"Sembilan puluh," ucap Wira tak percaya saat matanya melihat nilai yang ada di lembar ujian Via.
Retta langsung terlihat gundah. Ia buru-buru mengambil kertas ujian milik Via di tangan Wira. Matanya memelotot, seperti tak percaya bahwa nilai Via cukup besar.
"Ayah akan tanya ke wali kelas kamu apakah ini benar atau cuma pembohongan kamu," ucap Wira lalu keluar dari kamar Via.
Kini tinggal Retta yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tak lama kemudian, Retta lalu meremas kertas ujian itu dan melemparkannya ke wajah Via penuh emosi.
"Mana mungkin kamu dapat nilai besar, sedangkan otak kamu saja kosong, Via!"
Via terdiam lalu terkekeh pelan. "Kayaknya Ibu seneng banget kalau aku dihukum Ayah. Tapi maaf, ya Bu. Kali ini Ibu gak bisa lihat aku dihukum, karena nilai aku besar," ucap Via lalu mengambil kertas ujian miliknya yang tergeletak di bawah sana. Kertas ujiannya jadi kusut.
Via menarik napas dalam. "Via ngantuk, mau tidur. Ibu paham kan?"
Retta sontak membelalakkan matanya. Kenapa anak tirinya ini jadi seberani itu kepadanya? Biasanya Via hanya akan menundukkan kepala dan meminta maaf. Tapi kali ini, Via benar-benar berbeda dengan Via yang dulu.
Retta mengibaskan rambutnya dan melangkah keluar kamar. Tapi sebelum benar-benar menutup pintu, Retta menatap tajam pada Via. Seolah kebencian berada dalam kedua matanya, juga tatapannya saat ini.
***
Via memutar lagu berjudul Line Without a Hook dari Ricky Montgomery, setelah memasangkan earphone ke telinganya. Ia lalu menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangan nya di atas meja. Mencoba untuk tidur berhubung ini masih sangat pagi dan belum ada siswa yang datang.