“Bau apaan sih? Ketek gue bau ya?”, Sita mengendus keteknya.
“BUKAN SITA”, sahut Reikhi dengan suara mengerang.
“Bau jasmine Sit. Ini bau jasmine si Raisya, mimpi nggak sih gue?”, suara Reikhi terdengar sampai meja sebelah kanan, sebelah kiri, meja belakang, juga meja depan.
Saat bersamaan, Dina yang satu menit telah sampai di kantin, sengaja berdiri mematung tak bersuara di belakang Reikhi dan Sita, tanpa mereka berdua ketahui.
Percakapan terakhir tentang Jasmine dan Raisya terdengar jelas oleh Dina, juga Raisya.
Raisya terkejut, mukanya memerah malu-malu.
Saat bersamaan, Dina menepuk keras bahu Reikhi, “ayohhhh, elo ngomongin siapaa? Jasmine, Raisya?”
Reikhi dan Sita berbalik.
Tahukah kamu, betapa ajaibnya muka orang yang memerah karena malu. Reikhi melongo, tepatnya melotot, mukanya tampak bloon dengan warna memerah tidak hanya di muka, tetapi leher, tangan dan sekujur tubuhnya bersemu merah, persis kepiting rebus.
Sita tertawa terbahak-bahak, memegang perutnya, mengendalikan isi perut agar tak mengubah posisi walau tubuhnya sedang tergoncang-goncang karena gempa bumi 9 SR.
Dina-pun tertawa tak kalah kerasnya.