Sagara terkekeh kecil. Tak lama ia melakukan shoot dan bola berhasil masuk ke dalam ring.
"Kata nya mau ngajarin aku. Barusan kayak main sendiri tau," ucap Via sebal.
"Hehe. Iya, iya." Sagara tersenyum. "Ayo sini. Coba kamu pegang bola nya."
Via melakukan apa yang Sagara perintahkan. Tangannya memegang bola basket yang sudah siap ia lemparkan ke dalam ring. Sedangkan tangan Sagara berada di atas tangannya, bermaksud untuk membantu Via mengarahkan bola nya.
"Coba fokus. Lihat ring nya. Kamu juga harus mengira-ngira lemparan kamu, supaya bola nya bisa masuk," jelas Sagara panjang lebar.
Via hanya mengangguk. Matanya kali fokus pada ring. Dan-
"Yeay, masuk!" Via berjingkrak senang. Selama ini ia melakukan shoot tapi tak pernah ada satu pun yang masuk. Walau kali ini sebenarnya ada bantuan Sagara yang ikut mengarahkan tangannya untuk melempar bola dengan benar.
Sagara ikut tersenyum senang. Sebelum akhirnya ia terdiam, menatap wajah Via yang masih saja terlihat begitu senang.
Tapi tak lama, Via kembali merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dadanya sesak. Dan Via jadi ingat sesuatu.
"Gara," panggil Via seraya mencoba mengatur napasnya.
Sagara menyadarkan dirinya dari lamunannya. "Ya?"