Di jam yang telah di sepakati, Sita sampai duluan. Lima menit kemudian, Reikhi menyusul tak tampak Raisya menemani.
Keduanya ‘agak kikuk’ tidak seperti biasanya.
Reikhi memulai pembicaraan dengan tampang masam, “Raisya nggak jadi ikut, nyokapnya minta ditemenin ke arisan”
Sita tertawa girang, “sekarang, saingan utama elo kalo ngajak jalan Raisya emaknya sendiri ya? hahahaha”.
Malam itu, kedua sahabat ini menghabiskan waktu dengan menonton maraton 2 film. Keduanya tak mau mengakui bahwa mereka sebenarnya hanya ingin memperpanjang waktu bersama malam ini.
Dua bulan berlalu, lima bulan berlalu. Keceriaan, kebawelan serta ke-premanan Sita terlahir kembali, normal. Tak terlihat ada sendu sama sekali.
Berbeda dengan Reikhi, entah apa yang terjadi, Reikhi lebih tampak bermuram durja saat ini.
“Elo kenapa Reik, akhir-akhir ini kok sering bolot sih kalo diajak ngobrol?”
Bolot alias nggak nyambung.
“Nggak pa-pa”, Reikhi menjawab singkat.
Sita mengenal dengan baik sahabatnya Reikhi. Pasti ada masalah yang di sembunyikan oleh Reikhi, pikir Sita.