"Via, ayo bangun dong! Ini gak mungkin kenyataan kan? Kamu pasti masih tidur dan sedang bermimpi," ucap Via lagi, kali ini ia mengatakannya seraya menepuk-nepuk pipi nya dengan gerakan cepat.
Lalu lamunannya tiba-tiba saja melebur. Dan suara pintu terbuka-lah yang menjadi penyebabnya. Menampakkan seorang pria berjas hitam yang kala itu datang bersama sang nenek sihir. Ya, Via mempunyai panggilan seperti itu untuk wanita yang saat itu menjambak rambutnya.
Tatapan keduanya bertemu. Entah kenapa Via merasa ini lebih hening daripada sebelumnya.
"Kamu cepat siap-siap. Dua jam lagi kamu pulang ke rumah," ucap Pria itu dengan tatapan datar menatap Via.
Kening Via mengernyit mendengarnya. Via rasa, ini adalah Ayah nya Selvia. "Pulang sekarang? Kata dokter begitu?" Tanya Via memastikan.
Pria itu membenarkan posisi kacamatanya. "Itu tidak penting. Yang jelas kamu harus segera pulang. Semakin lama kamu di sini malah semakin menyusahkan," ucapnya dengan nada tinggi. Membuat Via sedikit tersentak. Lah Via kira, Ayahnya Selvia ini berbeda dengan wanita itu.
"Om ini ayah aku?" Tanya Via polos. Tapi memang ada benarnya, sih. Via harus memastikan jika asumsi nya ini adalah benar.
"Maksud kamu bertanya seperti itu apa?"Â
Via menelan ludahnya. Padahal ia bertanya baik-baik. Walau memang sedikit tidak masuk akal juga Via bertanya seperti itu.
"Santai saja kali, Om. Aku juga cuma nanya."
"Dasar kamu, anak tidak tau sopan santun!" Ujar pria itu dengan muka memerah dan matanya yang melotot.