“Kok pada basah sih baju kalian”, tanya Randy.
“Tau nih, kerjaan si kurcaci atu nih”, tunjuk Dina ke Sita dengan muka sebal.
Sita masih bengong, menatap sekujur tubuh Randy dengan liar.
Ehh, lho Sita kok tiba-tiba ngeces sih? Kan lagi nggak ngeliat makanan atau sepatu Prada. Baru ketahuan, ini nih salah satu keajaiban lain dari Sita selain bawel, suka malak, Sita menyimpan keajaiban lain. Sita punya keanehan selalu ngeces melihat barang/benda/makhluk yang dia anggap istimewa.
Dan di pagi ini, makhluk istimewa itu tak lain adalah Randy.
“Sitt, udahan dong ngeliat guenya”, Randy terkekeh-kekeh.
Sita tersadar dari kebengongannya, mengelap iler yang tak sengaja tumpah di sekujur bibirnya, “eh iya, sori, sori. Hai Randy, apa kabar Randy? Randy sehat-sehat kan? Randy naik apa ke sini? Berat nggak bawaannya Ran, sini Sita bawain? Ntar di kereta Randy duduk sebelah Sita ya”.
Sita memberondong pertanyaan tanpa ampun, bawaan orok, bawel.
“Gue harus jawab yang mana nih? Elo tanya kayak kereta gandeng 100”
“Jawab satu aja dulu, yang lain di jawab di kereta aja ntar ya, karena itu Randy duduk sebelah Sita ya”, ujar Sita manja.
Randy menggaruk kepala. Yang lain tersipu-sipu melihat tingkah Sita. Sebawel, semanja, seunik apapun tingkah Sita nggak ada satupun yang berani menegur, harap maklum, wanita jadi-jadian alias preman.