“I’m okay Ran, please”, Sita memohon dengan mengatupkan kedua tangan.
“Cuiittt cuiiitttt, tariiikkk mang”, Arya berseru menggoda dari dalam kamar.
“Bentar ya Sit, gue ambil jaket dulu. Kita ngobrol di rooftop kan? Eh elo nggak bawa jaket ya, elo pakai jaket gue aja ya, ntar gue pakai jaket si Arya”
“Eh iya, gue lupa bawa jaket, boleh tuh idenya pake jaket elo, makasih ya Ran”, Sita tersipu, berbunga-bunga. Di dalam hati Sita berseloroh, “duhh gue pakai jaket Randy. Haii hatiku, kamu akan hangat malam ini”. senyum Sita merekah begitu saja.
Tiba di rooftop hotel. Keindahan Yogya terlihat jelas dari atap hotel ini, malam tak terlalu pekat, bintang menari riang memancarkan cahayanya. Hati Sita gugup.
Mereka duduk berdampingan di rooftop hotel, tak sengaja saling menatap kemudian keduanya tersenyum. Dalam 5 menit kedua insan ini masih terdiam, mereka membiarkan diri hanyut dalam keindahan Yogya malam hari yang terpampang jelas di depan mereka.
Sita memulai pembicaraan, “Ran, maafin Sita ya selama ini”
“Maaf untuk apa Sit? Perasaan elo nggak ngelakuin salah apa-apa deh”
“Maaf untuk semua tingkah konyolku Ran. Suka berteriak nggak jelas kalo ada elo, jadi cheerleader yang super norak waktu elo main basket dan segudang kekonyolan lain”
Randy terkekeh kecil, “it’s okay Sit, that’s not big problem for me”
“Thanks Ran”