"Via, kamu ingat kejadian tiga hari yang lalu?"
"Saat aku menyebrang dan tertabrak sebuah truk?" Via balik bertanya.
Perempuan itu mengangguk. "Saat itu aku juga tertabrak Via, bersama kamu. Dan kamu tau? Jiwa kamu berpindah ke tubuhku. Sedangkan aku, jiwa ku sudah terenggut. Aku tidak terselamatkan."
Via menggeleng cepat. "Aku gak paham. Jadi, kenapa bisa aku ada di tubuh kamu?"
"Sebenarnya kamu juga seharusnya mati, Via. Sama seperti aku. Tapi, jiwa kamu masih akan tetap ada ditubuhku, sebelum kamu menyelesaikan sebuah misi."
"Misi? Misi apa?"
"Kamu harus membantuku membuktikan kepada kedua orang tua ku. Bahwa bukan aku yang membunuh Serly, adik tiri ku yang meninggal saat berumur sembilan tahun."
"Tapi kenapa harus aku?"
"Karena aku tidak bisa membuktikannya. Dan cuma kamu, Via. Cuma kamu yang bisa melakukannya. Tolong, agar jiwa kita bisa sama-sama tenang dan kembali ke yang seharusnya." Wajah Selvia nampak memelas. Begitu memohon ia pada Via.
"Tapi bagaimana caranya? Aku gak tau harus lakuin apa," ucap Via dengan nada menyerah. Padahal ini baru awal. Tapi rasanya, ia sudah ingin menyerah saja.
Selvia sedikit menghela napasnya. "Kamu harus temukan seorang anak laki-laki yang saat itu ada dan merekam semua kejadiannya. Kejadian delapan tahun yang lalu saat Serly jatuh dari lantai dua dan akhirnya meninggal."