Via menarik napasnya dalam-dalam. Dadanya sesak.Â
"Kamu- sudah sadar?" Tanya seorang laki-laki, membuat Via mengalihkan atensi nya.
UKS, sepertinya dirinya tengah berada di UKS. Oh, dan Via ingat jika tadi ia terkena bola basket dan kehilangan kesadarannya.
"Aku Sagara." Laki-laki itu memperkenalkan dirinya. "Dan maaf karena lemparan bola basket tadi, kamu jadi seperti ini."
Via tersenyum kemudian. "Oh, iya. Aku Elvia. Panggil saja Via. Dan soal tadi, gak apa kok. Aku sudah merasa baikan."
Sagara mengangguk-angguk kecil. Ia lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, aku duluan. Dan sekali lagi, maaf, ya Via."
Via hanya membalasnya dengan senyuman. Ditatapnya punggung Sagara yang mulai menjauh itu. Via mencoba menetralkan napasnya. Jantungnya, entah kenapa seperti memompa terlalu cepat. "Apa yang dimaksud Selvia itu adalah Sagara?"
[BAB 5 - Sebuah Asumsi]
Retta melipat kedua tangannya di bawah dada. Ia menatap Via dengan tatapan tajam. Namun bisa Via lihat, senyuman yang Retta lemparkan kepadanya itu sebuah senyuman licik.Â
"Keluarkan hasil ujian kamu, Via."
Via menghela napas. Jadi dirinya harus terpaksa bangun hanya karena Wira dan Retta ingin melihat hasil ujian nya tadi siang. Astaga, benar-benar aneh.