"Pak, saya pinjam megaphone-nya ya, ada latihan baris berbaris nih untuk tujuh belasan dua bulan lagi"
"O,ya, bawa aja Sit nggak pa-pa, ntar baterenya diganti baru ya", senyum Pak Rudi, staff administrasi kampus.
"Siapp Pak", seru Sita sambil memberi hormat. Sita tersenyum penuh kemenangan.
Pak Rudi tertipu, kasihan.
"AYOHH RANDDYY, MAJUU, KAMU BISAAA, AWASS, KIRI, KIRI RAN, TEMBAKKKK, YACHHH NGGAK MASUK, CUMANGADD RANDY, CUMANGAADD"
Semua melongo, menatap Sita penuh keheranan. Manusia jadi-jadian yang mengambil alih seorang diri keramaian semua suporter. Kurang lebih ada 350 suporter di gelanggang olahraga, tapi tak ada satupun yang bisa menandingi Sita.
Jangan heran, hanya Sita yang punya senjata pamungkas, Megaphone merk Toa. Siapa yang nggak tahu keangkuhan megaphone super ini.
Randy menoleh kesal ke cewek ber-megaphone, menggumam, "berisik bener tuh cewek".
Sita tersenyum selebar lapangan tenis ketika Randy menoleh menatapnya.
Sita tak sadar kalau itu tolehan kesal. Kawan, begitulah kalau orang sedang jatuh cinta, mudah sekali GR.
Mendapat tolehan mendadak dari Randy, semangat Sita tiba-tiba naik 900 % persen, kemudian berteriak, menari ala Lady Gaga sambil bersorak kesetanan.