Walau Pak Rudi hanya duduk di bagian administrasi Fakultas Sastra Inggris UI, di tangan beliau inilah semua nilai akhir mahasiswa tiap semester mendapat persetujuan keluar apa tidak. Jika ada yang masih punya tunggakan SPP, dipastikan Pak Rudi menunda merilis nilai yang bersangkutan. Termasuk juga bila ada mahasiswa yang merusak aset kampus dan tidak di ganti, dipastikan nilai akhir semester nggak akan keluar.
Mungkin ini yang disebut setiap jabatan, setiap posisi, setiap pekerjaan punya peran dan kuasa masing-masing dan seringkali kita abaikan/remehkan.
“Jangan Pak, jangan, bisa digampar emak di kampung ntar Sita. Segera Pak, segera di ganti kok megaphonenya”
“Ya sudah Pak, saya cari hutangan dulu ya Pak. Makasih Pak Rudi”
“Iya”, jawab Pak Rudi datar dengan muka masam.
Sita ngeloyor keluar dari ruangan administrasi, melangkah ke tempat favorit, kantin.
Reikhi, Tuti, Sherin, Andien dan beberapa groupis Randy berkumpul di satu meja.
“Lesu amat Sit?”, tanya Tuti.
“Iya, abis di gampar traktor”, jawab Sita lesu.
Pura-pura lesu, tangan Sita bergerak ajaib mencomot dadar jagung di piring Tuti.
“Enak nih dadar jagungnya, bagi ya”. Tuti cemberut, tak membalas, Sherin dan Andien serta groupis Randy tak berkomentar hanya pura-pura tersenyum. Berhubung Sita adalah preman di Fakultas Sastra Inggris UI, nggak ada satupun yang berani membantah pemalakan dadar jagung yang nyata-nya di lakukan Sita di siang bolong.