Dan bukan hanya satu kali, Wira melakukannya berkali-kali. Bahkan permohonan Via saja tak Wira hiraukan. Ia malah mengunci pintu kamar mandi dengan Via yang masih berada di dalam nya.
"Buka, Ayah!" Via berusaha menarik knop pintu walau sebenarnya percuma. "Via gak lakuin itu! Itu semua bohong!" Ujar Via dengan menangis. Tapi tak satupun orang mendengarkan ucapannya. Semua nya menulikan pendengaran mereka.
Bi Inah sebenarnya sangat ingin membantu Via untuk keluar dari sana. Tapi ia terlalu takut berhadapan dengan Wira.
Via berhenti berteriak. Sekarang ia menenggelamkan wajahnya di antara lipatan kakinya. Via terisak hingga tertidur.
"Via," panggil seseorang yang tak lain adalah Selvia. Ia lalu menghampiri Via dan memeluknya. "Maaf karena sudah membuat kamu harus mengalami ini."
Via sedikit menyunggingkan senyumnya. "Gak apa. Lagipula, aku sudah menemukan anak itu. Dan benar, dia itu Sagara."
Selvia melepas pelukannya. Ia menatap Via dengan mata berbinar senang. "Itu artinya jiwa kita akan segera pergi dengan tenang, Via."
Via tersenyum, ikut senang walau sebagian hati nya masih menginginkan untuk berada di dunia. Ia sadar jika perasaannya sudah dimiliki Sagara, laki-laki yang belum lama ini datang ke kehidupannya. Juga karena Dian- Ibu nya. Jujur, Via masih ingin bertemu dengan Ibu nya. Tapi, ia tidak boleh egois dan harus menepati janji nya untuk membantu Selvia dan pergi dengan tenang.
[BAB 9 - Â Pulang]
"Kamu sakit?" Tanya Sagara sedikit panik seraya menyentuh kening Via. Panas. Dan bukan hanya itu, wajah Via juga terlihat sangat pucat.
"Emm... Sedikit," jawab Via tersenyum meyakinkan.