilan Rima itu bertanya padanya
"Kamu kenapa sih nak udah  2 minggu belakangan ini mama lihat kamu bengong-bengong sendirian seperti ini apa  yang sedang kamu pikirin ? ujar Rima
"Aku malu cerita sama mama". Ucap Manu sambil menundukkan kepalanya.
Lo kenapa harus malu" ? mama adalah orang yang melahirkan dan membesarkanmu mama siap mendengar keluh kesah mu nak jangan malu-malu seperti itu !" balas Rima
Iya deh ma aku cerita".Â
"Aku galau ma udah lama banget aku jomblo seakan semua wanita di dunia ini tidak ada yang mau sama aku ini". Ucapnya dengan  nada lemas.
Udah jangan berkecil hati nak. Mungkin belum waktunya kamu bertemu dengan wanita yang mau menerima dirimu apa adanya". Balas Rima.
Tapi mau sampai kapan seperti ini mama ? "
Udah tenang engga usah di pikirin mama doakan kamu di pertemukan dengan wanita yang mau menerima kamu apa  adanya oleh Tuhan. Percayalah doa mama akan jadi kenyataan".
Terimakasih ya mama, Manu sayang sama mama". Ujarnya dengan nada yang santun
3 hari kemudian Manu pergi bersama teman-temannya di sebuah toko coffe shop tempat itu adalah tempat anak-anak muda nongkrong dan bersantai sambil menikmati cita rasa coffe. nikm Manu dan temanya sedang nongkrong disana dia melihat 2 wanita cantik akan memesan coffee. 2 Â watnita itu berjalan menuju kearah pedagang mereka ingin memesan coffe.
Â
Hi kak kami pesan coffenya dua ya", Ucapnya sambil menatap mata pedagang
Coffe rasa apa mba capucino apa mocca ?" Â saut pedagang
Rasa Capucino kak ya".
Baik mbak. Sambil nunggung coffenya jadi silahkan tunggu di meja sana ya mba" !
Baiklah kami tunggu ya". Balasnya sambil tersenyum.
Kedua wanita itu berjalan menuju kearah meja yang ditujukan pedangang. Manu seketika terdiam. Matanya seketika tertuju pada wanita yang baru memesan kopi itu tubuhnya telihat anggun rambut terurai panjang dan kulitnya terlihat putih mulus. Seketika dia merasa seorang bidadari datang di hadapannya saat itu.
"Astaga cantik banget".ujar Manu
"Apanya yang cantik" ? Balas Dio
 "Lihat cewek yang lagi jalan berdua itu" . Geming Manu.
"Waoooo kelewatan cantiknya. Sepertinya mereka mau beli coffe juga disini juga".
"Akan gua cobak mendekatinya". Saut Manu dengan percaya diri yang penuh.
Tanpa basa-basi lagi  Manu segera mendekati kedua wanita itu.  Dengan kepercayaan diri yang penuh dia berani mendekatinya. Kata-kata  manisnya mulai bersuara dengan indah membuat wanita itu mengularkan senyuman manis di bibirnya.
"Hi selamat malam, bolehkah saya ikut duduk disini bersama kalian" ? Begitulah suara dari bibirnya berucap.
" Boleh". Saut wanita itu dengan memasang raut wajah datar.
Dengan baik hati kedua wanita itu mempersilahkan Manu ikut duduk bersama mereka. Manu  berkenalan dengan mereka dan menanyakan mereka berasal darimana. Itu hal yang wajar seseorang yang baru bertemu akan menanyakan tentang identias diri mereka.
"Maaf kalau saya sudah mengganggu  waktu santai kalian". Geming si pria pemberani.
"Tidak apa-apa santai saja". Sautnya sekitika dia tersenyum tipis di barengi dengan lesung di kedua pipinya.
Kalau boleh saya tau nama kalian siapa ? "
Nama saya  Iren  dan ini adik sepupu saya  Ratih. "
Oh, salam kenal Iren dan Ratih. Nama saya Manu. Senang bisa berkenalan dengan kalian berdua saya berharap kalian senang bertemu dengan saya juga". Ujar bibirnya lagi.
Mereka berbincang-bicang lebih dalam lagi.Saling menanyakan identitas diri mereka masing-masing. Mengetahui identitas diri seseorang adalah langkah awal dalam memulai suatu pendekatan. Jiwa seorang lelaki terlihat di dalam diri Manu. Dia ingin berbicang-bincang lebih dengan wanita cantik itu. Dia meminta nomer hedpone wanita itu.
" Boleh saya meminta nomer henpondmu ? "
" Gimana ya ?" Iren tersipu malu
" Rasanya tidak pas jika kita kenal seseorang tapi tidak tau nomer henpond. Siapa tau nanti saya atau kamu terkena musibah kita bisa saling tolong menolong. Kamu bisa hubungi saya begitu juga saya". Balas Manu mencari pembenaran agar dia bisa mendapat yang dia mau.
Kemudian Manu kembali menghampiri temannya yang sedang duduk santai sendiri sambil menikmati secangkir coffe. Dio sangat menikmati coffe tersebut dia meminumnya dengan penuh perasaan bahagia. Karena aroma coffe yang enak sehingga membuat orang yang meminumnya merasa tenang dan nyaman. Ketika Dio sedang menimati coffenya tiba-tiba Manu datang menghampirinya dengan raut wajah gembira senyum-senyum sendiri seperti layaknya orang gila.
"Yess, ujar Manu sambil menekuk kedua lengannya
Kenapa lo senyum-senyum sendiri gitu ? " sepertinya orang gila aja. " geming Dio
" Keberuntungan berpihak pada gue hari in yo. " Balas Manu
" Beruntung, maksudnya ? " ujar Dio lagi sambil melipat kedua alis matanya.
" Gue berhasil kenalan dan dapetin nomer hp cewek itu. "
" Ah masak ? " Saut Dio seakan tidak percaya.
" Tidak percaya ?" Â ni lihat. Manu memperlihatkan nomer hanponde Iren pada Dio.
Langkah awal Manu berhasil dia mulai memikirkan jurus yang akan dia gunakan untuk mendapatkan hati seorang bidadari yang bernama Iren itu. Sekarang kegalauan yang ada di  dalam dirinya akan segera sirna hatinya akan segera di terangi cahaya rembulan. Malam hari tiba sang rembulan  mulai menampakan cahayanya di langi malam. Manu mengambil segelas air dia membawa air itu kehadapan ibunya yang sedang duduk di sofa.
Saat itu malam hari ibu Rima beristirahat sejenak setelah bekerja. Rima bekerja sebagai tukang jahit. Dia menjalani usaha garmennya sudah 5 tahun sampai-sampai  orang-orang di sekitar rumahnya menjukinya dokter bedah pakaian. Meskipun bahasa itu terdengar konyol tapi dia sangat mencintai pekerjaannya.
Manu ingin meminta doa ibu di dalam air yang akan dia minum itu. Agar pendekatan yang dilakukan kepada wanita yang tadi dia temui berjalan dengan baik. Hal itu memang terbilang konyol tapi itulah Manu dia percaya doa seorang ibu akan membawa keajaiban untuknya.
"Anak mama tumben banget baik bawain air kesambet apa anak ini." Ucap Rima.
"Air ini bukan untuk mama tau. "
"Lo ini buat siapa ?"
"Hehe buat aku, aku mau minta doa ke mama doain di dalam air ini."
"Buat apa ?" saut Rima mendadak bingung dengan  tingkah Manu. "
"Ya doain dulu." Ucap Manu memaksa.
Rima mengambil air itu dan memberi doa. Seketika bibir Manu tersenyum riang dan Manu meminumnya.
" Buat deketin cewek ma."
"Oh, jadi sekarang anak mama yang ganteng ini sudah mulai berani dekati cewek ?"
" Sudah ma, orangnya cantik sama seperti mama." Saut Manu dengan mata berbinar-binar.
" Kamu ada-ada aja sini gelasnya mama doain. " Balas Rima
Manu dengan senang hati memberikan air itu kepada ibunya
"Terimakasih mama semoga aja mujarab ini doa mama. "
Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di dalam pikiranya  selalu terbayang dengan wanita cantik yang bernama Iren itu. Sepertinya Manu sudah mulai menyukai wanita itu Manu bergegas mengambil Henpond miliknya. Dia tidak tahan lagi dengan baying-bayang wajah Iren Manu ingin ngobrol dengannya. Manu menghubunginya lewat telepon.
"Hallo selamat malam. " Ucap Manu
"Iya. Selamat malam. " saut Iren
"Bisa bicara dengan bidadari yang bernama Iren ?"
"Iya saya sendiri ini dengan siapa ya ?" Balasnya.
"Aku Manu yang tadi ketemu di coffe shop".
"Oh yang tadi minta nomer hp ? "
"Iya bener". Saut Manu riang
Â
Mereka berbicara banyak hal di telepon. Manu yang lebih banyak bertanya pada Iren karena Manu di selimuti rasa penasaran tentang gadis yang baru dia kenal itu. Sejak saat itu kedekatan mereka berdua sangat baik. Manu sering mengajak Iren kencan bersama. Bahkan  Dia meresa sudah mulai tumbuh benih cinta di dalam hatinya  dan akan segera mengungkapkan rasa  isi hatinya kepada Iren.  Boleh di bilang itu sesuatu yang wajar bagi sesorang lelaki remaja seperti Manu.
Manu ingin membawanya pulang memperkenalkan teman dekatnya itu kepada ibunya. Hari itu adalah hari pertama kali baginya  membawa seorang wanita dihadapan ibunya sendiri. Manu berharap ibunya senang dangan apa yang dibawa pulang. Sesampainya dirumah Manu dengan begitu semangat membuka pintu gerbang rumah. Manu Ingin  memberikan kejutan pada ibunya dia masuk lebih dulu sedangkan Iren  menunggu didepan pintu gerbang.
Manu menghampiri ibunya yang sedang  berada di dapur dia memeluk ibunya dan berkata.
"Mama aku bawa oleh-oleh untuk mama hari ini. " Ucapnya
Oleh-oleh apa nak kok tumben banget kamu bawain oleh-oleh untuk mama ?"
Hehe, ya udah sekarang mama tutup mata dulu ikut aku kedepan !"
"Iya-iya." Balas Ibu Rima
Manu membawa ibunya berjalan menuju kedepan pintu masuk. Ibunya terkejut melihat wanita cantik yang ada di depannya saat itu. Dia bingung dengan sosok wanita berperas cantik itu siapa karena ibu Rima baru pertama kali melihatnya. Karena Manu bilang  dia akan memberikanya  hadiah tetapi yang di bawanya  seorang perempuan. Ibu Rima merasa Manu bersikap konyol.Â
" Siapa wanita ini nak ? " tanya Rima penasaran.
" Ini oleh --oleh buat mama. " saut Manu bibicara pelan di samping telinga ibunya.
"Wah.. oleh-olehnya cantik sekali jadi kamu bawakan mama oleh-oleh calon mantu ?"
"Hehe, ya mama. Mama suka ?"
"Kenali bu nama saya Iren teman dekatnya Manu."geming Iren
"Iya dengan senang hati saya bisa kenal kamu. Ayo tebak nama sama siapa ? " Saut Rima.
"Engga tau bu kan baru kenal ibu. Balas Iren sambil memperlihatkan sederet gigi di bibirnya.
"Manu kamu beritahu dia nama mama ! "
"Nama mamaku ini Rima. " Saut Manu sambil tersenyum.
"Oh, salam kenal bu saya senang bisa bertemu dengan ibu."
"Sama-sama saya juga senang bertemu wanita cantik seperti kamu. Ayo silahkan masuk saya akan buatkan minuman special untuk kamu. " Ucap Rima sambil memegang tangan Iren menganjaknya masuk ke ruang tamu. Setelah beberapa menit  Ibu Rima datang membawa minuman the hangat untuk Manu dan Iren.
" Ini tehnya udah jadi. Silahkan di nikmati. " ucap ibu Rima
" Terimakasih bu. " balas Iren sambil menyesap teh.
"Dimana kamu dapatkan wanita secantik ini nak ? Geming Rima sambil tersenyum.
"Ada di suatu tempat yang sangat... indah gurauan Manu.
"Kamu  ada-ada aja. " saut Rima.
Mereka berbincang-bincang dengan hangat di ruang tamu. Sejak saat itu kedekatan Manu dan Iren lebih baik lagi. Begitu juga Iren dengan ibu Rima. Iren sering datang ke rumah Manu begitu pula dengan Manu sering berkunjung ke rumah Iren. Manu merasa nyaman ketika dia bersama Iren ia ingin mengungkapkan rasa cintanya terhadap wanita yang ia temui di caf coffe bulan lalu.
Manu memberikan sebuah kejutan istimewa untuk Iren di hari yang berbahagia itu. Dia membuat janji perteman dengan Iren di pantai. Di pinngir pantai itu teerdapat restorant mewah. Manu membuat kejuatan bernuansa romantis di restorant itu sehingga di hari itu terlihat begitu istimewa
Tak lama kemudian Iren datang  dengan penampilannya yang begitu  cantik dan dan anggun. Dia terkejut dengan kejutan yang di berikan oleh Manu. Itu adalah hari pertama baginya mendapat kejutan Romantis seperti itu. Karena sebelumnya dia tidak pernah  mendapat kejuatan roamantis seperti itu dari seorang pria.
"Manu apa-apan ini ?"
" Ini adalah kejutan sepesial untuk kamu hari ini. Aku harap kamu senang."
Manu mempelihatkan sebuah bunga dihadapan Iren.
' Iya aku senang tapi untuk apa semua ini ? Balasnya.
" Hari ini aku akan mengungkapkan isi hatiku padamu. Sebenarnya aku suka dan cinta sama kamu mau kah kamu menjadi pendamping hidupku ?" ucap Manu padanagan matanya seakan berbinar-binar.
Mendengar Manu mengatakan seperti itu seketika Iren terdiam. Dia seakan  dibawa ke dalam bayang-bayang asmara. Iren tidak tau harus  berucap apa pada Manu dia seketika teringat pesan dari kedua orang tuanya.
" Iren kamu belajar dengan rajin ya nak, biar hidupmu nanti bisa lebih baik dari papa dan mama. Biar tidak hidup susah seperti sekarang ingat jangan pacaran dulu fokus dulu sekolah."
" Iya ma, Iren janji akan buat papa dan mama bangga saut Iren
Ucapan kata-kata itu seakan terniang di dalam telinganya hingga dia  terperangkap dalam dua pilihan. Di satu sisi dia tidak mau melanggar pesan dari orantuanya sedangkan di sisi lain dia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri  bahwa dia juga sebenarnya mencintai Manu.
" Maaf aku tidak bisa jawab sekarang, aku butuh waktu untuk menjawabnya." Saut Iren sambil menundukkan kepala.
" Baiklah aku akan menunggumu. Aku yakin kamu juga punya rasa yang sama denganku aku. "
Penolakan cinta yang di alami oleh Manu tidak membuat semangat lelaki paruh bawa itu pudar. Manu mendekati Iren tanpa henti dia memberikan perhatihan lebih. Hingga  Iren merasa Manu laki-laki  yang baik. Suatu ketika Manu berbicara lewat telepon dengan Iren.
"Boleh tidak aku ke rumahmu besok ? " kata Manu
"Mau ngapain ? Â "Balas Iren
" Mau ketemu kamu dan orang tua mu. " ucap Manu dengan percaya diri.
" Emang kamu berani ketemu sama ayahku ? " Saut Iren,
" Berani lah. Emang ada apa dengan ayahmu ? "
" Ayahku galak, aku takut nanti kamu di marah. " seketika wajah iren menciut
" Se galak-galaknya macan di hutan akan tunduk dengan rasa cinta ku padamu. " Ucap Manu menbuat Iren seketika terdiam.
Mendengar Manu berbicara seperti itu seketika bibir Iren  tersenyum lebar Iren merasa Manu adalah lelaki paling gombal di dunia seketika berucap di dalam hatinya.
" Ni cowok selain ganteng pinter juga gombal dasar lelaki. "
Ke esokan harinya Manu memenuhi janjinya untuk berkunjung kerumah Iren. Hari itu dia adalah lelaki paling bersemangat dengan penampilanya yang terihat gagah .Namun sebelum pergi kerumah Iren, Manu menelpon Iren  sebulum dirinya memastikan langkah kakinya  untuk pergi menemui gadis itu.
" Hallo selamat pagi. " Geming Manu
" Â Iya selamat pagi." Â Balas Iren
" Bagaimana kabarmu hari ini ?"
"Kabarku baik. "
" Syukurlah, oh ya kamu sibuk engga hari ini ?"
" Engga , ada apa ya ?"
" Aku mau main ke rumahmu hari ini. "
" Jangan ayahku galak tau." Saut Iren.
" Apa dia bisa makan manusia ?"
" Hehe, enggaklah. "
" Selagi dia engga bisa makan manusia aku engga takut, Karena aku yakin rasa cintaku padamu akan menang melawan amarah ayahmu." Ucap Manu sambil ngegombal.
" Ya sudah, ayo kesini aku akan lihat sekuat apa rasa cintamu mengalahkan amarah ayahku.
Kemudian Manu bergegas pergi menggunakan sepeda motor miliknya. Dia  bibicara dengan motornya layaknya manusia. " Motor bantu aku ya hari ini kita akan berpetualang mencari bidadari. Semangat kepercayaan dirinya sangat membara bagaikan api. Dia sudah siap menerima resiko jika nanti bertemu orang tua Iren.  Ketika hati sudah terlajur menyayangi seseorang saat itu juga jiwa dan raga ini siap menerima hambatan dan akan menerimanya dengan lapang dada.
Manu adalah lelaki yang tidak mudah putus asa dalam hal asmara. Dia bagaikan arjuna yang selalu siap menaklukan hati para wanita. Dia juga lelaki yang humoris sehingga siapun yang dekat padanya selalu merasa nyaman. Karena dia selalu membuat orang lain tersenyum lewat tingkahnya.
Tak lama kemudian Manu sampai di rumah Iren dan dia sejenak terdiam  menarik napas sejenak. Di dalam benaknya ada sedikit pesaan takut, tetapi dia percaya rasa cintanya akan mampu  mengalahkan semuanya.  Di depan pintu gerbang Manu berdiri sambil mengucapkan salam.
" Permisi selamat pagi." Ucap Manu dengan nada percaya diri.
Kemudian tidak lama kemudian datang ibunya Iren membuka pintu. Malina kaget melihat laki-laki muda berkulit putih hadir di depan pintu masuk.
" Iya selamat pagi, ini dengan siapa ya ?"
" Maaf menggangu bu salam kenal saya Manu temennya Iren. Apakah Irennya ada  di rumah ?"
" Ada dia di dalam, sebentar saya panggilkan dia. " saut Malina.
"Iren... sini nak ini ada yang mencari kamu. " Ucap Malina
" Iya mama tunggu sebentar. itu pasti Manu si raja gombal." Geming Iren dalam hati
Iren berjalan menuju pintu masuk rumahnya dan dia merasa sangat gugup tiba-tiba badannya mengerluarkan keringat dingin. Ini karena pertama kalinya Iren di datangi oleh  seorang laki-laki kerumah dia takut kedua orang tuanya  akan marah padanya. Pria pemberani itu berbicara serius dalam ucapannya. Perlahan langkah kakinya berjalan menuju pintu masuk.
" Buset.. si  raja gobal ini beneran datang dia tidak main-main dengan ucapanya.  Geming Iren sambil menatap kedua mata Manu
Iren saat itu pikiran dan perasaanya atara senang dan takut. Dia mencoba untuk mendamaikan dirinya sendiri menerima realita yang ada saat itu di depan matanya. Bahwa telah hadir  seorang lelaki  pemberani yang mau berjuang menaklukkan hati orang tuanya demi mendapatkan cintanya.
" Mau ngapain kamu merncari anak saya ? " Ucap Malina
" sebelum saya menjelaskan apa tujuan saya mencari anak ibu ijinkanlah saya memperkenalkan diri dulu. " Â Ucap Manu dengan nada yang sopan.
" iyah silahkan ! " saut Malina
" Perkenalkan nama saya Manu saya teman dekatnya Iren. "
" Teman dekat ? Â berani-berani nya kamu dekati anak saya ya. " Manu di sambut dengan suara yang terdengar mencengkram di telinga.
Nada bicara yang di ucapkan oleh orang tua Iren mebuat wajah Manu memerah. Tetapi dia tetap teguh meyakinkan dirinya bahwa dia pasti bisa. Â Manu mencoba mengambil hati orang tua Iren dengan membawa makanan saat berkunjung.
" Oh ya, ini saya bawakan sedikit oleh-oleh untuk ibu dan keluarga."
" Terimakasih banyak. Ikhlas enggak ni.. ? " saut Malina sambil bergurau.
" Ikhlas kok buk, ini adalah perjuangan. " geming  Manu dalam hati.
" Terimakasih banyak ya. " saut Malina.
Kemudian Iren dateng menyambut Manu. Dengan  wajah yang merah dia memberanikan diri untuk memberi sambutan kepada lelaki jantan itu.
" Manu...." Geming Iren
"Nih ada yang mencari kamu apakah bener  dia ini teman dekat mu ?" tanya Malina
" Iya ma." Saut Iren.
" Ya udah, ingat pesan mama. "ucap Malina mencoba untuk mengingatkan Iren.
" Iya-iya bu.. "Balas Iren sambil tersenyum.
Iren merasa Manu lelaki jantan. Dia tak habis pikir bahwa Manu akan bener-bener datang ke rumahnya dan membuat ibunya senang. Tetapi dia belum merasa tenang karena dia belum melihat respon ayahnya nanti ketika melihat Manu. Karena ayah tidak suka jika ada seorang lelaki dekat dengannya.  Ayah Iren berpropesi sebagai  tentara nasional Indonesia. Iren dengan dua adiknya di didik dengan dispin oleh kedua orang tuanya.
Tidak lama kemudian ayah Iren datang dengan penampilannya yang terlihat gagah dan menakutkan jika di pandang. Dia menggunakan seragam dinasnya  dia nampak seorang patriot langkah kakinya mengeluarkan irama dari sepatunya. Iren tak kuasa menahan rasa takutnya dia takut jika nanti dia kena marah ayahnya.
" Gawat Tentara Nasional Indonesia sudah pulang. Geming dalam hati.
" Selamat Sore ayah pulang. "Ucap pak Lote. "
" Sore ayah. " saut Ibu Malina menyambut sang perajurit negara itu dengan ramah.
" Buatin ayah secangkir kopi."
" Siap komandan. " saut Malina sambil memberi sikap hormat kepada prajurit negara itu.
" Udah tidak usah gaya-gayan begitu engga lucu. " saut pak Lote
Ayah Iren melihat Manu yang sedang duduk di teras rumah bersama Iren. Dia terkejut dengan hadirnya Manu disana dan menatap mata Manu dengan tajam.
" Siapa kau." Ucap pak Lote
" Salam kenal pak saya Manu temannya Iren. "Saut Manu
"Iya ,saya Lote ayahnya Iren ada perlu apa kau datang kesini ?" ucap Lote wajah terlihat tegang.
" Saya datang kesini ingin ketemu dengan anak bapak Iren. " saut Manu dengan raut wajah tegang.
" Pasti kamu ada mau dekat-dekat dengan anak saya ya ? " Balas pak Lote semakin marah.
" Iya pak, saya mau bincang-bincang dengan anak bapak. "
"Jangan dekat-dekat dengan anak saya, saya engga ijinkan dia untuk pacaran. "
"Baik pak." Ucap Manu sambil menundukkan kepala.
' Ayah, Iren dan Manu cuman temenan kok. Dia datang kesini ada yang mau dia bicarain sama Iren. " Ucap Iren sambil mencium tangan ayahnya.
"Kalau begitu baiklah. ' saut pak Lote sambil menatap kembali mata Manu dengan tatapan tajam.
Gaya bicarannya membuat Manu kaget. tetapi itu tidak membuat dirinya patah semangat Manu merasa semakin termotivasi utuk memdapatkan Iren. Walaupun suasana saat itu terasa begitu tegang. Namun rasa cinta Manu kepada Iren sangat besar. Dia rela melakukan apapun demi gadis yang dia cintai itu.
Ini adalah soal perasaan hingga Manu pun tidak bisa mengendalikannya dan menuruti apa kata pak Lote. Cinta mampu membuat lupa segalanya  dan cinta juga yang akan merubahnya. Iren mengajak Manu duduk berdua di teras rumah. Dia kasihan melihat raut wajah Manu yang terlihat merah setelah bicara dengan ayahnya.                                                   Â
"Maafkan kata ayahku itu ya Manu. " ucap Iren.
"Sudah tidak apa-apa kok, malah diriku semakin termotivasi untuk mendapatkanmu. " saut Manu.
" Seberapa yakinkah dirimu itu akan mendapatkan hatiku ? " tanya Iren sambil tersenyum.
" Keyakinan ku powerful 500%". Balas sambil tersenyum. Â Â Â Â
" Ya ampun, sebesar itu ?  Jika hatiku ini kau ambil nanti tubuhku ini mati dong. " saut Iren sambil  bergurau.
" Tidak, kamu akan selalu hidup di hatiku."
" Hehe, baiklah gombalanmu itu menang besar."
Hari semakin sore mentari perlahan  menyembunyikan cahayanya Manu segera pamit untuk pulang kerumah. Di hari itu Manu sangat senang karena bisa bertemu dengan Iren dan keluarganya. Walaupun ayah dari Iren tidak suka dengan kedatangannya namun dia masih tetap tegar dan percaya cintanya kepada Iren akan jadi kenyataan.
Kembali di hari itu, Manu terus teringat dengan perkataan pak Lote ayah dari Iren bahwa dia tidak menyetujui hubungannya dengan Iren Dia merasa itu adalah tangtangan terberatnya saat ini yang harus dia hadapi. Namuun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sebenarnya rasa cintanya pada Iren sangtlah besar. Manu akan terus berusaha membuat Iren bahagia karena kehadirannya. Tidak hanya Iren yang harus dia perjuangkan namun hati kedua orang tuanya juga
Suatu ketika Manu sedang berangkat bekerja. Dia melihat seorang lelaki tergetak di jalanan penuh dengan luka dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. Â Pak Lote adalah korban tabrak lari. Manu kaget melihat orang tersebut ternyata pak Lote ayahnya Iren. Kemudian dia bergegas membawanya pergi ke rumah sakit.
Situasinya begitu menegangkan Manu panik dan binggung tak tau harus berbuat apa. Dia tidak tega melihat pak Lote terbaring tak berdaya berlumuran darah. Dia tidak menyangka musibah seberat ini akan menimpa pak Lote. Tempat tidur rumah sakit melaju kencang itu menandakan sedang terjadi situasi gawat darurat.
 Pak bertahanlah. "Ucap Manu sambil memegang tangan pak Lote.
' Sebaiknya bapak tunggu di luar kami akan menagani pasien". Ucap dokter
" Baik dok". Balas Manu
Pikiran Manu seketika tertuju pada Iren dia merasa peristiwa ini sangat berat. Jika Iren mengetahui bahwa ayahnya saat ini sedang mengalami kecelakaan parah. Dia pasti akan mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi Manu merasa harus memberitahukan hal itu bahwa ayahnya  saat ini sedang dalam keadaan tidak baik  Manu memutuskan untuk meberitahukan informasi itu lewat telpon dan menceritakan kejadian yang menimpa pak Lote.
Iren saat itu sedang mengikuti kuliah di kampus dia terkejut setelah mendengar kabar bahwa ayahnya saat ini sedang terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Wajahnya sekitika memerah dan Iren tak kuasa menahan kesedihan hatinya hingga kedua matanya mengeluarkan air mata. Iren bergagas pergi menuju rumah sakit. Meminta ijin pada dosen yang saaat itu sedang melakukan proses belajar mengajar.
" Permisi pak, saya mohon ijin hari ini tidak bisa mengikuti perkulihan sampai selesai karena baru saja saya di telepon ayah saya kecelakaan dan sekarang saya mau menengoknya ke rumah sakit". Ucap Iren
" Baiklah, semoga ayahmu cepat sembuh. " saut dosen.
Kemudian Iren pergi ke rumah sakit saat itu pikirannya tidak tenang dia meghawatirkan kondisi ayahnya. Dia menununggu taksi di trotoar sambil mengayungkan tanganya untuk memberhentikan laju mobil taksi.
"Pak cepat sedikit ini gawat daruat. "Ucap Iren dengan wajah panik
"Ya mba. " saut si pengemudi.
Sopir mengemudikan mobilnya dengan cepat Iren sangat panik dia berdoa ayahnya segera sadar. 15 Â menit kemudian Iren sampai di rumah sakit. Dia melihat Manu sedang duduk termenung seorang diri di depan kamar.
" Manu....." Ucap Iren dari kejauhan ketika melihat Manu.
" Iren.." saut Manu
" Apa yang terjadi sama ayahku ?" tanya Iren
"Tadi aku melihat ayahmu tergeletak berlumuran darah di jalan. Aku rasa ayahmu korban tabrak lari." Saut Manu
" Ya ampun ayah, bagaimana kata doker ?"
'Dokter sedang melakukan pemeriksaan. Tolong tenangkan dirimu dulu. "
" Semoga tidak terjadi apa-apa dengan  ayah." Ucap Iren dengan raut wajah sedih.
Setelah lama menunggu pemeriksaan dokter keluar dari kamar dari hasil pemeriksaan dokter menyampaikan bahwa ayah Iren harus segera melakukan tindakan oprasi. Karena akibat kecelakaan yang dia alami membuat organ ginjalnya menjadi rusak. Sehingga pak Lote terancam kehilangan nyawanya.
Mendengar kabar buruk itu Manu tidak kuasa membendung air matanya. Saat itu Iren merasa dia adalah perempuan yang paling menyedihkan di dunia. Lelaki tangguh yang dulu membesarkannya kini harus terbaring tak berdaya di atas tempat tidur.
" Â Aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan ayah ?" ucap Iren air matanya bercucuran
" Kuatkan dirimu aku yakin ayahmu akan baik-baik saja." Saut Manu.
Kepala Iren bersandar di bahu Manu sambil meneteskan air mata. Manu tidak tega melihat Iren sesedih itu. Dia berusaha  menenangkan Iren dengan mengelus rambutnya.
" Tenang, ayahmu akan baik-baik saja. " ucap Manu.
" Mengapa hal seperti ini harus terjadi pada ayahku ? " tanya Iren sambil meneteskan air mata.
Setelah itu Manu diam-diam pergi ke ruangan dokter tanpa sepengetahuan Iren. Ada hal penting yang ingin  ia bicarakan terhadap dokter yang menangani pak Lote.
Manu mengetok pintu masuk.
" Ya silahkan masuk. "Kata dokter
" Permisi bu maaf mengganggu." Balasnya
" Ada perlu apa ya pak ?"
Manu duduk bersama dengan dokter dia ingin mendonorkan ginjal sendiri untuk pak Lote. Tindakan yang dilakukan Manu ini adalah tindakan yang mulia tetapi hal ini sangat membahayakan nyawanya sendiri. Manu tidak ingin melihat wanita yang di citainya harus menerima kenyataan pahit  kehilangan seorang ayah.
"Apa anda yakin dengan keputusan anda ini ?" tanya dokter.
" Saya yakin dengan keputusan saya dok." Saut Manu
" Tindakan ini sangat berbahaya karena bisa berujung pada kematian." Ucap dokter.
" Saya rela bila harus kehilangan nyawa saya untuk wanita yang saya cintai."saut Manu sambil menundukkan kepala.
" Â Baiklah, jika itu murni dari kemauan anda sendiri saya akan buat surat kesepakatan. Mohon tunggu sebentar. " Ucap dokter kemudian menghadap di depan komputer untuk membuat surat pernyataan
" Sekali lagi saya tanya. Apakah anda yakin dengan ke puyusan anda ini ?" tanya dokter kembali
" 100% Â saya yakin dok. " saut Manu.
" Baiklah, sebelum tindakan itu di lakukan ada surat pernyataan yang harus bapak tanda tangani."
" Baik dok." Â Manu menandatangani surat perjanjian itu.
Manu dengan lapang dada menandatangi surat pernyataan itu, Matanya seketika meneteskan air. dia mengingat wajah Iren dalam benaknya. Kaeputusan berat yang dia ambil ini akan membuat rasa cintanya berdamai dengan amarah pak Lote. Pengorbanan ini akan merubah segalanya walaupun Manu harus kehilangan nyawanya sendiri.
"Oprasinya akan kita mulai jam 11 malam. "Ucap dokter
" Baik, tolong rahasiakan hal ini Saya tidak mau orang-orang di sekitar saya tau pengorban saya ini. " geming Manu sambil mencakupkan kedua tangannya
Waktu menunjukan pukul 10: 30 malam. Para dokter dan perawat tengah melakukan persiapan mempersiapkan perlengkapan mereka. Badan Manu terbaring di atas tempat tidur di dalam hatinya dia berdoa.
" Ya tuhan saya serahkan semuanya padamu, jika saya harus kehilangan nyawa saya sindiri demi wanita yang saya cintai saya siap. " Â ucap Manu di dalam hatinya.
Iren dan ibunya tidak kuasa menahan kesedihan yang ada dalam dirinya. Mereka sangat terpuruk atas musibah yang menimpa pak Lote. Sang patriot negara itu kini sedang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan mereka hanya bisa berdoa agar keajaiban berpihak pada pak Lote. Kini keberuntungan berpihak pada pak Lote. Iren mendapatkan kabar baik dari dokter bahwa dia sudah mendapatkan pendonor ginjal untuk pak Lote dan akan segera di lakukan tindakan operasi.
"Semoga oprasinya berjalan dengan baik ya  bu dan nyawa ayah bisa selamat. Ucap Iren
" Ya nak, semoga ayahmu baik-baik saja."
Satu jam waktu berlalu. Lampu kamar oprasi menyala itu mendakan oprasi sudah selesai di lakukan Iren bertanya tentang kondisi ayahnya kepada dokter.
" Bagaimana dok dengan hasil oprasinya ?" Ucap Iren
"Oprasinya berjalan dengan baik, kami mendapat pendonor ginjal untuk pak Lote sekarang kita tunggu kondisi pak Lote pulih."
"Kalau boleh tau siapa orang yang rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah saya ? " tanya Iren
" Untuk hal itu  tidak bisa kami bicarakan karena si pendonor ingin di rahasiakan identitasnya." Balas dokter.
" Baik dokter, tolong sampaikan rasa terimakasih saya kepada pendonor ginjal itu dok. Ucap Iren lagi.
" Baik akan saya sampaikan."
Kembali di hari itu Iren menghubungi Manu dia ingin memberitahu Manu bahwa oprasi ayahnya bejalan dengan baik. Tetapi Manu tidak mengangkat telponnya karena Manu masih terbaring dan belum sadarkan diri. Membuat Iren panik dan gelisah.
" Aduh Manu ini kemana sih tidak ngangkat telepon." Ucap Iren
" Kamu kenapa nak kok panik seperti itu." saut Malina
" Ini ma si Manu tidak angkat-angkat telepon dari tadi, Iren cemas tentang keberadaannya."
" Sudahlah jangan panik mungkin dia lagi sibuk." Ucap Malina mencoba menenangkan.
6 jam kemudian dokter memberitahukan kabar baik tentang kondisi Pak Lote sudah sadarkan diri. Iren dan ibunnya senang mendengar kabar baik itu. Saat itu juga Manu sadarkan diri namun tidak ada seorang pun yang tau bahwa dia sedang tidak baik-baik saja sekarang termasuk keluarganya sendiri. Di hari itu juga orang tuanya menghawatirkan keberadaan Manu karena sudah larut malam dia tidak pulang ke rumah..
Sedangkan orang tua Manu juga cemas karena anaknya sudah larut malam tidak pulang ke rumah. Rima mencoba menghubunginya lewat telpon tapi tidak di jawab. Itu membuat dirinya semakin gelisah dan tidak tenang.
" Anak ini kemana sih di telepon dari tadi tidak di angkat-angkat. " Geming Rima
" Kenapa ma muka mama kok cemas gitu ?" Saut pak Rano
" Mama kawatir dengan si Manu tumben dia jam segini belum pulang. " Ucap Rima.
" Emang dia engga pamitan sama mama tadi sebelum pergi ? " tanya pak lanang kembali.
" Manu bilang tadi sama mama mau pergi ke rumah temannya tapi sampai larut malam begini dia tidak pulang."
" Sudah tenagkan pikiran mama dia pasti pulang kok." Saut pak Rano.
Setiap orang tua pasti akan cemas jika anaknya tidak pulang sampai larut malam. Manu juga kepikiran dengan orang tuanya. Karena dia juga merasa orang tuanya pasti cemas dengan keberadaannya sekarang. Apalagi Manu sekarang sedang tidak baik badannya sedang terbaring di rumah sakit.
Namun dia tidak mau memberitahu orang tuanya bahwa keadaanya saat ini sedang tidak baik. Manu tidak mau melihat orang tuanya sedih dengan keadaannya saat ini. Dia akan menanggungnya sendiri tanpa harus membicarakannya kepada siapun.
" Papa dan mama maafkan Manu sudah membuat kalian cemas hari ini.
Lima jam kemudian kondisi Manu dan sudah sadarkan diri. Dia sudah mulai membuka kedua matanya. Dia hanya di temani seorang suster di ruangan itu Manu heran melihat tubuhnya terbaring di tempat tidur. Manu nampak kebingungan dengan keberadaan dirinya matanya tertuju di sekeliling ruangan pasien.
                             Â
Saya ada dimana ini ?" Geming Manu.
" Kamu sekarang ada di rumah sakit. " saut suster
Hari-hari berlalu doker mengijinkan pak Lote dan Manu untuk pulang ke rumah karena kondisi mereka sudah mulai membaik. Tapi tidak seorang pun yang tau bahwa. Manu sedang dalam masalah besar Karena kondisi tubuhnya tidak sekuat dulu lagi namun di kalau dilihat dari luar dia nampak biasa-biasa saja.
" Kamu kemana saja nak lima hari belakangan ini ?" papa dan mama cemas sekali sampai-sampai papa dan mama sampai melapor ke kantor polisi.
" Manu ada tugas kuliah di rumah teman ma. Manu udah bilang sama lewat wa tapi tidak di baca.
" Mama tidak melihat pesan whatshap kamu. Balasnya
" Sudahlah tidak usah berlebihan Manu sekarang udah pulang jadi mama tenang sekarang.
Sejak saat itu sikap Manu berubah dari biasnya.Dia sering melamun sendirian dia memikirkan kondisinya saat ini sudah tidak seperti dulu lagi. Manu bingung harus menceritakan beban hidupnya ini kepada siapa. Di satu sisi dia tidak mau melihat orang-orang yag di sayanginya sedih setelah mendengar hidup nya tidak akan lama lagi di dunia ini.
Kembali di hari itu Iren menghubunginya utuk diajak bertemu karena telah 2 minggu belakangan ini mereka tidak bertemu. Tetapi Manu tidak ingin memberitahu kepada wanita yang di cintainya itu bahwa tubuhnya saat ini sedang tidak baik-baik saja karena menolong pak Lote. Dia berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikannya.
" Kamu apa kabar ? Ucap Iren
" Kabar ku belakangan ini sungguh tidak baik. Balas Manu
" Kok begitu, tidak baik kenapa ?" tanya Iren.
" Yah, boleh di bilang aku saat ini sama seperti langit ini yang kihilangan cahaya dan tidak tau perginya kemana ?" saut Manu penuh teka-teki
" Hehe, maksudmu apa sih kok jadi gombal gini. Ucap Iren
" Karena aku merindukanmu, Kamu kemana saja sih 2 minggu ini tidak ada kabar dan seketika menghilang begitu saja ?"
" Aku 2 minggu ini sibuk kerja. "
" Sesibuk itu kaah kamu tanpa memberiku kabar sama sekali ?"
Bibir Manu seketika terdiam dan tidak mampu berucap."
" Kamu berubah akhir-akhir ini kamu cuek sama aku.' Ucap Iren
" Tidak aku tidak berubah. Aku masih sama seperti yang dulu. "balas Manu
"Bohong, Aku rindu sama kamu Manu."
"Kenapa kamu rindu sama aku ?" saut Manu
" Karena aku mencitaimu. "Balas Iren expresi wajah memerah.
     Â
Mendengar kata-kata itu Manu seketika terdiam dan wajahnya memerah. Dia juga tidak bisa membohongi perasaanya bahwa dia juga mencintai wanita yang ada di depan matanya saat itu. Namun dia merasa berkecil hati karena Manu merasa tidak pantas lagi untuk Iren. Tetapi sebelum dia mati dia ingin membahagiakan Iren dan tersenyum sehingga menjadi kenangan yang indah ketika dia menutup mata nanti.
" Â Terimakasih banyak kamu telah mencitaiku."
" Apakah kamu masih menyimpan perasaan untukku ?" kata Iren
" Â Masih ada engga ya ?" saut Manu sambil bergurau bibirnya perlahan mengembang.
" Ih.. kamu." Balas Iren tersipu malu.
" Hehehe, masih ada banyak." Ucap Iren
Akhirnya perasaan cinta Manu terjawab sudah oleh Iren. Sejak saat itu mereka menjadi pasangan yang saling mencintai dan menyayangi hubungan mereka semakin harmonis. 5 bulan kemudian Manu dan Iren sedang kencan tiba-tiba Manu merintih kesakitan.
"Kamu kenapa Manu, Kok muka mu merah seperti itu ? " tanya Iren
" Tidak apa-apa aku baik-baik saja kok. Balas Manu
Manu menyembunyikan rasa sakitnya pada Iren dia melakukan hal itu karena tidak mau melihat Iren sedih setelah mengetahuinya. Tetapi Iren merasa ada yang aneh pada diri Manu. Dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi padanya.
Suatu ketika Iren ingin ke rumah Manu dia igin bertemu dengan orang tua  Manu namun tanpa sepengetahuan Manu. Hal itu dia lakukan karena ingin mencari informasi tentang kejanggalan yang terjadi pada diri Manu akhir-akhir ini. Iren memberi kabar pada oran tua Manu bahwa drinya akan mampir kerumah lelaki idamannya itu.
" Selamat pagi bu. Kata Iren berbicara lewat telepon
" Pagi cantik, ada apa ini kok tumben nelpon ibu ?"
" Saya mau mampir ke rumah ibu hari ini boleh ?"
" Boleh banget. Pintu rumah ibu akan selalu terbuka buat kamu nak." Balasnya.
" Baik bu." Saut Iren sambil tersenyum
" Tapi Manu hari ini sedang tidak ada di rumah nak. Dia sedang bekerja.
" Tidak apa-apa bu tidak ada Manu. Saya cuman mau ketemu sama Ibu."
" Baiklah calon menantuku, ibu tunggu ya sampai jumpa nanti."
" Iya Ibu."
30 menit kemudin Iren bersiap diri untuk pegi mengunjungi rumah Manu. Dengan perasaan yang bahagia karena ini bagaikan suatu hal menyenangkan  baginya bisa bertemu kembali dengan orang tua Manu setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Waulaupun ada sedikit rasa kejanggalan dalam hatinya namun dia tetap memberikan senyuman hangat kepada orang-orang yang ada di rumah itu.
" Selamat siang." Iren berdiri depan pintu masuk
" Selamat siang, eh bidari-darinya Manu datang. Apa kabar ?" ibu memberikan sambutan hangat
" Kabar Iren baik bu. Kalau ibu bagaimana masih sehat ?'
" Syukur puji tuhan setelah ketemu kamu ibu menjadi tambah sehat.'
" Hehe Ibu bisa  aja.'
" Mari silahkan masuk !'
Iren mauk kedalam ruang tamu matanya memandaingi ke segala arah melihat isi yang terdapat di dalam ruangan itu. Di ruangan itu terdapat foto Manu dan anggota keluarganya.
" Bagaima kabar ayah kamu apakah kondisinya sudah sehat ? Manu bilang ayahmu kecelakaan 1 bulan lalu dan terluka parah.
"Iya bu, sekarang kondisi ayah sudah mulai membaik saya bersyukur sekali ada orang baik yang menyelamatkan nyawa ayah dengan mendonorkan ginjalnya." Ucap Iren.
" Sungguh mulia sekali hati orang itu. Siapa dan darimana dia ?"
" Iren dan mama tidak tau siapa orangnya. Dokter bilang identitasnya di rasiakan."
" Semoga saja dia selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa."
Kedekatan antara mereka berdua menjadi sangat erat mereka membicarakan banyak hal sehingga Iren merasakan kenyamana di dalam hatinya ketika berbicara dengan ibunya Manu. Namun di balik semua itu  ibunya Manu tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan Iren untuk datang ke rumah Manu saat itu.
Setelah lama berbincang --bincang ibunya  Iren mengajaknya untuk melihat tempat tidur lelaki idamannya itu. Ini kesempatan yang baik untuk dirinya mencari informasi tentang keanehan yang selama ini mengganjal Manu.
" Ini dia kamarnya Manu. Maaf ya berantakan sekali.'ucap Rima
" ya bu tidak apa-apa." balas Iren
" Dia selalu buru-buru berangkat kerja jadi beginilah kamarnya tidak di rampikan."
' Biar Iren aja yang rapikan sekarang bu." Ucap Iren.
" Beneran kamu mau rapikan kamarnya Manu ?" tanya Rima kembali
" Beneran bu."
" Maaf ya sudah ngerepotin kamu."
" Tidak apa- apa bu saya sama sekali tidak di repotkan."
" Terimakasih ya nak."
" Sama-sama bu."
Kemudian kamar Manu di bersihkan oleh Iren. Sambil membersihkan kamar dia juga membuka lemari dan laci-laci yang ada di kamar itu dengan harapan mendapat data informasi terkait dengan Manu, Iren menemukan surat diagnosa dokter yang di berikan kepada Manu. Iren sangat-sangat terkejut setelah membaca dan melihat surat diagnosa itu. Akhirnya semua terungkap bahwa orang dermawan yang menyelamatkan nyawa ayahnya adalah Manu dan nyawa Manu sekarang dalam bahaya. Iren memasukkan surat diagnose itu kedalam tas.
30 menit kemudian Iren selesai membersihkan kamar Manu semuanya sudah bersih dan rapi. Kamar yang tadinya terlihat kotor dan berantakan kini menjadi bersih dan rapi. Setelah itu Iren di ajak makan bersama dan meminum the bersama oleh keluarga Manu.
"
 Gimana udah selesai kamu bersihkan kamarnya Manu ?"
" Udah bu."
" Terimakasi ya nak Iren."
" Sama-sama bu."
Sekarang ibu mau tanya sama kamu." Tanya Rima sambil menatap kedua mata Iren
" Tanya apa bu ?" Saut Rima
" Perut kamu laper tidak ?"
" Tidak bu. Ucap Iren. '
" Bohong ibu denger perut kamu bunyi tuh minta makan." Balasnya.
" Hehe ibu ada-ada aja."
" Ayo kita makan bersama dengan ayahnya Manu di dapur."
" Baiklah bu. '
Ibunya menggandeng tangan Iren menuju dapur. Disana Iren melihat hidangan makanan yang terta dengan rapi ini pertama kalinya Iren makan bersama dengan keluarga Manu. Namun di balik itu semua di dalam hati Iren merasa sedih karena dia baru saja mengetahui sesuatu kebenaran yang sangat menyedihkan dalam hidupnya  bahwa nyawa pria yang di cintainya sedang dalam bahaya. Dia ingin menceritakan itu semua kepada orang tua Manu tetapi Iren tidak ingin melihat orang tua Manu sedih. Iren berusaha menutupi  perasaan sedihnya itu.
Â
" Nah ini dia ibu sudah siapkan masakan special untuk kamu. Gimana kamu suka ?"
" Suka bu, terimakasih banyak untuk semua ini." Ucap Iren.
" Siapa wanita cantik ini ma." Ucap pak Rano
" Ayah tidak tau siapa dia ?"
" Tidak tau ma makanya ayah bertanya sekarang sama mama."
"Dia adalah calon menantu rumah ini."
" Calon menantu rumah ini ? maksud mama ?"
" Dia pacarnya Manu ayah."
" Astaga, ternyata Manu punya banyak jurus juga untuk dapatkan wanita secantik ini.
" Hehe, iya ayah."
Pujian yang baik untuk diri Iren  ini adalah pertama kalinya Iren bertemu dengan ayanya Manu. Wajahnya mirip sekali dengan Manu berkulit sawo matang dan bibirnya tipis. Ketika melihatnya Iren jadi  teringat dengan Manu. Kemudian gadis cantik itu diminta untuk memperkenalkan diri sebelum menyantap makanan.
"Sebelum kita makan saya ingin kamu memperkenalkan diri dulu dihadapan saya dan kita semua. Seperti kata pepatah" tak kenal maka tak saying. Ucap ayah Manu
" Baiklah, nama saya Iren Dwi Agustini bisa di pangil Iren.
" Nama yang cantik  seperti orangnya.
" Hehe, ayah bisa aja. Ucap ibu Manu
" Ayah berbicara sesuai dengan realita bahwa calon menantu kita ini memang cantiik.
" Hehe, terimakasih ayah. Ucap Iren.
Suasana saat itu sangat humoris setelah mendengar kata-kata dari ayahnya Manu. Iren  merasa terhibur sekaligus bahagia dirinya di jadikanbahan candaan disana.
" Kamu mau tau nama saya siapa ? Ucap ayah Manu.
" Mau, seperti kata ayah tadi tak kenal maka tak sayang. Balas Iren.
" Kamu sayang sama saya ? nanti pacarmu cemburu lo nanti saya yang repot.
" Hehe, beginilah ayahnya Manu kalau di ajak ngobrol pasti bikin perut capek karena lelah tertawa, Ucap ibu Manu
" Sudah --sudah berhenti dulu tertawa ayah mau memperkenalkan diri dulu.
" Dipersilahkan ayah. Ucap Iren.
" Nama Saya adalah Rano. Memiliki wajah yang tampan sehingga istri saya mau menikah dengan saya dan tentunya masih kelihatan awet muda. Memiliki anak yang tampan juga sehingga kamu mau pacaran dengan anak saya.
" Hehee
Semua yang hadir disana tersenyum dengan lepas mendengar lelucon pak Rano.
" Berhenti dulu terwanya mari kita santap sama-sama makan ini. Ucap pak Rano.
Mereka menyantap makanannya bersama-sama namun di balik suasana yang nikmat itu Iren memikirkan keadaan Manu. Dia berharap lelaki yang di cintainya itu baik-baik saja di luar sana dan di teringat ketika Manu tiba-tiba merasa kesakitan di dalam tubuhnya saat mereka kencan bersama.
" Eh kok bengong ? ayo habiskan makanannya. Kata pak Rano.
" Iya pak. Balas Iren.
" Oh ya, kamu sudah tau belum nama ibunya Manu yang cantik ini  ?
" Sudah pak, namanya ibu Rima.
" Gimana canik kan ?
" Hehe, ya cantik.
Moment makan bersama telah usai. Â Ibu Rima mengajak Iren duduk bersama di kamar tamu sambil melihat-lihat foto Manu pada saat Manu masih kecil. Ibu Rima menceritakan banyak tentang kehidupan Manu pada masa anak-anak Iren kisah baru tentang Manu. Saat mereka asik ngobrol tiba-tiba Manu pulang kerumah dia kaget melihat ada Iren di rumahnya.
" Selamat sore. Â Iren kamu kapan datang kesini ? Â ucap Manu
" Dari tadi siang. Balas Iren
" Ada perlu apa ? kok engga bilang-bilang datang kesini ?
" Mau ketemu kamulah. Ucap ibu Rima.
" Masak sih ? sangat beruntungnya anakmu ini ma di apelin sama cewek secantik Iren.
Mendengar Manu berucap manis seperti itu seketika bibir manis Iren tersenyum lebar. Tetapi Manu tidak tau apa sebenarnya tujuan Iren datang kerumahnya. Dia senang wanita yang di cintainya itu sudah mulai dekat dan akrab dengan kedua orang tuanya.
" Manu dimana kau dapatkan cewek secantik Iren Ini ? Â Tanya pak Rano.
" Aku dapatkan dia di sebuah taman yang indah ayah.
" berarti dia adalah seorang bidadari ya ?
" Bisa dikatakan seperti itu ayah.
" Sungguh hebatnya dirimu bisa dapatkan wanita secantik dia.
Pak Rano tiada henti-hentinya memuji paras  cantik wajah Iren seakan dirinya terpesona dengan paras cantiknya itu. Kemudian Manu mengajak Iren untuk pergi kekamarnya.
" Ayo kita ke kamar !
" Ke kamar ngapain ? tanya Iren
" Ikut aja jangan bertanya dulu.
" Tapi aku malu sama kedua orang tuamu kita masuk ke kamar berduaan.
" Aku yang akan minta ijin sama ayah dan mama.
" Ayah, mama Manu mau ajak Iren ke kamar dulu ya boleh ?
" Boleh tapi ingat kamu jangan apa-apain anak orang dulu bahaya !
" Siap komandan.
Manu menggandeng tangan Iren untuk pergi bersama ke kamarnya Iren takut Manu melakukan hal yang tidak- tidak kepadanya. Tetapi kata hatinya berkata Manu adalah orang baik setelah membuka pintu kamar Manu kaget melihat kamarnya telah rapi dan bersih.
Astaga siapa yang bersihkan kamarku ini ?
"Ayo tebak siapa ? kata Iren
" Mungkin mama yang bersihkan. Balas Manu.
" Jawaban anda salah.
' Salah ? Â siapa orangnya ?
"Ini orangnya yang ada di depan kamu sekarang.
" Jadi kamu yang bersihkan kamarku ini ?
" Iya
" Terimakasih ya.
Melihat kamarnya sudah bersih dan rapi Manu merasa sangat bahagia dirinya merasa sangat bersyukur karena sudah di pertemukan gadis yang rajin seperti Iren. Tidak lupa juga Manu menanyakan kabar keluarga Iren. Terutama kondisi ayahnya.
"Bagaimana kodisi ayahmu apakah dia sudah membaik ?
" Sudah, sekarang dia sudah mulai bisa duduk.
" Syukurlah, semoga ayahmu cepat sembuh ya.
"Aku sangat berhutang budi sekali kepada seseorang yang menyelamatkan nyawa ayahku. Aku cuman bisa membalasnya dengan doa  semoga dia di berikan umur panjang.
Mendengar Iren berucap ssperti itu Manu seketika tak mampu berucap apapun. Karena dia merasa orang yang deermawan itu adalah dirinya sendiri. Dia berusaha tetap tegar  menyembunyikan semuanya dari Iren. Sekarang wanita yang di cintainya itu sudah mengetahui semua rahasia besar yang Manu sembunyikan. Manu memegang tangan Iren ada hal penting ingin  ia sampaikan pada Iren mereka duduk bersama di sebuah meja.
" Ayo kita duduk disini. Kata Manu
" Ada apa ini ? Â Balas Iren
"Ada yang ingin aku bicarakkan sama kamu.
"Mau bicara apa sih ?
" Iya duduk aja dulu kalau kamu tidak duduk kamu engga bakalan tau.
" Baiklah
Manu mengambil sebuah buku dan pena dia ingin menulis sesuatu di dalam buku itu untuk Iren. Kata yang Manu tulis di buku itu sungguh mengesankan hati Iren.
"Aku mencitai dirimu sepenuhnya akan selalu di setiap waktumu walau nanti  ragaku ini tidak lagi bernafas di dunia ini. Berjanjilah padaku engkau akan bersamaku selamanya.
Begitulah kata-kata yang Manu tuliskan di dalam buku itu. Setelah membaca kalimat itu Iren terjebak di atara dua rasa sedih dan senang karena kalimat itu sangat menyentuh hatinya dan dia dikejutkan dengan realita bahwa hidup kekasihnya tidak akan lama lagi.
" Tolong berikan tanda tanganmu di sini. Ucap Manu
" Baiklah. Balas Iren.
" Begitu juga aku akan ku berikan tanda tanganku di kertas ini sebagai tanda bahwa aku benar-benar mencintaimu.
Mereka saling memberikan tanda tangan di dalam tulisan tersebut. Kalimat itu menjadi saksi bisu bahwa rasa cinta mereka berdua sangatlah besar. Tetapi di dalam hati Iren sudah tidak kuat lagi menyimpan kebenaran yang dia ketahui Iren menanyakannya kebenaran itu langsung pada Manu.
" Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Ucap Iren.
" Dipersilahkan, kamu mau Tanya apa ?
Iren mengeluarkan surat keterangan diagnosa dokter di dalam tasnya.
" Ini apa ? Ucap Iren
" Dimana kamu dapatkan surat diagnosa ini ?
" Kamu tidak perlu tau itu yang perlu kamu lakuin  sekarang jelasin apakah semua itu benar ?
Manu seketika terdiam bibirnya sekita tidak mampu berucap apa-apa.
" Mengapa kamu diam ? ayo jelaskan apa arti semua ini ! Ucap Iren dengan nada yang sedih.
"Aku tidak mau melihat kamu sedih setelah mengetahui kebenaran dari surat ini. Balas Manu
" Aku akan terima dengan lapang dada apa pun yang terjadi. Jangan kamu simpan sendiri beban ini aku pacarmu aku siap berbagi padamu dalam keadaan suka dan duka.
" Terimakasih banyak kamu sudah peduli padaku. Ucap Manu sambil memegang tangan Iren.
Manu menceritakan semua tentang kebenaran yang selama ini dia sembunyikan pada Iren. Tidak ada pilihan lain selain mengunkapkannya. Masalah yang besar ini pasti akan terunkap dengan sendirinya walaupun Manu sekuat tenaga menyembunyikanya tetapi tetap tidak akan biasa Karena semesta sudah mengaturnya dengan sedimikian rupa. Setelah mendengar semuanya dari Manu Iren merasa berhutang budi besar padanya.
"Mengapa kamu melakukan semua itu  ? ucap Iren.
"Karena aku tidak tega melihat wanita yang aku cintai sedih kehilangan orang tua. Balas Manu dengan wajah memerah.
"Aku sangat berutang budi besar padamu. Aku tidak tau lagi bagaimana caraku membalas budi baikmu pada ayahku.
"Cara membalasnya gampang cintailah aku dengan setulus hatimu.
" Hehe, Dasar raja gombal. Ucap Iren sambil tersenyum manis.
" Aku raja dan kamu adalah Ratunya kita bangun istananya dengan indah nanti. Balas Manu
"Hehehe, aku bailik pulang ya hari sudah mulai malam  nih.
" Aku antar kamu pulang ya mau ?
" Mau engga ya....
" Harus mau.
" Baiklah.
Manu berusaha membuat Iren tersenyum agar dia tidak terlalu tertekan dengan masalah yang telah dia ketahui sulit bagi dirinya untuk mernerima kenyataan pahit itu. Tapi pengorbanan Manu untuk Iren sangatlah besar dan tidak ternilai harganya.
Manu mengantar Iren pulang kerumah dengan motor kesayangannya. Harganya tidak terlalu mahal tapi cukup membuat Iren nyaman ketika duduk di atas motor. Mereka berbincang-bincang banyak hal di di tengah perjalanan.
" Ayo pengangan dengan erat biar kamu tidak jatuh. Kalau kamu jatuh dimana lagi aku cari wanita secantiik kamu. Ucapaan gombal Manu.
" Ada kok banyak dimana-dimana ada. Balas Iren.
" Ya, memang dimana-mana ada tapi wanita yang mau sama aku ya cuma kamu.
" Hehe, dasar gombal.
Manu telah sampai di rumah Iren.
"Akhirnya sampai juga di rumah si ratu gombal. Ucap Manu.
" Hehe, dasar kamu ini ada- ada aja. Terimakasih ya sudah ngantar aku pulang dengan selamat. Balas Iren.
" Sama-sama, sekarang kamu tidur ya jangan bergadang dan jika nanti kamu kangen  sama aku peluk bantal aja.
Hehe, oh jadi sekarang kamu udah bias berubah wujud jadi bantal guling ?
"Iya dong, tapi bohong.
" Aku balik ya.
" Sini masuk ke dalam dulu !
" Di lain waktu aja ya udah malam ini.
" Ya udah hati-hati ya.
Hari-hari berlalu Manu dan Iren menjadi dua pasangan semakin romantis. Mereka saling mengisi dan menguatkan satu sama lain walaupun Manu sedang tidak baik-baik saja Iren tetap mencintainya dengan tulus tanpa melihat kekurangan yang ada dalam dirinya karena bagi Iren Manu adalah manusia super hero yang sudah berkorban besar demi menyelamatkan ayahnya.
Hari-hari mereka di penuhi dengan kebahagian. Manu telah berhasil membuat perempuan cantik itu nyaman ketika berada di dekatnya sehingga di layak di sebut sebagai sang penakluk hati wanita. Bahkan teman-temannya juga mengatakan hal seperti itu.
" Lo emang juaranya dalam urusan menaklukan hati wanita. Ucap si Boy salah satu teman dekat Manu
" Ah, biasa aja bro..."
" Gue mesti perlu banyak-banyak berguru  sama lo.
" Siap gue ajarin, tapi harus bayar !
' Busettt, apaan lo ?
" Hehe, Gue cuman bercanda doang.
Terlepas dari gelar yang disandang Manu sebagai sang penakluk hati wanita. Dia adalah lelaki pintar dalam hal makanan semua hari-harinya lebih banyak dia habiskan di ruang dapur. Itu karena Manu bekerja sebagai koki di sebuah hotel bintang 5 banyak orang yang membully nya. Mereka mengatakan Manu lelaki banci yang kerjaannya tukang masak. Namun Manu tidak putus asa dengan bully an mereka karena memasak adalah hobinya.
Di samping itu semua lelaki yang pintar memasak adalah idaman kaum wanita. Karena jika mereka berpasangan dengan lelaki yang pintar memasak kaum wanita sangatlah beruntung karena mereka bias saling bekerja sama daalam urusan dapur.
"Tanganmu akan selalu ku pegang erat dan akan selalu berada di sisimu. Ujar Manu ketika bersama Iren.
Iren seketika mengingat kembali kata-kata yang di ucapkan oleh Manu ketka dia merenung sendiri di dalam kamarnya. Dia melihat  kenangan koleksi foto- foto saat bersama  Manu hingga berlinang air mata. Dia sangat terpukul melihat lelaki yang dincintainya rela mendirita kehilagan salah satu organ tubuhnya demi dirinya. Setiap  kali Iren berdoa dia selalu mendoakan Manu agar di berikan kekuatan hidup oleh Tuhan. Iren menceritakan semuanya tentang pengobanan Manu kepada Ibunaya.
" Apa yang kamu katakana ini tidak mengada-ngada nak ? Ujar  Malina dengan raut wajah kaget.
" Tidak bu apa yang Iren katakana benar adanya. Balas Iren dengan raut wajah sedih "
" Ibu sangat berhutang nyawa dengan anak itu, ibu malu sama dia tiap kali dia datang kesini papamu selalu tidak suka tapi dia rela berkorban untuk nyawa papamu
" Iya bu Iren juga tidak menyangka Manu akan melakukan tidakan senekat itu demi Iren.
" Ibu mau bertemu dengan Manu. Ibu mau mengucapkan terimakasih kepada dia atas pengorbanan yang dia lakukan demi ayahmu. Ucap Malina kepada anak sulungnya.
"Iya bu, ada sesuatu yang ingin Iren katakana pada Ibu tapi ibu jangan marah ya ! ucap Iren dengan raut wajah memerah.
" Iya-ya katakan saja balas Malina sambil tersenyum.
" Iren sudah jadian sama Manu. Ucap Iren dengan nada yang rendah.
" Hem... Balas Malina kepada putri sulungnya itu.
" Kenapa bu,ibu marah ? Ucap Iren dengan raut wajah takut.
" Engga sayang.. ngapain juga  marahin kamu buang-buang tenaga aja. Lagi pula kamu itu udah dewasa dan paras mu cantik ya wajarlah kamu mulai merasakan binar-binar cinta. Balas Malina sambil memperlihatkan barisan gigi di mulutnya.
" Makasi bu udah ngertiin Iren.
" Iya, sekarang kamu pergi tidur sana ini sudah malam. Ucap Malina sambil mengelus puncak kepala Iren.
Iren melangkahkan  kaki nya menuju kamar tidur dia mendengar suara hanpondenya yang sedang berdering dari kejauhan,
" Ceklek
Perlahan Iren membuka pintu kamarnya dan menngambil hanpondn diatas tempat tidur seketika bibirnya mengembang megeluarkan sebuah senyuman ketika melihat henpondnya itu.
"Hallo selamat malam. Ucap Manu
" Malam, dengan siapa ya ? Balas Iren pura-pura lupa ingatan.
" Ini saya si pangeran yang telah mempunyai tahta  di dalam hatimu.
" Hem,, masak sih ? Ucap Iren  sambil bibirnya mengembang.
"Iya, benarkah ini dengan tuan putri Iren ?
" Benar hehe, dasar buaya. Ucap Iren sambil tersenyum riang.
" Tawamu bagus.
" Terimakasih pangeran.
" Sama-sama tuan putri. Ucap Manu
Mereka berbicara lewat telepon dengan riang gembira dan saling bertukar cerita satu sama lain. Iren memberitahu Manu bahwa dirinya telah meceritakan semua pengorbanan yang dilakukan Manu kepada ayahnya.
" Besok lusa orantuaku ingin ketemu denganmu apakah kamu ada waktu ? ucap Iren
" Ada, mengapa kamu harus ceritakan itu ? aku sudah melarangmu untuk bercerita pada siapa pun. Balas Manu
"Aku tidak bias menyembunyikan hal  sebesar itu terus menerus
Baiklah, apa dayaku.
" Kamu biasa datang kerumahku besok lusa ?
" Aku tidak akan melewatkan waktu ku untuk bertemu denganmu.
" Baiklah sampai ketemu besok lusa pangeranku.
" Siap tuan putri.
Pertemuan yang di rencanakan oleh ibu Malina dengan Manu telah tiba mereka melakukan pertemuan di taman kota. Iren menghubungi Manu untuk memastikan bahwa ibunya telah sampai di tempat yang mereka janjikan.
" Kamu dimana ? ibuku sudah menunggumu di taman kota
" Aku sudah dekat dengan tama kota 5 menit akan sampai. Ucap Manu sambil mengendarai sepeda motornya.
"Baiklah, aku tunggu.
Lima menit kemudian Manu sampai di taman kota dia melihat Iren dan Ibu Malina duduk bersantai sambil menikmati suasana taman. Manu menghampi emri mereka berdua yang sedang duduk santai. Perasaan Manu diselimuti rasa grogi karena ini pertama kalinya dia di ajak bertemu dan berbicara secara formal dengan Ibu Malina.
Hi. Ucap Manu sambil memperlihatkan sederet gigi di mulutnya.
" Hi juga,bu ini Manu sudah datang Balas Iren,
"Oh ini dia  laki-laki yang suka sama putri saya. Ucap Malina sambil bergeming.
" Hehe, Ibu biasa aja. Balas Iren.
" Mari kita duduk santai dulu.
Mereka bertiga duduk bersantai di tempat duduk yang ada di taman kota itu. Ibu Malina mengajak Manu berbicang-bicang ringan untuk membuka pembicaraan.
"Bagaimana keadaanmu ? Ucap Ibu Malina
" Kedaan saya baik. Balas Manu
"Bolehkah saya bertanya sesuatu padamu ?
"Sangat boleh. Ucap Manu sambil memperlihatkan sederet giginya.
" Mengapa kamu rela berkoban demi menyelamatkan nyawa suami saya ?
Manu seketika terdiam sambil menatap Mata Iren yang sedang duduk di sebelahnya. Dia merasa gugup untuk berkata.
" Mengapa kamu diam ? Ucap Malina sambil mengkerutkan wajahmya.
" Jadi Ibu sudah tau tentang hal itu ? Balas Manu.
" Sudah, Iren sudah menceritakannya kepada saya. Terimakasih banyak karena atas pengorbanmu suami saya masih hidup.
" Sama-sama, saya tidak ingin Iren sedih karena harus kehilangan ayahnya.
Ibu Malina seketika terdiam setelah mendengar penjelasan dari Manu. Dia merasa Manu lelaki yang baik sangat menyayangi putri bungsunya itu. Setelah itu mereka menceritakan banyak hal Manu menanyakan kondisi pak Lote dan Ibu Malina menanyakan kondisi ke dua orang tua Manu.
" Mengapa kamu jatuh cinta dengan anak saya ?
" Saya punya dua alasan tentang pertanyaan ibu itu. P ertama karena dia cantik kedua dia biasa membuat saya nyaman ketika ada di dekatnya.
" Kamu biasa aja. Ucap Iren
" Cie.... Â Ucap Malina sambil tersenyum.
" Jadi  saya ucapkan terimakasih karena sudah melahirkan dan membesarkan wanita secantik dia. Balas Manu.
" Iya, tapi ingat jaga dia baik-baik jangan sampai dia sakit hati karenamu. Saya sih sebagai orang tua setuju saja dia  dekat dengan lelaki manapun asalkan dia bahagia.
" Darimata ibu saya tau ibu adalah orang baik saya lupa nama ibu siapa ya ?
" Astaga, lihat ini lelaki idamanmu bulum tua dan punya anak sudah lupa ingatan. Ucap Malina sambil tersenyum lebar.
"Hehe, iya kamu malu-maluin aja. Ucap Iren
" Nama saya Malina. Ucap Malina singkat.
"Bagaimana Ibuku ini cantic kan ? saut Iren
"Iya cantiklah. Balas Manu tersipu malu.
Tiba-tiba ada seorang lelaki yang melihat Manu dan Iren berbincang-bincang di taman dia adalah mantan pacarnya Iren, Orang-orang menyebutnya Renaldi dia tidak suka melihat Iren dekat dengan pria lain karena dia masih menyimpan rasa cinta pada Iren. Bahkan dia merencanakan hal buruk pada Iren dan Manu
" Hallo." Â Ucap Renaldi sedang menelpon
" ya abos."
" Gue punya kerjaan untuk lo hari ini.
"Bayarannya berapa bos ?"
" Kerja dulu baru mikirin bayaran."
" Cari gue di taman kota sekarang."
" Siap bos."
Iren dan Manu sedang asik bincang-bincang mereka tidak mengetahui bahwa ada yang mengintip mereka secara diam-diam. Mereka merencanakan jalan-jalan bersama setelah  urusan Manu dengan ibu Malina selesai Iren meminta ijin kepada ibunya untuk pergi jalan bersama Manu dan ibu Malina memberikan ijin.
" Ibu bolehkah saya mengajak anak ibu yang cantic ini jalan-jalan sebentar ? Tanya Manu denagan nada yang sopan.
" Mau kamu ajak kemana anak saya ? Balas Malina.
" Mau saya ajak jalan-jalan keliling kota ini.
" Baiklah, bahagiakan dia hari ini ya
" Siap bu, saya akan membuat Iren tersenyum lepas hari ini. Ucap Manu sambil tersenyum.
 Manu dan Iren berangkat bersama menaiki sepeda motor mereka sambil berbincang-bincang dan tertawa di atas motor. Tanpa sadar mereka di ikuti oleh dua orang tangan kanan Renaldi.
Kedua orang suruhan Renaldi itu mengendarai sepeda motor mengikuti jejak Manu dari belakang entah perbuatan buruk apa yang akan mereka lakukan terhadap Manu.
" Kamu tau enggak aku tadi gugup saat bertemu dengan ibumu. Ucap Manu sambil mengendarai motor.
" Begitu aja gugup. Balas Iren
" Aku gugup karena melihat wajah cantiknya. Ternyata ibumu masih awet muda ya. Ucap Manu sambil tersenyum,
" Dasar gombal. Balas Iren sambil mengusap kepala Manu
" Kamu memang cocok banget di lahirkan oleh dia sama-sama cantic
" Ya dong, terimakasih."
Tiba-tiba penjahat suruhannya Renaldi menghadang Manu dari depan membuat Manu harus mennghentikan sepeda motornya secara mendadak. Manu dan Iren sangat terkejut melihat kedua orang tidak dikenal itu tiba-tiba menghadang mereka dan memaksa merka untuk turun dari sepeda motornya.
" Ayo turun lo Ucap penjahat itu dengan nada yang tinggi
" Apa- apaan kalian ini. "Balas Manu dengan nada tinggi juga.
Tanpa basa-basi lagi dua penjahat itu menyerang Manu dengan pukulan membuat Manu terjatuh. Manu membalasnya aksi perkelahian terjadi antara Manu melawan orang suruhanya Renaldi. Iren sangat takut melihat aksi perkelahian itu terjadi.
Brakkkk..."
Tubuh Manu terjatuh ke bawah aspal penjahat itu berniat memukulnya lagi namun Iren mencoba menolongnya.
" Tolong... maling....."Ucap Iren dengan nada yang tinggi.
Salah satu warga mendengar suara Iren mereka bergegas menghampirinya. Melihat gerombolan warga datang penjahat itu  melarikan diri.
"Ah... suara Manu yang sedang merintih kesakitan.
Iren bergegas menghampri Manu yang sedang merintih kesakitan.
"Manu, kamu tidak apa-apa ? Tanya Iren dengan raut wajah sedih.
"Ah... sakit sekali. Wajah Manu memar kemerah merahan karena di pukul.
"Sabar ya aku akan membawamu ke rumah sakit.
"Iren meminta pertolongan di sepanjang jalan dia menghentikan laju kendaraan yang ada di jalan.
"Berhenti! Pak apakah kami boleh menumpang di mobil ? pacar saya merintih kesakitan karena di kroyok orang. "Ucap Iren wajahnya merah karena panik.
"Waduh maaf neng saya buru-buru ini ada urusan mendadak. Balas sang sopir menolak.
"Baiklah, maaf ya pak."
Sementara itu ibu Malina sedang bersantai di ruang tamu bersama pak Lote. Ibu Malina menanyakan kondisi suaminya setelah 3 bulan melakukan pengobatan usai kecalakan maut yang di alaminya. Mereka berbicang di ruang tamu sambil menonton televisi.\
" Eeh ayah asik sekali nontonnya mama boleh ikut ?"
" Boleh sini duduk di sebelah ayah. Pak Lote menyela pembicaraan sambil meminum kopi hangat.
" Bagaimana kondisi ayah apakah sudah membaik ? Ujar Malina.
" Sudah tangan dan kaki ayah sudah terasa ringan, sudah bisa di gerakan.. Balas Lote.
" Syukurlah, ingat kata dokter ayah jangan terlalu capek dulu.
" Iya ma tapi tadi sekretaris ayah telpon ada perusahan tekstil di luar kota ingin bekerja sama dengan perusahaan kita jadi ayah harus ke kantor besok.
" ya udah tapi ayah jangan terlalu capek dulu ya, mama takut terjadi sesuatu pada ayah lagi dan besok papa jangan bawa mobil sendiri dulu mama yang akan antar  berangkat ke kantor. Ujar Malina dengan perasaan kawatir.
" Siap komandan, eh ngomong-ngomong Iren mana  dari tadi tidak kelihatan ?
" Iren tadi pergi ke taman kota sama mama yah.
" ngapain kesana ma ? Â Tanya pak Lote sambil melipat raut wajahnya.
" Manu,siapa dia ?" tanya pak Lote
"Laki-laki yang waktu itu datang kesini cari Iren yah terus ayah marahin dia. Saut Malina
" Ngapain laki-laki ingusan itu ? ujar pak Lote sambil tersenyum.
" Mama rasa Manu anak baik yah dan dia sangat menyayangi anak kita." Malina tidak mau memberitahu tentang kebaikan Manu kepada suaminya. Seseorang yang dia hina itu telah menolong nyawanya. Malina akan memberitahunya di waktu yang tepat nanti.
Dari sekian banyaknya kendaraan yang di stop Iren untuk diminta pertolongan. Ada satu sopir yang mau memberhentikan laju kendaraannya untuk menolong Manu yang sedang tergeletak di jalanan. Dia tak tega melihat raut wajah Iren yang terlihat sedih dan berdiri di tengah jala
" STOPPP !!" Ucap Iren dengan nada tinggi
Ada mobil berwarna hitam mencoba menghentikan laju kendaraannya.
" Mengapa kamu menghadang saya ?" tanya seorang sopir.
" Pak pacar saya tadi di kroyok orang tak di kenal dan sekarang kondisi tidak bisa berdiri saya mohon tolong dia untuk membawanya ke rumah sakit. Ujar Iren sambil memurungkan wajahnya.
" Dimana pacarmu ?"
"Itu pak dia tegeletak di di pinggir jalan." Iren menujukan lokasi Manu.
Iren dan si sopir bergegas menghampiri Manu yang sedang tergeletak di pinggir jalan. Dia melihat Manu mendesah kesakitan. Melihat kondisinya banyak luka lebam di wajahnya si sopir merasa iba si sopir dermawan itu langsung membawanya ke rumah sakit dan melajukan kendaraannya dengan cepat.
" Ah... sakit sekali." Desah Manu kesakitan.
" Sabar bentar lagi kita sampai di rumah sakit, pak cepat sedikit !!"
" Sabar neg ini saya sudah ngebut, jalannya macet jadi bersabar ya.
15 menit kemudian Iren sampai di rumah sakit. Team medis rumah sakit segera membawa Manu ke ruangan untuk memberikan pertolongan. Sedangkan orang suruhan Renaldi memberitahu tuannya bahwa mereka sudah melaksanakan perintah dengan baik dengan memukuli Manu sampai babak belur.
" Hallo, gimana ? kalian udah laksanalan perintah saya ?" ucap Renaldi lewat telpon.
" Sudah bos laki-laki itu udah kami pukuli  sampai babak belur. " saut si bajingan.
" Bagus sekarang ambil bayarannya di rumah."
" Baik bos."
Iren sangat panik sekali dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Manu. Dia terus mondar mandir dengan tergesa-gesa sambil mengepal kedua tangannya  mengucapkan doa
" Tuhan semoga Manu baik-baik saja tolong berikanlah dia kekuatanmu." Ucap Iren di dalam hati
Tiba-tiba henpond Iren berdering.
Hallo nak kamu dimana ?" Tanya ibu Malina
" Iren sekarang lagi di rumah sakit bu." Balas Iren
" Astaga kamu kenapa nak kok bisa di rumah sakit ?" saut Malina panik
" Bukan Iren bu tapi Manu. Dia tadi dikroyok sama preman di jalan sampai babak belur.
" Astaga kasian sekali anak itu. Kamu sudah berikabar orang tuanya ?"
" Belum ma sekarang Iren akan telpon orang tua Manu. Ujar Iren.
" Iya nak, agar orang tuanya juga tau bagaimana kondisi anaknaya sekarang.
" Iya ma. Sambil mengangukkan kepala dan mematikan telpon dengan Malina
Iren bergegas menghubungi orang tua Manu untuk memberitahu  bahwa anaknya sekarang di rawat di rumah sakit. Ibu Rima ibunya Manu sedang bersih-bersih rumah tiba-tiba teloponnyaberdering dia segera mengambil telponnya itu.
" Hallo '
" Hallo bu ini Iren."
" Ya nak ada apa ?'
" Ma ..Manu bu. Ucapan Iren terbata-bata."
" Ada apa dengan Manu nak ?"
" Manu sekarang di rawat di rumah sakit bu'
"Ada apa dengan Manu kenapa bisa masuk rumah sakit ?"
Iren menceritakan semua peritiwa pengeroyokan yang terjadi pada Manu. Ibu Rima sangat kaget mendengar keterangan dari Iren perasaannya seketika cemas dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada anak bungsunya itu. Rima segera menghampiri suaminya yang sedang bersantai di teras rumah.
" Ayah... suara panggilannya dengan nda tinggi Ujar Rima
" Ada apa sayang kok suaramu gawat begiitu ? Balas pak Rano sambil bergurau.
" Aduh ayah anak ayah masuk rumah sakit." Ucap Rima gelisah.
" Anak yang mana ?  1, 2, 3,4 atau 5." Geming pak Rano  Â
" Anak ayah yang ke 5 si Manu.."
"Ah kok bisa ?"Saut pak Rano kaget
" Iren bilang dia dikroyok orang tidak di kenal di jalan."
" Astaga, dia di rawat di rumah sakit mana  dia sekarang ?"
" Kata Iren dia dirawat di rumah sakit umuum Kerta Buana."
" Ayo kita kesana yah !! mama kwatir terjadi sesuatu pada Manu.Ucap Rima sambil menyentuh tangan pak Rano. "
Iya, ayah ganti baju dulu."
Setelah itu Pak Rano dan Rima bergegas menuju ke rumah sakit tempat Manu di rawat. Mereka bersiap setelah itu langsung berangkat menggunakan mobil. Pikiran bu Rima tidak tenang ia memikirkan kondisi putranya. Tiba-tiba Nagita anaknya yang ke 2 datang kerumah.
" Mama dan papa dan mama mau kemana buru-buru sekali ? " ucap Nagita
" Mau kerumah sakit ?" saut pak Rano
" Ke rumah sakit ? emangnya siapa yang sakit ?"
" Adik kamu Manu, dia tadi di kroyok sama preman di jalan."
" Astaga.. Nagita ikut ya ma.'
" ya udah sini buruan naik kamu yang bawa mobilnya."
" Oke ma.'
Ibu Rima, suami dan juga Nagita bergegas menuju rumah sakit mengendarai mobil. Nagita yang di tujuk orang tuanya untuk mengemudikan mobil. Lalu lintas saat itu terlihat ramai segerombolan kendaraan di jalanan melambat. Situasi itu membuat Rima semakin panik dan gelisah. Di benak pikirannya selalu ada raut wajah putra bungsunya. Itu adalah hal wajar seorang Ibu akan lebih dekat dengan anak bungsunya ketimbang anak-anaknya yang lain.
" Ada apa nak kok laju mobil jadi lambat begini ?" Cetus Rima
" Aduh... macet lagi. " ucap Nagita
" Macet ?" tanya pak Rano. "
" Ya yah, lalulin tasnya lumayan ramai jadi mobil kita sulit bergerak cepat."
" Cepat nak mama sangat hawatir dengan kondisi Manu. " Ujar Rima wajah seketika sedih.
"Iya-iya Nagita tau, tapi saat ini situsi jalannya kurang baik sabar. "
Beberapa menit kemudian mereka bertiga sampai di rumah sakit tenpat Manu di rawat. Terlihat disana Iren di samping pintu kamar pasien. Di terihat murung seorang diri. Rima merasa iba melihat calon menantunya sedih seperti itu.
" Sayang...geming Rima sambil memeluk tubuh Iren yang tidak berdaya.
" Ibu... sambil mengelus kedua tangannya ke tubuh Rima.
" Dimana Manu ? " kata pak Rano
" Manu sedang di dalam di periksa  dokter pak. " jawab  Iren."
"Ini siapa pa ? " tanya Nagita heran dengan hadirnya Iren. Karena baru melihatnya pertama kali.
"Ini Iren pacarnya adik kamu Manu, oh iya kalian baru  pertama kali bertemu. Iren kenali ini Nagita kakaknya Manu calon kakak ipar kamu. " geming pak Rano
" Salam kenal kak. Nama saya Iren Aulia. " kedua mata menatap dengan tatapan hangat.
" Salam kenal saya Nagita. " saut Nagita bibirnya tersenyum lemah.
Kemudian wanita mnggunakan jas putih keluar dari ruangan memberi infornasi tentang kondisi Manu. Semua yang hadir disana matanya tertuju dengan wanita itu. Mata meraka penuh degan tanda tanya. Terutama Iren tubuhnya digeruguti dengan rasa cemas  Begitu juga keluarga Manu.
" Apakah kalian keluarga pria yang ada di dalam ruangan itu ?" ucap dokter.
"Ya dok saya orang tuanya. Bagaimana dengan kondisi anak saya ?" saut Rima.
" Anak ibu sekarang sedang tidak sadarkan diri. Ada lebam di sekitar tubuhnya akibat pukulan apakah ada sebuah perkelahian ?" tanya dokter memastikan.
" Iya tadi di jalan pacar saya di kroyok sama orang tak di kenal dok. " saut Iren.
"Oh begitu.. ucap dokter sambil mengangguk.
" Apakah saya boleh masuk ke dalam untuk melihat anak saya. ' ucap pak Rano.
" Boleh silahkan. Tapi jangan bicara keras-keras agar pasien lainnya tidak terganggu.
" Baik dok. "
Iren dan juga keluarga Manu segera masuk ke dalam ruangan pasien. Mereka melihat tubuh Manu tebaring lemas tidak sadarkan diri di atas tempat tidur. Melihat kondisi anak bungsunya seperti itu Rima merasa iba. Begitu pula Iren wajahnya memerah dan perasaannya cemas melihat orang yang dia sayangi tadinya baik-baik saja sekarang malah tidak berdaya di atas tempat tidur. Dia terbayang dengan canda tawa Manu ketika bersamanya.
Ibu Rima memadangi wajah Manu yang sedang tak berdaya dengan tatapan sedih hingga air matanya gugur berjatuhan. Dia terpukul berat atas musibah yang menimpa anaknya itu. Sambil mengelus-ngelus dahinya dengan penuh harapan putra bungsunya segera pulih dan sadarkan diri. Rano dan Nagita mencoba menangkannya.
" Sudah ma sabar kita tunggu Manu pulih papa yakin dia pasti baik-baik saja. " ucap Rano sambil  memegang ke dua pundak Rima.
" Siapa yang tega mekukan ini pada Manu pa ?"
" Papa juga tidak tau siapa dalang dari semua ini. Yang terpenting sekarang kita berdoa pada Yang Mahakuasa agar anak kita segera pulih. " Saut Pak Rano
" Iya pa. "
Hari menjelang malam Iren ingiin pulang baik ke rumah karena orang tuanya menanyakan keberadaan dirinya. Dia berpamitan dengan keluarga Manu. Setelah dia tiba di area loby rumah sakit tiba-tiba telponya berdering. Di telponnya terlihat foto Renaldi laki-laki yang sudah membuat Manu celaka. Iren merasa kesal karena dia tidak suka dengan laki-laki yang bernama Renaldi itu. Beberapa kali dirinya di ajak kencan berduaan namun Iren menolak. Seketika wajahnya menciut dan mematikan panggilan telepon. Tapi Renaldi terus menelponnya sampai jari jemarinya menyerah memaksa untuk menerima telepon.
" Hallo, selamat malam." Ucap Renaldi.
" Iya ada apa ?" tanya Iren kesal.
" Santai... jangan marah- marah nanti cantiknya ilang, " saut Renaldi
" Udah enggak usah ngegombal ngomong to the point aja. "
" Bagaimana kabarmu baik apa buruk ? "
" Ada baik nya dan ada buruknya. "
" Sabar tetap jalani dan syukuri. Kamu besok kuliah ?" tanya Renaldi.
" Kuliah pagi. Â "
" Aku jemput kamu ya. Kita berangkat bareng-bareng. " Ucap Renaldi dengan penuh semangat.
" Engga usah aku bisa ke kampus sendiri. ' saut Iren.
" Ayo dong Ren aku mohon jagan nolak. " Â Ucap Renaldi memaksa
" Enggak sekali aku bilang enggak ya enggak. " saut Iren kesal langsung mematikan telepon dan melajutkan langkah kakinya menuju pintu keluar.
Sesampainya di rumah hati Iren merasa gelisah dia memikirkan keadaan Manu di rumah sakit. Wajahnya terlihat murung tak bersemangat. Sesampainya di depan pintu masuk Iren melihat kuncing kesayangannya terdiam disana seakan menanti kedatanganya. Kucing itu mempunyai bulu yang lebat. Warna bulunya berwana cokelat. Seketika rasa sedihnya menghilang saat kucing kesayangannya itu.
" Hi apa yang kamu lakukan disini ?" tanya Iren sambil mengelus-ngelus bulunya.
" Meong.... Kucing itu menjawab." Kau pasti menunggu ku ya ?"  ayo kita masuk. " Segera Iren merakulnya dan membawa kucing itu  masuk.
Pada saat kedua tangannya membuka pintu masuk Iren melihat kedua orang tuanya sedaduduk menonton televisi di ruang tamu. Pak Lote mengalihkan pandangan matanya nya sejenak ke pintu masuk. Dia melihat anak perempuannya pulang. Pak Lote merasa ada yang aneh dengan raut wajah putrinya itu. Biasnya dia selalu riamg gembira kalau pulang dari suatu tempat dan selalu menyapa namun sekarang cuek baru datang nyelononng begitu saja tanpa menyapa orang tuanya terlebih dahulu.
" Kenapa anakmu itu ma ? baru dateng cemberut dan nyelonong aja. " ucap pak Lote.
" Mungkin dia sedang malas bicara. " Saut Malina
" Tumben dia seperti itu biasanya selalu ceria. "
" Pacarnya lagi kena musibah tadi di kroyok sama orang yang tak dikenal." Ucap Malina keceplosan.
" Apa .. pacar  ? " saut pak Lote kaget
" Jangan  tegang gitu santai aja nanti penyakitnya tambah banyak. "  ucap Malina.
" Emang siapa pacarnya Iren ? " tanya pak Lote penasaran.
" Rahasia dong.. saut Malina ngeyel. Udah ah mama ngantuk mau tidur. " langsung berjalan menuju kamar
" Lo.. ma.. tunggu... sambil memegang jari-jari Malina. Namun dia menghiraukannya tetap menhiraukannya.
Malam hari berlalu sang mentari telah menampakkan sinarnya. Iren berangkat menuju kampus untuk kuiliah. Saat tiba di kampus langkah kakinya di hadang oleh Renaldi membuatnya harus berhenti sejenak. Renaldi mencoba menganggu Iren dengan rayuan. Namun Iren menghiraukanya dengan memasang wajah sebal dan datar. Itu tidak mengurungkan niat  Renaldi dan terus merayunya. Melihat expresi wajah Iren sangat kesal. Rasanya dia ingin muntah di hadapan wajah Renaldi. Karena menurutnya laki-laki ini sangat menyebalkan.
" HI cantik... "ucap Renaldi
" Apa ? minggir aku mau ke kelas. "saut Iren dengan nada tinggi
" Tenang dulu baru aja sampai lagian dosen belum ada di kelas. "
" Jangan banyak omong lo minggir enggak kalau enggak gue akan teriak. " Ucap Iren kesal
" Aku mau jujur sama kamu. Kamu kalau marah itu tambah cantik deh. "
" Aku juga mau jujur. Setiap aku lihat muka kamu tu rasanya pengen muntah. "
Iren sangat kesal wajahnya seketika menciut dan memerah. dengan tegesa-gesa dia melanjutkan langkah kakinya dan mendorong tubuh Renaldi. Itu dilakukannya agar Iren bisa menghindar dari Renaldi yang terus mencoba merayu. Kemudian Iren melanjtkan langkah kakinya menuju kelas. Setelah sampai di ruang kelas Iren duduk dengan raut wajah kesal. Hingga  ketiga temannya bernama Nadin, Rahman dan Lia manghampirinya. Melihat ada hal aneh dengan Iren.
" Astaga.. muka lo lecek begitu kaya belum di setrika, Ucap Nadin
" Tauk ah kesal gue. " saut Iren wajahnya terlihat jutek.
" Kesal kenapa sampai segitunya ?" tanya Nadin.
"Gue kesel sama Renaldi dari tadi terus ngerayu gue. Buat gue naik darah.
" Siapa itu Renaldi ?"
" Itu anak jurusan Ilmu pedidikan."
" Oh si anak brandal itu. "
" Anak brandal ? " tanya Iren sambil melompat kaget.
" Iya, dia terkenal brandal di kampus ini. Dia itu ikut geng tapi aku tak tau geng apa. "
Mendengar ucapan Nadin Iren seketika terdiam. Dirinya merasa takut dengan sosok Manusia yang bernama Renaldi itu. Karena mendengar ucapan Nadin Iren merasa Renaldi itu lelaki yang enggak benar. Seketika pikiran Iren berpikir negetif tentang geng. Kesan di masyarakat geng itu selalu membuat tindakan criminal. Kembali di hari itu kegiatan belajar mengajar di kelas sedang berlangsung. Dosen mengamati Iren yang sedang melamun. Dosen tersebut melihat ada yang aneh pada Iren.
"Dug.. Dosen mukul meja
"Kamu kenapa kok bengong ?" apakah kamu paham dengan yang saya jelaskan ?" tanya dosen
" Tidak, saya baik-baik saja saut Iren." Saut Iren
" Jangan bengong nanti kesurupan. Ayo tatap mata saya di depan. "
" Hahaha.." semua mahasiswa yang ada di kelas itu menertawakan Iren.
Iren seketika memasang muka malu di wajahnya. Saat itu pikirannya dan perahaannya tidak berada di kelas itu. Ia memikirkan dan mencemaskan keadaan Manu. Hal itu membuatnya tidak focus untuk belajar. Hari menjelang sore masa perkulihan telah usai. Kemudian Iren melangkah menuju parkir untuk mengambil kendaraan. Di tengah perjalanan ada yang menepuk pundaknya dari belakang Iren melompat kaget.
" Hi, apa kabar ? " tanya Nadin
" Nadin, kamu buat aku kaget. ' saut Iren
" Makanya jangan kebanyakan bengong. Boleh engga aku ikut kamu pulang ?"
" Kok tumben kamu ingi pulang sama aku ?" tanya Iren balik
" Motorku rusak masih di bengkel. Boleh ya ren plese... Ucap Nadin
Iren dan Nadin pulang bersama. Sepajang perjalanan mereka ngobrol santai sambil menikmati perjalanan yang mereka lalui. Jalan raya saat itu ramai lancar karena jam pulang sekolah Nadin merupakan sahabat dekatnya Iren jadi segela keluh kesah yang ada pada diri Iren Nadin tau semuanya.
' Kamu kenapa ren kok tadi bengong aja di kelas ?" tanya Nadin.
" Tidak apa-apa kok. " saut Iren
" Kamu tidak bohong dari aku. Aku tau dari raut wajahmu kamu lagi banyak masalah." Ucap Nadin
" Yaya gue cerita. Kita ngobrol di kafe kopi aja biar enak."
" Terserah kamu aja aku hanyalah penumpang yang hanya bisa nurut pada pengemudinya." Geming Nadin.
Iren sampai di sebuah kafe disana dia menceritakan tentang musibah yang menimpa Mamu
" Gue turut perhatin atas musibah yang menimpa lo. Gue hanya bisa bantu doa semoga dia lekas sembuh." Ucap Nadin sambil memegang kedua tangan Iren. Udah jangan sedih gitu semua akan baik-baik saja. " ucap Nadin sambil tersenyum.
" Terimakasi ya atas supportnya lo memang sahabat gue yang terbaik." Saut Iren
" Oh ya gua mau sampaikan berita penting sama lo ren. " ucap Nadin
 " Apaan itu ? " tanya Iren.
" Gue di terima kerja di salah satu perusahaan kontraktor ternama sebagai marketing."Ucap Nadin dengan nada girang.
" Wah.. selamat ya din aku ikut senang dengernya." Saut Iren
Saat mereka sedang asik berbincang- bincang tiba-tiba datang seorang laki-laki tampan berbadan tinggi menyapa mereka berdua. Pria itu adalah temannya Manu
" Hi, selamat siang." Ucap si Boy
"Iya. Selamat siang. " Balas Nadin
" Kamu Iren kan ?' ucap pria itu sambil menatap kedua mata Iren dengan penuh heran.
" Iya nama saya Iren. Anda bagaimana bisa tau nama saya ? "tanya Iren
" Saya pernah bertemu kamu 3 bulan yang lalu di sebuah kedai kopi. Waktu itu saya bersama Manu. " saut pria paruh baya itu.
" Oh ya saya lupa. Kamu apa kabar ?" balas Iren
" Kabar saya baik, bagaimana kabarnya Manu ?" saya  dengar kalian sudah pacaran." Tanya pria paruh  baya itu.
" Manu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Dia sedang terbaring di rumah sakit." Saut Iren dengan expresi sedih.
" Ada apa dengan Manu kok bisa masuk  rumah sakit ?"
" Waktu minggu lalu dia di kroyok sama orang yang tidak di kenal."
" Astaga kasian dia. Nanti aku akan jenguk dia ke rumah sakit." Ucap si boy
Sambil bicara mata si Boy tertuju pada sosok wanita cantik yang berada di depan Iren. Tatapan matanya memberi sinyal bahwa dia terpesona melihat Nadin. Hanya terdiam tidak berkedip. Sambil Boy melempar Sebuah senyuman manis padanya. Iren merasa ada hal aneh pada si Boy.
" Hallo mas. Ada apa ? " sambil melambaikan tangannya di depan wajahnya
" Tidak apa-apa." Saut Boy
Melihat tingkah aneh si Boy Iren hanya tersenyum ringan dan Nadin tersipu malu. Kembali di hari itu tiba-tiba ponsel Iren berdeiring menadakan ada suara panggilan untuknya.
" Hallo nak Iren."ucap ibu Rima
" Ya bu ada apa ?" balas Iren
" Nak ada kabar baik. Manu sudah sadarkan diri dan dia nanyain kamu.'ucap Rima dengan perasaan senang dan penuh senyum."
" Suyukurlah. Saya kesana sekarang buk." Saut Iren dengan penuh senyum.
Melihat sikap Iren yang berubah drastis menjadi periang dan penuh senyum. Boy dan Nadin menjadi penasaraan dan kedua mata mereka tertuju bersama ke tubuh Iren sambil tersenyum tipis. Dengan sepontan Boy bertanya.
"Ada apa Ren kok girang gitu ? " tanya Boy
" Ibunya Manu telpon. Kanya Manu sudah sadarkan diri." Saut Iren
" Syukurlah, kalau gitu kita sama-sama pergi ke rumah sakit."
" Baiklah
\
Â
Â
Â
                  Â
Suatu malam dia sedang merenung seorang diri depan teras rumah. Entah apa yang sedang kebayang di dalam pikirannya semua di rasanya sangat hampa,sunyi seakan dia merasa dunia tidak adil padanya. Dia menginginkan seseorang  wanita hadir dalam hidupnya namun entahlah kapan waktu itu akan datang padannya. Ibunya melihatnya sedang  merenung sendirian dan bertanya.
Manu kenapa kamu melamun seperti itu sih" ?
" Engga kenapa ma".
" Awas jangan sering bengong seperti itu nanti kesurupan lo". ucap si mama.
"Mama ada-ada aja kata siapa orang bengong itu bisa kesurupan ? " saut Manu
"Kata mama." Balasnya.
"Hehe engga lucu tau ma".
"Itu kok kamu ketawa ?"
" Karena mama ngaur ngomonngnya".
Wanita yang membesarkanya dari kecil itu itu berhasil membuat dirinya tersenyum ibu Rima  mencoba menghibur Manu agar dia terhibur dan tidak bengong lagi.  Dia merasa ada yang aneh pada anaknya sudah 2 minggu belakangan ini dia bengong-bengong sendirian seperti itu. Kemudian Wanita yang mempunyai panggilan Rima itu bertanya padanya
"Kamu kenapa sih nak udah  2 minggu belakangan ini mama lihat kamu bengong-bengong sendirian seperti ini apa  yang sedang kamu pikirin ?"  ujar Rima
"Aku malu cerita sama mama". Ucap Manu sambil menundukkan kepalanya.
Lo kenapa harus malu ? " mama adalah orang yang melahirkan dan membesarkanmu mama siap mendengar keluh kesah mu nak jangan malu-malu seperti itu !" balas Rima
Iya deh ma aku cerita".Â
"Aku galau ma udah lama banget aku jomblo. Seakan semua wanita di dunia ini tidak ada yang mau sama aku ini". Ucapnya dengan  nada lemas.
Udah jangan berkecil hati nak. Mungkin belum waktunya kamu bertemu dengan wanita yang mau menerima dirimu apa adanya". Balas Rima.
Tapi mau sampai kapan seperti ini mama ? " tanya Manu sambil melipat raut wajahnya.
Udah tenang engga usah di pikirin mama doakan kamu di pertemukan dengan wanita yang mau menerima kamu apa  adanya oleh Tuhan. Percayalah doa mama akan jadi kenyataan".
Terimakasih ya mama, Manu sayang sama mama". Ujarnya dengan nada yang santun
3 hari kemudian Manu pergi bersama teman-temannya di sebuah toko coffe shop tempat itu adalah tempat anak-anak muda nongkrong dan bersantai sambil menikmati cita rasa coffe nikmat. Manu dan temanya sedang nongkrong disana dia melihat dua wanita cantik akan memesan coffee. Dua  watnita itu berjalan menuju kearah pedagang mereka ingin memesan coffe.
Â
Hi kak kami pesan coffenya dua ya", Ucapnya sambil menatap mata pedagang
Coffe rasa apa mba capucino apa mocca ?" Â saut pedagang
Rasa Capucino kak ya".
Baik mbak. Sambil nunggung coffenya jadi silahkan tunggu di meja sana ya mba" !
Baiklah kami tunggu ya". Balasnya sambil tersenyum.
Kedua wanita itu berjalan menuju kearah meja yang ditujukan pedangang. Manu seketika terdiam. Matanya seketika tertuju pada wanita yang baru memesan kopi itu tubuhnya telihat anggun rambut terurai panjang dan kulitnya terlihat putih mulus. Seketika dia merasa seorang bidadari datang di hadapannya saat itu.
"Astaga cantik banget".ujar Manu
"Apanya yang cantik" ? Balas Dio
 "Lihat cewek yang lagi jalan berdua itu" . Geming Manu.
"Waoooo kelewatan cantiknya. Sepertinya mereka mau beli coffe juga disini juga".
"Akan gua cobak mendekatinya". Saut Manu dengan percaya diri yang penuh.
Tanpa basa-basi lagi  Manu segera mendekati kedua wanita itu.  Dengan kepercayaan diri yang penuh dia berani mendekatinya. Kata-kata  manisnya mulai bersuara dengan indah membuat wanita itu mengularkan senyuman manis di bibirnya.
"Hi selamat malam, bolehkah saya ikut duduk disini bersama kalian" ? Begitulah suara dari bibirnya berucap.
" Boleh". Saut wanita itu dengan memasang raut wajah datar.
Dengan baik hati kedua wanita itu mempersilahkan Manu ikut duduk bersama mereka. Manu  berkenalan dengan mereka dan menanyakan mereka berasal darimana. Itu hal yang wajar seseorang yang baru bertemu akan menanyakan tentang identias diri mereka.
"Maaf kalau saya sudah mengganggu  waktu santai kalian". Geming si pria pemberani.
"Tidak apa-apa santai saja". Saut wanita itu sekitika dia tersenyum tipis di barengi dengan lesung di kedua pipinya.
Kalau boleh saya tau nama kalian siapa ? "Â
Nama saya  Iren  dan ini adik sepupu saya  Ratih. "Â
 Salam kenal Iren dan Ratih. Nama saya Manu. Senang bisa berkenalan dengan kalian berdua saya berharap kalian senang bertemu dengan saya juga". Ujar bibirnya lagi.
Mereka berbincang-bicang lebih dalam lagi.Saling menanyakan identitas diri mereka masing-masing. Mengetahui identitas diri seseorang adalah langkah awal dalam memulai suatu pendekatan. Jiwa seorang lelaki terlihat di dalam diri Manu. Dia ingin berbicang-bincang lebih dengan wanita cantik itu. Manu meminta nomer hanponde kedua wanita itu untuk memudahkannya berkomikasi dan pendekatan.
" Boleh saya meminta nomer henpondmu ? "
" Gimana ya ?" Iren tersipu malu dan ragu-ragu.
" Rasanya tidak pas jika kita kenal seseorang tapi tidak tau nomer henpond. Siapa tau nanti saya atau kamu terkena musibah kita bisa saling tolong menolong. Kamu bisa hubungi saya begitu juga saya". Balas Manu mencari pembenaran agar dia bisa mendapat yang dia mau.
Manu kembali menghampiri temannya yang sedang duduk santai sendiri sambil menikmati secangkir coffe. Dio sangat menikmati coffe tersebut dia meminumnya dengan penuh perasaan bahagia. Karena aroma coffe yang enak. Â sehingga membuat orang yang meminumnya merasa tenang dan nyaman. Ketika Dio sedang menimati coffenya tiba-tiba Manu datang menghampirinya dengan raut wajah gembira senyum-senyum sendiri seperti layaknya orang gila.
"Yess, ujar Manu sambil menekuk kedua lengannya
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri gitu ? " sepertinya orang gila aja. " geming Dio
" Keberuntungan berpihak pada gue hari in yo. " Balas Manu
" Beruntung, maksudnya ? " ujar Dio lagi sambil melipat kedua alis matanya.
" Gue berhasil kenalan dan dapetin nomer hp cewek itu. "
" Ah masak ? " Saut Dio seakan tidak percaya.
" Tidak percaya ?" Â ni lihat. Manu memperlihatkan nomer hanponde Iren pada Dio.
Langkah awal Manu berhasil dia mulai memikirkan jurus yang akan dia gunakan untuk mendapatkan hati seorang bidadari yang bernama Iren itu. Sekarang kegalauan yang ada di  dalam dirinya akan segera sirna hatinya akan segera di terangi cahaya rembulan. Malam hari tiba sang rembulan  mulai menampakan cahayanya di langi malam. Manu mengambil segelas air dia membawa air itu kehadapan ibunya yang sedang duduk di sofa.
Saat itu malam hari ibu Rima beristirahat sejenak setelah bekerja. Rima bekerja sebagai tukang jahit. Dia menjalani usaha garmennya sudah 5 tahun sampai-sampai  orang-orang di sekitar rumahnya menjukinya dokter bedah pakaian. Meskipun bahasa itu terdengar konyol tapi dia sangat mencintai pekerjaannya.
Manu ingin meminta doa ibu di dalam air yang akan dia minum itu. Agar pendekatan yang dilakukan kepada wanita yang tadi dia temui berjalan dengan baik. Hal itu memang terbilang konyol tapi itulah Manu dia percaya doa seorang ibu akan membawa keajaiban untuknya.
"Anak mama tumben banget baik bawain air kesambet apa anak ini." Ucap Rima.
"Air ini bukan untuk mama tau. "
"Lo ini buat siapa ?"
"Hehe buat aku, aku mau minta doa ke mama doain di dalam air ini."
"Buat apa ?" saut Rima mendadak bingung dengan  tingkah Manu. "
"Ya doain dulu." Ucap Manu memaksa.
Rima mengambil air itu dan memberi doa. Seketika bibir Manu tersenyum riang dan Manu meminumnya.
" Buat deketin cewek ma."
"Oh, jadi sekarang anak mama yang ganteng ini sudah mulai berani dekati cewek ?" Â tanya Rima
" Sudah ma, orangnya cantik sama seperti mama." Saut Manu dengan mata berbinar-binar.
" Kamu ada-ada aja sini gelasnya mama doain. " Balas Rima
Manu dengan senang hati memberikan air itu kepada ibunya
"Terimakasih mama semoga aja mujarab ini doa mama. "
Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di dalam pikiranya  selalu terbayang dengan wanita cantik yang bernama Iren itu. Sepertinya Manu sudah mulai menyukai wanita itu Manu bergegas mengambil Henpond miliknya. Dia tidak tahan lagi dengan baying-bayang wajah Iren Manu ingin ngobrol dengannya. Manu menghubunginya lewat telepon.
Bersambung.
Â
Â
Â
                  Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159