Reikhi dan Raisya bersemu merah, malu-malu, keduanya terdiam, mematung seperti 2 patung selamat datang.
Para pujangga cinta menyebut kejadian ini sebagai anomali rasa. Pertemuan 2 rasa, ketika sudah ‘klik’ maka kata tak lagi punya arti karena mereka telah bercakap dengan bahasa sendiri. ‘Percakapan dari hati ke hati’.
Hari Tak Akan Lagi Sama
“Eh elu berdua pada bengong”, ucap Sita ke Reikhi dan Raisya.
Reikhi dan Raisya masih menikmati keterkejutan dengan menundukkan kepala, malu. Walaupun ini kali pertama Raisya melihat Reikhi, entah kenapa mendengar celoteh Reikhi sesaat lalu, celoteh tentang dirinya, membuat Raisya mendadak jadi berdebar-debar.
Menyitir kalimat dari Tasaro, “Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta: Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya di sebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila”.
Dan sepertinya sitiran kalimat di atas pantas di tujukan pada 2 makhluk yang sedang menikmati malu, Reikhi dan Raisya.
“Sudahan dong kalian bengongnya. Raisya, kenalin ini Reikhi, cowok kepedean yang barusan ngomongin elo”, sindir Dina, tertawa kecil.
“Iya tuh, kepedean nih Reikhi. Betewe, gue Sita, sahabat setianya si Reikhi”, Sita menjulurkan tangannya kepada Raisya.
“Hai Sit, gue Raisya”
Dengan suara mencoba tenang, mencoba bersuara hangat, Reikhi menjulurkan tangan dan kemudian,