Ditengah kegundahannya itu, suara dari bawah memanggilnya untuk segera turun.Â
Via yang mendengarnya langsung saja meraih tas punggungnya dan melangkah keluar kamar. Jujur, Via senang berada di rumah ini. Tapi tidak dengan keluarganya.
"Hari ini Ayah dengar dari wali kelas kamu, kata nya akan ada ulangan," ucap Wira memecahkan keheningan ruang makan pagi ini. "Sampai nilai kamu mengecewakan lagi, kamu akan tau akibatnya Via."
Namun Via hanya diam mendengarkan. Matanya lalu melirik Wira yang saat ini sudah melenggang pergi.Â
"Siap-siap, ya Via. Saya tau kemampuan kamu sama sekali tidak ada," ucap Retta seraya menggenggam tangan Via yang berada di atas meja.
Namun lama-kelamaan Via merasakan itu bukan genggaman tangan biasa. Retta menguatkannya sampai tulang Via rasanya hampir retak.
Banyak bertanya pada Bi Inah, Via sekarang tahu kalau Retta ini adalah seorang Ibu Tiri. Karena Ibu kandung Selvia sudah meninggal karena kecelakaan saat Selvia berumur lima tahun. Bukan hanya itu,
Jadi, pantas jika perlakuan Retta pada nya saat ini bisa dibilang cukup kejam.
Tak lama Retta melepasnya dan berdiri. Ia melangkah meninggalkan Via sendirian di meja makan.Â
Via menarik napas dalam. "Pantas aja Selvia memilih bunuh diri," asumsi nya. Pasti Selvia sudah terlalu lelah untuk bertahan hidup.
Sesaat Via menyadarkan dirinya dari lamunan. Diraihnya tas punggung berwarna biru itu. Via segera diantar seorang supir untuk menuju sekolah.